Pernah di kehampaan cahaya aku mengembara; Dalam gelap aku terjerembap, dan ketakutan menuntun tanganku; Kakiku tertancap ke bumi,
cemas akan sejuta lubang oleh berbagai teror malam yang menakutkan.
Kepada hari yang baru terbangun,
Kuulurkan tanganku memohon.
Kemudian datanglah Cinta, di tangannya terbawa Pelita yang menjadi terang langkah. Lalu dengan lembut berkatalah Cinta:
“Sudahkah kau masuki gelap yang kaya-raya? Sudahkah kau masuki kekayaan malam? Carilah dalam kebutaanmu. Di sana tersimpan Harta Karun Yang Tak Terbilang.”
Kata-kata Cinta itu menyalakan semangatku.
Penuh gairah, jemariku mencari misteri-misteri itu, Yang megah, yang suci dan terdalam, dari segala hal. Dan dalam ketiadaan, dengan kepekaan spiritual
kukenali penuhnya kehidupan;
Penuh gairah, jemariku mencari misteri-misteri itu, Yang megah, yang suci dan terdalam, dari segala hal. Dan dalam ketiadaan, dengan kepekaan spiritual
kukenali penuhnya kehidupan;
Dan pintu gerbang haripun terbentang lebar. Aku tersentak oleh keriangan;
Tubuhku gemetar oleh suka-cita;
Hatiku dan seluruh bumi bergetar oleh kebahagiaan; ekstase kehidupan melanda seluruh dunia.
Hatiku dan seluruh bumi bergetar oleh kebahagiaan; ekstase kehidupan melanda seluruh dunia.
Pengetahuan telah menyibak tirai surga;
Di tepian terluar kegelapan, memancarlah cahaya; Malam mengirimkan pilar cahaya!
Di tepian terluar kegelapan, memancarlah cahaya; Malam mengirimkan pilar cahaya!
Hai si buta yang tersandung gelap tanpa terang, saksikanlah harimu yang segar baru!
Dalam ketakpastian, berkilau bintang pikiran;
Daya khayal memperoleh mata yang cemerlang.
Dan pikiran beroleh penglihatan yang gemilang.
Dalam ketakpastian, berkilau bintang pikiran;
Daya khayal memperoleh mata yang cemerlang.
Dan pikiran beroleh penglihatan yang gemilang.
“Orang itu buta. Apa artinya kehidupan baginya?
Sebuah buku tertutup di depan wajahnya yang lelah.
Andai saja ia bisa melihat Bintang jelita itu, dan mengetahui sebuah momen suci yang menggelorakan dan degup suka-cita oleh penglihatan!”
Sebuah buku tertutup di depan wajahnya yang lelah.
Andai saja ia bisa melihat Bintang jelita itu, dan mengetahui sebuah momen suci yang menggelorakan dan degup suka-cita oleh penglihatan!”
Segala penglihatan berasal dari jiwa.
Saksikanlah jiwamu terbang mengembara
Saksikanlah jiwamu terbang mengembara
Dengan semangat tak terkekang!
Pernahkah kau lihat pikiran bersemi di wajah seorang anak buta?
Kau lihatkah pikirannya berkembang,
Seperti fajar bersuar, menggapai
Cahaya Sang Penguasa?
Seperti fajar bersuar, menggapai
Cahaya Sang Penguasa?
Itulah hebatnya mata batin kita.
“Aku baru saja mengalami “mimpi” yang tak akan bisa
dijelaskan dengan akal manusia.
Aku rasa begitu. Tak ada seorang pun bisa menjelaskannya. Tak ada mata yang pernah melihatnya. Tak ada telinga yang pernah mendengarnya. Tak ada tangan yang mampu mencicipinya. Tak ada lidah yang memahaminya. Dan hati pun tak kuasa melaporkan bagaimana sebenarnya “mimpi”ku itu.”
Aku rasa begitu. Tak ada seorang pun bisa menjelaskannya. Tak ada mata yang pernah melihatnya. Tak ada telinga yang pernah mendengarnya. Tak ada tangan yang mampu mencicipinya. Tak ada lidah yang memahaminya. Dan hati pun tak kuasa melaporkan bagaimana sebenarnya “mimpi”ku itu.”
Komentar
Posting Komentar