Langsung ke konten utama

Gambaran Lukisan Kereta Kuda - Untuk mengingatkan tugas hidup manusia yang terpenting



Badan jasmani diumpamakan sebagai kereta.
Nafsu 4 macam (kehendak) diumpamakan sebagai kuda.
Angen-angen diumpamakan sebagai sais.
Roh diumpamakan sebagai penumpang kereta.
Suksma Sejati adalah yang menguasai kereta, kuda, sais dan penumpang kereta.
Suksma Kawekas adalah yang menjadikan semuanya itu.

Watak "kuda" (nafsu hewani) dapat menjadi baik dan penurut (ialah taat kepada ajaran keutamaan), karena keterampilan "sang sais" (angen-angen) dalam mengendalikan dan membimbingnya. Sebaliknya jikalau "sang sais" kurang teguh dan kurang waspada (tidak berhati-hati) dalam memegang kendali, "kuda" akan lari lepas tak terkendalikan menerjang kesusilaan batin. Watak roh yang asli, yang suci murni sifatnya, lalu akan ternoda oleh kotoran dari nafsu hewani yang terlepas bebas. Akhirnya manusia lalu akan diliputi oleh kegelapan, sehingga akan menjalankan tindakan yang berlawanan dengan hukum keutamaan, kesusilaan dan keadilan.

Gambar perumpamaan yang dinamis ini, berhasil dengan amat jelas menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh angen-angen dalam mengendalikan keempat nafsu hingga seseorang dapat mencapai tujuan hidupnya.

Angen-angen itu bukan jiwa manusia yang sejati, dan juga bukan Tuhan. Angen-angen itu hanyalah bayangan Tri Purusa *, bagaikan suatu bayang-bayang yang agak gelap. Seperti sebuah cermin kita dapat melihat bayangan atau refleksi dari matahari. Sekalipun itu hanya bayangan saja, namun ia dapat memancarkan cahaya untuk penerangan dan memberikan panasnya. Tentunya cahaya dari bayangan itu tidak seterang cahaya yang langsung dari matahari. Sama halnya dengan bayangan Tri Purusa dalam badan jasmani. Bayangan tersebut diberi nama angen-angen. Tetapi angen-angen juga merupakan kekuasaan yang diberikan Tuhan kepada manusia, untuk memerintah saudara-saudaranya yang lain agar menurut kehendak Tuhan. Apabila manusia meninggal, pakaiannya kembali kepada asalnya ialah keempat anasir, sedangkan jiwanya juga akan kembali kepada Tuhan, apabila tidak tersesat jalannya.

Badan jasmani itu juga dapat saja diumpamakan 'tempat', yaitu tempat yang berisikan hidup. Adapun roh itu 'isinya' yang juga memberi hidup kepada 'tempat hidup' (badan wadag). Oleh karena itu manusia memiliki sifat atau tabiat buruk dan baik. Yang buruk itu tabiat 'tempatnya' (nafsu hewani), sedang yang baik itu tabiat 'isinya' yaitu tabiat Roh Suci nya.

* Adapun keadaan Tuhan Yang Maha Esa itu disebut: Tri Purusa, artinya keadaan satu yang bersifat tiga:

1. Suksma Kawekas (Tuhan Yang Sejati)
2. Suksma Sejati (Pemimpin Sejati - Penuntun Sejati - Guru Sejati) - Utusan Tuhan.
3. Roh Suci (Manusia Sejati), ialah jiwa Manusia yang sejati.

Suksma Kawekas telah bertahta pribadi sebelum ada apa-apa yang berbentuk dan berwujud. Ia dipandang sebagai asal mula kesadaran hidup, yang tidak terbatas, tenang, tenteram dan tidak bergerak. Didalamnya terkandung omni potensi yang belum bergerak. Didalam Sang Maha Agung yang diam ini terkandung kehendak untuk melepaskan cahaya-cahaya kemampuan dan kesadaran, sebagai percikan api. Untuk melaksanakan kehendak untuk melepaskan cahaya-cahaya kemampuan dan kesadaran, sebagai percikan api. Untuk melaksanakan kehendak itu, mulai bergeraklah omni potensi itu, yang lalu mengeluarkan daya dan kejayaannya. Hal ini diumpamakan dengan air yang mula-mula diam, kemudian lalu bergerak, hingga dapat membangkitkan tenaga listrik. Kekuatan air yang bergerak berasal dari air yang diam, sedangkan yang melepaskan kekuatan tadi adalah air yang bergerak. Apabila Suksma Kawekas diumpamakan sebagai air yang diam, maka air yang bergerak itulah Suksma Sejati.

Suksma Kawekas disebut sebagai kesadaran hidup yang statis, yang mempunyai kekuasaan, sedangkan Suksma Sejati adalah kesadaran hidup yang dinamis, yang memegang kekuasaan. Suksma Sejati disuruh Suksma Kawekas untuk merencanakan kehendaknya, sehingga dapat disebut sebagai Utusan Yang Abadi. Kesadaran agung ini bersuasana kasih sayang, dan kasih sayang ini sama sekali dilimpahkan kepada Suksma Sejati.
Mengenai tempat dimana Tri Purusa bertakhta, tempatnya ialah didasar hidup. Keterangan ini mempunyai arti ganda, ialah dalam hubungan dengan mikrokosmos maupun makrokosmos.

"Tuhan dan Aku (Suksma Sejati) bertakhta didasar hidup ialah yang sesungguhnya menghidupi Roh Tuhan ialah Roh Suci, yang menjadi jiwa manusia-manusia semua yang menguasai dunia kecilnya masing-masing yang Aku pakai sebagai istana, yang juga menjadi istana Tuhan." Tri Purusa bertakhta didalam mikrokosmos, dalam jiwa tiap-tiap manusia.

"Memang didasar hidup tadi ditemukan kesatuan Tri Purusa: Suksma Kawekas, Suksma Sejati dan Roh Suci, ialah ketiganya itu satu adanya yang tidak terpisah-pisahkan, dan yang menjadi hidup kekal. Maka hidup itu sesungguhnya satu adanya."

Suksma Sejati disebut sebagai sifat Tuhan yang terlahir dan menjadi pusat nyala api dari banyak cahaya iman (kepercayaan yang benar), yang tersimpan didasar hati yang suci. Suksma Sejati dapat juga disebut sebagai Tuhan yang tersingkap karena asalnya dari Dzat Suksma Sejati yang tidak berupa dan berbentuk. Keadaan Tuhan yang terselubung itu tidak dapat dijangkau oleh akal budi manusia, karena setinggi-tingginya manusia hanya dapat mempunyai pengetahuan mistis mengenai kegaiban Nur Dzat Allah, ialah Suksma Sejati yang menyelimuti dan meresap membenami semesta alam dengan segala isinya. Keterangan diatas memberikan petunjuk bahwa kesejatian Tuhan itu hanya dapat diketahui sebagian sifat-sifatnya oleh hamba yang menerima anugerah.

Suksma Sejati inilah yang harus ditemui didasar hati yang suci. Dialah yang akan menunjukkan jalan kebenaran dan menuntun sampai seorang hamba dapat mengerti perak lalu emasnya.

"... Aku, Suksma Sejati, yang kekal dan tidak berwujud (tidak berupa dan tidak berbentuk) tetapi bersatu dengan engkau, dan menuntun engkau ke jalan yang benar. Sebab itu taatilah perintah-perintah Tuhan yang melalui utusan-Nya, yaitu Aku Suksma Sejati, yang menjadi penuntun dan gurumu."

"...Roh Suci itu adalah cahaya Tuhan yang juga telah menjadi satu dengan Aku..."

***
Pusat-pusat yang dijumpai dalam manusia yaitu, Pusat yang imaterial:
Tri Purusa - terdiri atas Suksma Kawekas, Suksma Sejati dan Roh Suci.
Pusat yang material atau yang terikat pada alam benda:

A. Angen-angen: 

a. Pangerti - Kemayan
b. Nalar - Prabawa
c. Cipta - Pangaribawa

B. Nafsu:

a. Mutmainah
b. Amarah
c. Sufiah
d. Lauwamah

C. Rasa Pangrasa (perasaan)

Nafsu, angen-angen dan rasa pangrasa, ketiganya berbeda satu sama lain, masing-masing berjuang dan bekerja untuk diri sendiri, dan oleh karenanya menimbulkan ketidakselarasan. Untuk mengatasinya angen-angen perlu diarahkan kepada Tri Purusa. Apabila ini berhasil titik berat dari hidup manusia akan beralih ke rahsa jati (yaitu kesadaran yang sejati dari Tri Purusa).

(Dari buku: Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Pangestu, oleh Sularso Sopater)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Satu Syair Rumi Tentang Reinkarnasi

Sebagai tahapan yang harus dilalui wujud lahir, tingkatan wujud berikutnya akan berproses sesuai dengan rancangan wujud sebelumnya. Dengan jalan seperti ini muncullah ribuan perubahan. Dan tiap perubahan selalu lebih baik dari sebelumnya. Sadarilah selalu wujudmu saat ini karena jika kau berpikir tentang wujudmu di masa lalu, maka kau akan memisahkan dirimu dari Diri Sejatimu. Inilah semua keadaan yang tetap yang kau saksikan dalam kematian. Lalu mengapa harus kau palingkan mukamu dari kematian? Ketika tahapan kedua lebih baik dari tahapan pertama, maka matilah dengan senyum suka cita. Dan arahkan pandanganmu ke depan untuk menempati wujud baru yang lebih baik dari wujud sebelumnya. Sadarilah, dan jangan tergesa-gesa. Kau harus mati terlebih dulu sebelum memperbaiki diri. Laksana sang surya, hanya jika kau tenggelam di Barat, maka di Timur, kau akan menyaksikan wajahmu yang cerlang gemilang.  ( Jalaluddin Rumi ) Tulisan Di Batu Nisan Jalaluddin...

Kata-Kata Indah Dari Osho

Kita telah hidup dalam pikiran selama begitu banyak kehidupan, dan kita telah menjadi selaras dengan kegelapannya, dengan keburukannya, kesia-siaannya. Ketika engkau bertindak tanpa pikiran, seluruh keberadaanmu bergetar. Engkau bergerak di jalur yang berbahaya. Pikiran berkata, “Waspada! Pikirkan dulu, baru kemudian bertindak.” Tetapi jika engkau berpikir dulu dan baru kemudian melakukan sesuatu, perbuatanmu akan selalu mati, basi. Ini akan keluar dari pikiran, ini tidak akan menjadi nyata dan otentik. Maka engkau tidak bisa mencintai, Maka engkau tidak bisa bermeditasi, Maka engkau tidak bisa benar-benar hidup dan engkau tidak bisa mati. Engkau menjadi hantu, keberadaan yang palsu. Cinta mengetuk hatimu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” Kehidupan terus mengetuk pintumu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” OSHO, A Bird on the wing, Chpt 9, Save the cat “Kuasai hanya satu hal: dirimu sen...

Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya

“Prayer means gratefulness, prayer means no complaint. Prayer means ”I am thankful for all that has been given to me; more I could not have asked for.” In that very prayerfulness one becomes graceful”. ___Osho Doa berarti rasa syukur, doa berarti tidak ada keluhan. Doa berarti “Saya bersyukur untuk semua yang telah diberikan kepada saya; lebih saya tidak bisa meminta.” Dalam penuh rasa syukur itu orang menjadi graceful.. ------------------------------------------- “Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya” Osho: “JANGAN MEREPOTKAN ALLAH, DIA PUNYA MASALAH SENDIRI. Tidakkah anda lihat apa pun yang Dia ciptakan adalah mati? Anda menyimpan masalah anda kepada diri sendiri. Mengapa orang harus ingin berdoa kepada Allah? ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN DOA-DOA ANDA. Anda mungkin memerlukan doa-doa itu — tapi mereka tidak akan sesuatu yang lebih dari suara keinginan anda, tuntutan anda, mengekspresikan keluhan anda. Itulah apa yang dilakukan orang atas nama d...