Ini terjadi pada usia saya kira-kira 17 – 31 tahun.
Saya lahir tanggal 7/12/1972 di Banda Aceh – Indonesia
Sebelumnya saya tidak pernah tahu apa-apa tentang
meditasi dan spiritualitas. Saya “ditarik” langsung kearah ini pada usia 17
tahun. Memang Ayah saya adalah seorang Guru yang khusus mengajari ma’rifat.
Tapi beliau meninggal waktu saya masih berusia 12 tahun dan Ibu ketika saya
masih berusia 10 tahun. Pada usia saya 16 tahun saya pernah meminta pada salah
seorang murid Ayah saya yang masih hidup karena pada umumnya mereka semua telah berusia lanjut, “Pak, ajari
saya ilmu ma’rifat Ayah saya itu”, Beliau menjawab, “Agus tenang saja. Ayah
agus itu orang yang berilmu tinggi. Agus jangan khawatir jika masanya telah
tiba, itu akan datang sendiri pada Agus”. Beliau benar.
Setahun kemudian, saya merasa benar-benar ditarik kearah ini. Tanpa bimbingan, tanpa Guru, pencarian yang buta inipun dimulai.
Setahun kemudian, saya merasa benar-benar ditarik kearah ini. Tanpa bimbingan, tanpa Guru, pencarian yang buta inipun dimulai.
Pada usia saya kira-kira 19 tahun saya mengalami sebuah
keadaan perluasan atau peningkatan kesadaran yang datang tiba-tiba. Saat itu sore
menjelang magrib saya sedang berjalan kaki menuju pulang kerumah. Saya melihat
sesuatu yang datang tiba-tiba kepada saya dari alam semesta. Langit membuka
lebar seperti kulit ari yang tipis dan memperlihatkan sesuatu yang sangat
menakjubkan dibaliknya dan menghujani saya dengan cahayanya yang belum pernah
aku ketahui atau aku lihat sebelumnya. Ada kebahagiaan yang aneh yang sepertinya
tidak ada kebahagiaan seperti itu didunia ini ketika ia datang. Sepertinya
kesadaranku terbagi dua, satu kebumi dan satu lagi bersama dengan langit yang
terbuka itu. Suatu keadaan yang sangat sulit dijelaskan. Tapi membuat
peningkatan dan perluasan kesadaran yang tiba-tiba pada saya dan membuka pintu
bagi pemahaman yang baru. Alam semesta berbicara dengan saya dengan bahasa
keheningan.
Tanpa pernah belajar sebelumnya dari buku-buku maupun dari orang lain saya sepertinya mendadak merasa dapat memahami pengetahuan filsafat dan spiritualitas. Saya diberikan “penglihatan” dan pemahaman dengan sangat jernih tentang sedikit rahasia dibalik kehidupan ini. Tapi sangat sulit untuk dikatakan maupun dijelaskan lewat kata-kata. Perluasan kesadaran, inilah kata yang mungkin lebih tepat untuk menyatakan itu. Dan salah satu pemahaman baru yang saya peroleh dengan sangat jernih ini adalah tentang agama-agama yang ada didunia ini pada inti sarinya adalah satu dan benar. Perbedaan hanya pada ego manusia. Intisarinya tetap sama dan terpelihara dengan baik. Dan hanya akan dibuka rahasianya bagi mereka yang mau membuka dirinya seluas-luasnya.
Tanpa pernah belajar sebelumnya dari buku-buku maupun dari orang lain saya sepertinya mendadak merasa dapat memahami pengetahuan filsafat dan spiritualitas. Saya diberikan “penglihatan” dan pemahaman dengan sangat jernih tentang sedikit rahasia dibalik kehidupan ini. Tapi sangat sulit untuk dikatakan maupun dijelaskan lewat kata-kata. Perluasan kesadaran, inilah kata yang mungkin lebih tepat untuk menyatakan itu. Dan salah satu pemahaman baru yang saya peroleh dengan sangat jernih ini adalah tentang agama-agama yang ada didunia ini pada inti sarinya adalah satu dan benar. Perbedaan hanya pada ego manusia. Intisarinya tetap sama dan terpelihara dengan baik. Dan hanya akan dibuka rahasianya bagi mereka yang mau membuka dirinya seluas-luasnya.
Dari pengalaman tadi akupun mendadak menjadi sangat mudah
untuk bisa memahami secara langsung dan cepat hampir semua buku-buku filsafat dan
spiritualitas yang bisa aku dapatkan dari menyewa buku-bukunya diperpustakaan.
Aku sempat terlena dengan buku-buku ini selama kurang lebih 5 tahun, karena aku
merasa dapat memahaminya. Padahal aku menyadari Kebenaran Sejati tidak bisa
diperoleh lewat buku-buku maupun kitab suci atau ilmu pengetahuan. Sebuah
“tarikan” untuk bermeditasi selalu aku jalani tanpa kesungguhan karena aku
tidak tahu bagaimana caranya. Walau aku dapat merasakan dan menyadari bahwa
bimbingan dari Guru yang tidak nampak selalu hadir. Sampai akhirnya aku merasa
pusing sendiri karena Kebenaran yang sesungguhnya belum juga aku alami. Dan
karena aku merasa tidak tahu bagaimana harus memulai bermeditasi dan pikiran
pun sepertinya sudah tidak kuat lagi untuk diajak berpikir kearah ini akhirnya
aku menyerah dan berkata padaNya, “Cukup, aku tidak sanggup lagi. Jangan
arahkan atau tarik diri saya lagi kearah ini. Saya sudah tidak sanggup lagi.
Saya bisa gila jika saya terus berada dalam keadaan saya seperti sekarang ini”.
Tiba-tiba muncul suara yang entah dari mana datangnya, “Nanti dibimbing”.
Secara tiba-tiba beban kegundahan saya lenyap seketika. Diri saya cerah kembali
dan memperoleh semangat baru dan kesadaran yang lebih baru dan siap berjalan
lagi dijalan kerinduan yang buta ini.
Penderitaan akan Cinta takterlukiskan.. hati tersayat dengan luka disana-sini…
Penderitaan akan Cinta takterlukiskan.. hati tersayat dengan luka disana-sini…
Ada beberapa metode meditasi yang aku coba praktekkan,
termasuk metode salah satu tarekat namun selalu gagal. Aku merasa metode-metode
itu tidak cocok dengan jiwaku. Suatu hari aku mencoba mempraktekkan metode
meditasi pada kedua “jantung” yang bisa beresiko tinggi bagi kesehatan jantung
jika dilakukan tanpa bimbingan dari seorang guru yang kuperoleh ilmunya dari
buku. Namun, jantungku menjadi tersekat. Aku merasa peredaran darah yang mengalir
kejantungku menjadi tersekat. Dan aku mengalami rasa sakit disekitar jantungku
selama 3 hari. Memang sebelumnya buku ini telah memberitahukan bahwa jika
dilakukan sendiri tanpa bimbingan dari seorang guru hasilnya dapat membuat
jantung kita menjadi tersekat dan buku inipun menjelaskan cara untuk
menghilangkan tersekatnya jantung yaitu dengan visualisasi pada cahaya dan
kemudian melakukan penyapuan setempat dengan tangan sebanyak tiga kali. Dan
hasilnya memang benar, jantung saya yang tersekat inipun normal kembali.
Hari terus berjalan, dan aku terus mengalami
kegagalan-demi kegagalan karena aku memang tidak tahu bagaimana bermeditasi
yang benar. Masa itu internet sepertinya belum ada tidak seperti sekarang ini
orang dapat mengetahuinya lewat google. Dan yang sangat mengherankanku adalah,
mengapa setiap kali aku bermeditasi (duduk) aku selalu merasa ditinggal
sendirian. Aku selalu merasa ditinggal seorang diri oleh Diri Sejatiku sendiri.
Tapi jika aku dalam keadaan biasa dalam keseharian aku dapat merasakan aku
sedang berdua dengan Diri Sejatiku sendiri dan dapat berkomunikasi dengannya.
Pernah suatu hari aku ingin mengetahui salah satu pelajaran yang ada diilmu
hakikat, lalu tiba-tiba kakiku bergerak sendiri untuk berjalan kearah kamarku
untuk membuka salah satu halaman dari buku yang ada dikamarku itu, dan ternyata
benar, jawaban yang aku inginkan ada disalah satu lembaran buku itu. Sering
juga jika aku ingin mengetahui sesuatu, maka jawabannya diberikan berupa
“pemahaman”, tanpa kata-kata, tanpa harus berpikir.
Pada usia kira-kira 21 tahun aku mulai mencoba
bermeditasi dengan sungguh-sunggh. Aku mengawali meditasiku ini dengan
kebaktian yaitu dari metode Ayahku sebelum menyaksi atau bermeditasi yang aku
dapatkan mantranya dari salah seorang murid ayahku yang berkunjung kerumahku.
Sebuah metode kontak secara langsung, keterhubungan secara langsung dengan Diri
Sejatiku sendiri. Sehingga didalam kebaktian ini aku dapat memperoleh gerak
dari Diri Sejatiku sendiri untuk pembersihannya dan bimbinganNya secara
langsung. Bahkan tubuh atau tangan dan kakiku dapat bergerak sendiri
(digerakkan oleh Diri Sejati) untuk melakukan praktek duduk kebaktian dan
penyaksiannya)
Selesai aku melakukan kebaktian ini dalam beberapa
minggu, aku mulai memasuki metode penyaksian – Meditasi.
Pada usaha pertama sangat sulit. Aku mengira aku akan
mulai dibimbing olehNya. Kenyataannya aku selalu ditinggal sendirian ketika
bermeditasi. Karena tidak tahu bagaimana cara bermeditasi, akhirnya segala
metode aku coba terapkan lagi, tapi selalu aku merasa kesulitan dan gagal
lagi..
Beberapa tahun kemudian sampailah akhirnya seorang teman
meminjamkan buku 40 hari khalwat padaku – Catatan Harian Seorang Psikolog Dalam
Pengasingan-Diri Sufistik’ yang ditulis oleh Michaela Ozelsel.
Dalam buku ini terurai-lah mengenai pengalaman Michaela Ozelsel saat ia tengah berkhalwat yang hanya ditemani oleh buku-buku dari HZ Maulana Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.
Dalam buku ini terurai-lah mengenai pengalaman Michaela Ozelsel saat ia tengah berkhalwat yang hanya ditemani oleh buku-buku dari HZ Maulana Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.
Setelah aku mulai merasakan tarikan kearah Jalan Cinta
ini semakin kuat tapi selalu gagal dalam mempraktekkan duduk meditasi ini,
akhirnya aku mencoba untuk berkhalwat (memisahkan diri atau menyendiri untuk
sementara waktu dari segala sesuatu yang bukan Allah) aku mengurung diri
didalam kamar sambil menjalankan puasa. Menghindari sebisa mungkin untuk tidak
makan daging. Dan keluar dari kamar hanya untuk mengambil makan, minum dan ke
bathroom saja. Diawal-awal bermeditasi aku merasakan rasa nyeri dan seperti
tersayat-sayat kecil didalam diriku. Tidak begitu terasa sakit. Dan dalam
beberapa kali bermeditasi rasa nyeri dan seperti tersayat-sayat kecil ini mulai
menghilang. Mungkin ini adalah merupakan proses pembersihan juga.
Dalam seminggu berat badan mulai terasa turun. Kelelahan
begitu terasa. Sering aku jatuh terkulai lemas tanpa daya tanpa harapan. Tapi
aku tidak perduli, dalam keputusasaan dan kerinduan yang dalam yang aku tidak
mengerti ini aku terus melanjutkan khalwatku yang buta ini. Kerinduanku adalah
segalanya. Beberapa minggu berikutnya pikiran dan hatiku tiba-tiba mulai terasa
begitu bersih dan terang. Pada suatu sore dalam keadaan duduk istirahat sejenak
aku mendapatkan penglihatan yang datang tiba-tiba didepanku. Sebuah petunjuk
tentang bagaimana caranya duduk atau menyaksi yang benar. Aku begitu gembira,
mata dan pikiranku terbuka lebar karena aku melihat jalannya ternyata begitu
mudah tidak sesulit seperti apa yang sudah aku jalani ditahun-tahun yang lalu.
Sebuah jalan yang begitu damai terbentang didepanku siap untuk aku lalui.
Sepertinya aku telah menemukan jalan untuk diriku sendiri. Perlahan-lahan aku
sudah mulai bisa duduk bermeditasi dengan penuh kedamaian dan tersenyum bahagia
tanpa mengharapkan apa-apa baik pada dunia ini maupun kepada Allah. Hanya
duduk, hanya damai, hanya tersenyum bahagia, hanya terimakasih belaka. Aku
benar-benar hadir bersama diriku sendiri disaat ini. Ketika aku sudah bisa
berada dikeadaan ini ada bimbingan yang datang agar aku mengarahkan
pandanganku kearah titik diantara kedua alis mata tanpa harus focus atau
berkonsentrasi, hanya rileks – santai, menerima semua pikiran yang datang
dengan penuh rasa cinta tanpa memilah-milah. Sekarang aku baru mengerti,
mengapa aku harus tetap “sendirian” ketika duduk menyaksi atau bermeditasi
ini..
Kira-kira seminggu berikutnya aku mencoba untuk keluar
rumah sehabis magrib hanya untuk duduk santai didepan rumahku sambil merasakan
udara yang lebih segar. Terasa sekali ketika berjalan tubuh begitu ringan dan
bercahaya. Segala yang aku lihat pun ikut diliputi oleh cahaya. Aku terpesona
dengan apa yang terjadi. Aku melihat keajaiban dimana-mana. Seluruh alam
semesta dipenuhi cahaya, suka cita dan kebahagiaan.. malam bukan lagi malam,
tapi malam yang bermandikan cahaya dimana-mana. Dengan bibir yang selalu
tersenyum dan wajah yang berseri-seri aku menahan diri untuk tidak menari. Karena
khawatir orang-orang akan mengira aku sudah gila..
Aku melanjutkan untuk berkhalwat..
Pikiran sudah mulai tenang. Aku sudah mulai dapat duduk
bermeditasi dengan baik karena aku telah merasa bahwa segala usaha yang dicoba
dilakukan dijalan Cinta ini hanya akan berakhir pada kesia-siaan dan
penderitaan saja. Aku jatuh kedalam keberserahdirian sepenuhnya. Aku sudah
tidak perduli lagi apakah aku bisa mencapaiNya atau tidak, seluruh usaha
meditasiku hanyalah terimakasih belaka. Aku telah siap, kuserahkan diriku
sepenuhnya kemanapun Cinta membawa. Aku telah dapat bermeditasi dengan
tersenyum bahagia. Begitu tulus dan manisnya senyum itu terasa walaupun
dilakukan ditempat yang gelap dan tidak ada seorangpun yang melihat. Belum
pernah seumur hidupku aku tersenyum semanis dan sebahagia itu. Aku telah bisa
bermeditasi seorang diri dan merasa sendirian, tanpa tujuan, tanpa mengharapkan
apa-apa. Hanya bahagia dengan wajah berseri-seri.. Setelah sekian lama
melakukan meditasi, baru didalam penyerahan diri total inilah aku mulai
merasakan seperti ada gelombang energi yang naik dari bagian bawah
tubuhku kebagian atas hingga kepala secara berkesinambungan tanpa henti
dan berirama. Begitu halus dan lembut terasa dan meditasi menjadi semakin
terasa membahagiakan. Dan tiba-tiba fokus pandanganku diarahkan, lebih
tepatnya ada yang mengarahkan yaitu ke titik ditengah dahi yaitu titik diantara
dua alis mata (yang merupakan pintu menuju ilahi) lalu aku dapat melihat
pikiranku sendiri datang dan pergi seperti awan dilangit dan akhirnya hanya
menghilang dan berlalu. Aku mulai menyadari bahwa aku bukan baik tubuh maupun
pikiranku tapi pikiran inilah yang telah menutupi Langit Kesadaranku selama
ini. Berada dikeadaan yang begitu jernih dan damai ini aku merasa aku tidak
perlu lagi untuk mengizinkan siapapun juga untuk membuang “sampah” kepikiranku
lagi..
Nafas sudah mulai sangat halus bahkan telah berhenti.
Diri mulai merasa semakin tak berdaya dan dalam ketidak berdayaan ini
secara spontan aku memohon dalam hatiku, “Ya Allah, bimbinglah aku…” (Ada
sedikit rasa takut ketika aku sampai dikeadaan ini. Permohonan yang dilandasi
kepasrahan total begitu indah. Rasa takutku perlahan memudar)
“Sesuatu” sepertinya keluar dari dalam diriku (mungkin
ego) dan berkata padaku dengan panik, “cukup! hentikan saja! nanti kamu bisa
mati!”
Karena penyerahan diri telah sepenuhnya, aku merasa tidak
lagi memiliki daya apa-apa dan ego hanya menghilang dan berlalu. Dan secara
perlahan aku mulai kehilangan kesadaran tubuh dan melihat diriku sekarang
sebagai kesadaran yang sadar – sadar sebagai kesadaran.
Aku melihat Diri Sejatiku bersinar terang seperti bulan
purnama dengan penuh kedamaian dan menyembuhkan. Dan sepertinya tidak ada surga
yang dapat dibandingkan dengan keadaan ini. Aku terus mendekat dan mendekat,
hingga akhirnya aku merasa menyatu dengannya..
Lalu tiba-tiba Cinta berkata kepadaku, “Apa sekarang
kamu sudah siap?” Entah bagaimana, aku dapat memahami maksud dari perkataannya
itu – mati (Mati ma’nawi). (Mati ma’nawi – mati sepanjang pengertian
semata-mata. Mati ma’nawi ini diartikan pula dengan mati segala nafsu ammarah
(nafsu yang selalu menyuruh kepada jalan yang jelek dan nafsu yang hanya
mementingkan semata-mata urusan perut dan kesenangan duniawi). Mati yang
dimaksudkan disini ialah FANA dalam arti hakiki). (Permata Yang Indah –
Ad-durrunnafis) page 102 – 106)
Jiwaku ditarik terbang keatas meninggalkan tubuh. Tidak
ada rasa sakit sedikitpun. Seperti ada magnit besar yang menarik jiwa keluar
dengan rasa nyaman. Yang Dapat kurasakan dari bagian dada hingga keluar ke
bagian atas kepalaku.
Sekarang aku melihat atau menyadari diri sebagai saksi
tanpa tubuh, tanpa jenis kelamin, transparan dan menyatu dengan segalanya –
dengan alam semesta yang bercahaya tanpa batas. Kesadarankupun meluas tanpa
batas. Badan tidak terasa lagi. Namun, sadar sepenuhnya bahwa sebelumnya aku
tidak pernah sehidup seperti saat itu. Kesadaranku meluas, merangkul segala
sesuatu di luar diri.
Penglihatan yang sempit berubah menjadi pandangan yang amat sangat luas. Tiba-tiba aku bisa melihat dan merasakan segala sesuatu. Dan diatas segalanya, aku merasakan kesatuan, persatuan dengan semuanya. Sepertinya ada lautan cahaya yang menyatukan semuanya, aku merasakan kesatuan dengan segalanya. (Tapi disini aku dapat memahami dan merasakan bahwa jika seandainya saja aku tidak siap atau ragu-ragu diawal meditasi atau penyerahan diri, berada dialam ini bisa membuat orang panik. Dan akhirnya dapat jatuh kembali kekesadaran tubuh. Dan aku bisa menyadari bahwa walaupun alam ini sangat menakjubkan namun alam ini bukanlah yang diinginkan oleh jiwaku dan aku berniat untuk melanjutkan perjalananku)
Penglihatan yang sempit berubah menjadi pandangan yang amat sangat luas. Tiba-tiba aku bisa melihat dan merasakan segala sesuatu. Dan diatas segalanya, aku merasakan kesatuan, persatuan dengan semuanya. Sepertinya ada lautan cahaya yang menyatukan semuanya, aku merasakan kesatuan dengan segalanya. (Tapi disini aku dapat memahami dan merasakan bahwa jika seandainya saja aku tidak siap atau ragu-ragu diawal meditasi atau penyerahan diri, berada dialam ini bisa membuat orang panik. Dan akhirnya dapat jatuh kembali kekesadaran tubuh. Dan aku bisa menyadari bahwa walaupun alam ini sangat menakjubkan namun alam ini bukanlah yang diinginkan oleh jiwaku dan aku berniat untuk melanjutkan perjalananku)
Aku naik lagi – melayang lagi lebih tinggi lagi, Lalu aku
melihat lagi ada sebuah alam semesta yang luas tanpa batas lagi tapi juga
menyatu dengan segalanya. Akupun merasa ini juga bukanlah seperti yang jiwaku
inginkan. Sepertinya disini aku dapat “melihat” ada kekosongan atau kehampaan
besar dibalik ini semua. Lalu tiba-tiba aku masuk dan menghilang kedalam alam
semesta yang maha luas itu dan lalu secara tiba-tiba pula alam semesta yang
luas itupun masuk dan menghilang kedalam diriku dan akhirnya diriku sendiripun
menghilang kesebuah “Kehampaan” yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Semua
pengalaman menghilang. Baik cahaya, alam semesta yang luas, yang melihat maupun
yang dilihat semuanya menghilang ke Yang Tidak Di Ketahui atau “Kekosongan
Murni” “Kehampaan Murni” ini.
Kemudian jiwaku kembali lagi kedalam jasad/tubuh dengan
tersentak atau terkejut dan mengalami seperti baru saja dilahirkan kembali
dalam keadaan suci bersih dan memiliki pikiran yang seperti hanya sebuah cermin
bersih. Dan aku merasa kehilangan pikiranku sendiri, yang sebenarnya aku hanya
kehilangan semua ilusi yang selama ini membelenggu diriku. Dan aku dapat
melihat dengan pandangan yang jernih bahwa baik diriku maupun seluruh dunia ini
adalah mimpi atau tidak ada, kosong dan yang ada atau yang sesungguhnya nyata
adalah keadaan sewaktu aku menghilang ke Yang Tidak Di Ketahui atau “Kekosongan
Murni” “Kehampaan Murni” tadi. Dan secara spontan aku langsung menginginkan
agar dikembalikan lagi ke keadaan Yang Tidak Di Ketahui atau “Kekosongan Murni”
itu – Yang Nyata dan Segalanya. Yang Tidak Dapat Dijelaskan atau dilukiskan
atau digambarkan dengan sesuatu apapun – melampaui segalanya.. yang telah
membuat lidah menjadi kelu dan hatipun tak kuasa untuk menceritakannya…
Lalu tiba-tiba aku mengalami kebingungan. Bingung karena
aku dapat melihat dengan jernih dan jelas bahwa aku hidup diantara kerumunan
massa yang “tidak waras”, “tidak sadar”, tampak hidup dan berjalan tapi
sesungguhnya mereka bermimpi. Aku pun bingung, bagaimana nantinya aku dapat
menghadapi massa yang “tidak waras”, “tidak sadar”, sementara aku Terbangun,
begitu alami dan Sadar sepenuhnya.
Lalu aku juga merasakan dan melihat dengan jelas bahwa
segala sesuatunya tampak sebagaimana adanya. Tidak ada hal yang aneh atau hal
yang besar yang baru saja terjadi. Semuanya tampak biasa-biasa saja. Segala
sesuatunya tampak sebagai mana mestinya, sebagaimana adanya.
Tiba-tiba aku mengalami perasaan “mabuk”.. mabuk yang
begitu kuat.. Ingin rasanya aku berlari keluar kamar untuk meminta bantuan pada
orang-orang bahwa aku telah “kehilangan pikiranku”. Tapi aku mencoba untuk
tetap tenang dan sadar sepenuhnya. Menyadari dan memahami apa yang terjadi
dengan tetap tenang dan waspada. Keadaan dari perasaan “mabuk” yang aneh ini
sangat kuat yang hampir membuatku hilang pengendalian diri. Aku terus berusaha
agar tetap tenang, tapi sepertinya aku merasa tidak dapat menahan diri lagi dan
akupun memohon padaNya agar diberi ketenangan dan dinormalkan. Permohonanku
dikabulkan. Tapi begitu langsung dinormalkan kembali, aku jadi menyesal. Karena
perasaan “mabuk” ini ada “keindahan” yang sulit dilukiskan atau dijelaskan
didalamnya. Seharusnya aku menari. Menarikan sebuah tarian ekstase……
Dari hasil pengalamanku sendiri ini aku dapat
menyimpulkan bahwa orang yang mengalami ini tidak akan tahu bahwa dirinya telah
tiba. Karena segala sesuatunya tampak begitu alami. Segala sesuatunya tampak
sebagaimana adanya, sebagaimana mestinya. Karena itu ia butuh cermin atau Guru
yang mencapai yang bisa memberinya “cermin”.
Selama 7 tahun aku tidak menyadari dan menganggap
pengalamanku tadi itu biasa-biasa saja karena segala-sesuatunya tampak
sebagaimana mestinya, sebagaimana adanya. Segala-sesuatunya begitu sempurna..
Tapi, ada satu hal yang tetap melekat dihatiku, yang
tidak dapat digantikan dengan apapun juga yaitu ketika aku secara spontan
menginginkan agar dikembalikan kembali kepada Yang Maha Nyata tadi, Yang
Tidak Di Ketahui atau “Kekosongan Murni”, Yang Tak Tergambarkan, Tak
Terlukiskan, Tak Terjelaskan. Tidak ada mata yang pernah melihatNya dan hati
pun tak kuasa untuk menceritakanNya. Itulah yang telah membuatku puas dan tidak
menginginkan apa-apa lagi. Selain dari Itu hanyalah kekosongan dan mimpi
belaka….
*
“Mimpi telah terbangun..
Kematian hanyalah ilusi bagi Kesadaranku..
Kematian hanyalah ilusi bagi Kesadaranku..
Tubuhku bergetar dengan suka-cita..
Lidah serasa kelu. Aku tidak mampu berkata-kata maupun berpikir.
Segala sesuatunya hanyalah kejernihan dan kejelasan –
Segala sesuatunya begitu sempurna..
Lidah serasa kelu. Aku tidak mampu berkata-kata maupun berpikir.
Segala sesuatunya hanyalah kejernihan dan kejelasan –
Segala sesuatunya begitu sempurna..
Kerinduanku terpenuhi sudah, aku terpuaskan.
Pikiran kehilangan seluruh pengetahuannya yang semu tapi Jiwa terpuaskan.
Pikiran kehilangan seluruh pengetahuannya yang semu tapi Jiwa terpuaskan.
Kerinduanku telah menuntun langkahku..
Keberserahdirian dan ketulusan di Jalan Cinta ini telah mengundang Cinta untuk hadir dan membentangkan sebuah jalan rahasia didepanku dengan pelita ditangannya..
Keberserahdirian dan ketulusan di Jalan Cinta ini telah mengundang Cinta untuk hadir dan membentangkan sebuah jalan rahasia didepanku dengan pelita ditangannya..
Malam telah pergi,
matahari telah terbit,
awan-awan telah berlalu,
langit hanya cerah.
Kusambut hariku yang baru dengan pikiran yang baru..
matahari telah terbit,
awan-awan telah berlalu,
langit hanya cerah.
Kusambut hariku yang baru dengan pikiran yang baru..
Dipagi yang buta itu tanpa seorangpun yang tahu,
tanpa sayap, tanpa bulu, aku terbang pulang kedalam Jati Diriku sendiri..
tanpa sayap, tanpa bulu, aku terbang pulang kedalam Jati Diriku sendiri..
Aku tertawa..
Tidak ada yang harus dicari atau diketahui.
Segala-sesuatunya tampak sebagaimana mestinya, sebagaimana adanya.
Segala-sesuatunya begitu sempurna..
Tidak ada yang harus dicari atau diketahui.
Segala-sesuatunya tampak sebagaimana mestinya, sebagaimana adanya.
Segala-sesuatunya begitu sempurna..
Segala sesuatuanya yang bukan hanya menghilang,
sama sekali tidak ada puing-puingnya yang tersisa,
aku pun tidak ada, tidak ada sama-sekali..
sama sekali tidak ada puing-puingnya yang tersisa,
aku pun tidak ada, tidak ada sama-sekali..
Yang ada hanyalah Yang Maha Nyata tadi,
Yang Tidak Di Ketahui, Yang Tidak Tergambarkan, Tak Terlukiskan, Tak Terjelaskan.
Tidak ada mata yang pernah melihatnya dan hati pun tak kuasa untuk menceritakannya.
Itulah yang telah membuatku puas dan tidak menginginkan apa-apa lagi.
Selain dari Itu hanyalah kekosongan dan mimpi belaka….
Yang Tidak Di Ketahui, Yang Tidak Tergambarkan, Tak Terlukiskan, Tak Terjelaskan.
Tidak ada mata yang pernah melihatnya dan hati pun tak kuasa untuk menceritakannya.
Itulah yang telah membuatku puas dan tidak menginginkan apa-apa lagi.
Selain dari Itu hanyalah kekosongan dan mimpi belaka….
______Agus
Pagi itu, di tahun 2003 di akhir dari khalwat 40 hariku yang buta.
Banda Aceh – Indonesia.
Saya tidak mengatakan bahwa ini adalah “Pengalaman Ma’rifatullah”, “Kesempurnaan”, “Moksha”, atau apapun sebutannya. Apapun sebutannya sudah tidak menarik lagi.
Apapun yang dapat disebutkan, dipikirkan tentang ini jatuh kedalam kesalahan.
Pagi itu, di tahun 2003 di akhir dari khalwat 40 hariku yang buta.
Banda Aceh – Indonesia.
Saya tidak mengatakan bahwa ini adalah “Pengalaman Ma’rifatullah”, “Kesempurnaan”, “Moksha”, atau apapun sebutannya. Apapun sebutannya sudah tidak menarik lagi.
Apapun yang dapat disebutkan, dipikirkan tentang ini jatuh kedalam kesalahan.
“Tidak ada apa-apa… Sedari awal memang tidak ada apa-apa…
Sedari awal, Seperti Itu…..”
(“Nothing has happened ~ to be able to understand this is
very fortunate. If you can understand that nothing has happened, you have
indeed been blessed with inner vision.”
~ Sri Anandamayi Ma, Matri Vani, Vol.II,195
~ Sri Anandamayi Ma, Matri Vani, Vol.II,195
____Tidak ada yang terjadi ~ untuk dapat memahami hal ini
sangat beruntung, jika anda dapat mengerti bahwa tidak ada yang terjadi, anda
benar-benar telah diberkati dengan penglihatan batin)
Saya masih terus belajar.. masih harus “mati” dan “mati”
lagi. Sampai saya dapat melampaui meditasi itu sendiri dan hidup meditatif…
Saya hanya orang yang dalam ketidak-tahuan apa-apa ditarik langsung kearah ini.
Saya mencoba menuliskan ini dengan jujur berdasarkan pengalaman langsung saya sendiri. Namun begitu, jangan percaya dengan saya. Setiap kita harus
percaya dengan Diri kita sendiri.
“Dia lah Jalan, Kebenaran, dan Kehidupan”. Dia adalah
Kenyataan dalam setiap kita yang tidak dapat dihancurkan, Kebenaran Ilahi dalam
semua makhluk: all-forgiving, Realitas Abadi di balik kehidupan mimpi di bumi”,
kata Yogananda..
“Lihatlah dunia ini sebagai sebuah mimpi, dan kemudian
Anda akan memahami bahwa Anda boleh berbaring di tempat tidur bumi ini dan
bermimpi impian kehidupan. Anda tidak akan keberatan, karena Anda akan tahu
Anda sedang bermimpi … Singkirkan khayalan penyakit akan kesehatan, kesedihan
dan kegembiraan. Bangkit di atas itu. Menjadi Sang Diri. Saksikan pertunjukan
alam semesta, tetapi jangan menjadi terserap di dalamnya. Berkali-kali saya
telah melihat tubuh saya pergi dari dunia ini. Saya tertawa pada saat kematian.
Saya siap kapan saja. Semua tak ada artinya. Hidup yang kekal adalah milik
saya. Saya adalah lautan kesadaran … Ketika Anda benar-benar ingin dibebaskan
dari mimpi bumi ini, tidak ada kekuatan yang dapat menghentikan Anda dari
mencapai pembebasan. Jangan pernah meragukannya! Keselamatan Anda bukan untuk
dicapai – itu sudah menjadi milik Anda, karena Anda dibuat menurut citra Tuhan;
tetapi Anda harus tahu ini. Anda telah lupa ini. ” ____Paramhansa
Yogananda
******
Dibawah ini ialah kata-kata indah yang tertera dalam buku
40 Hari Khalwat itu, yang telah menginspirasi dan memberikan semangat padaku.
Sumber kata-kata ini ialah bacaan yang digunakan Michaela saat
berkhalwat, salah satunya adalah; Fihi ma Fihi & Open Secret oleh Hz.
Maulana:
“Semua siksaanmu, kemalanganmu, dan kekecewaanmu berasal
dari pemahaman ini. pemahaman ini adalah sebuah belenggu bagimu: engkau harus
sama sekali bebas dari pemahaman untuk menjadi apa saja… pemahaman adalah baik
dan bermanfaat untuk cukup jauh membawamu ke pintu gerbang Raja. Begitu sampai
di pintuNya maka pasrahkanlah dan lepaskanlah dirimu dari pemahaman, karena
pada saat itu pemahaman adalah berbahaya”. ___Hz. Maulana
“Ketika rasa sakit datang, tirai kealpaan dirobek hingga
luluh”. ___Hz. Maulana
“Bagaimana jadinya jika yang engkau lihat dan temukan
saat engkau menderita, sekarang tidak kau lihat? Karena disebabkan penderitaan
engkau melihat, maka penderitaan dikirimkan kepadamu dan menjadi gurumu,
sehingga engkau mengingat Tuhan” ___Hz. Maulana
“Adalah rasa sakit yang membimbing seseorang, dan ia
tidak akan melakukan usaha untuk mencapai tujuan jika itu tidak mengandung rasa
sakit, godaan, dan hasrat cinta”. ___Hz. Maulana
“Adalah baik apabila engkau tak berdaya sepanjang waktu
dan melihat dirimu sendiri tak berdaya dalam segala keadaan, bahkan ketika
memiliki kekuasaan, engkau seperti tidak punya kekuasaan. Karena di atas
kekuasanmu terdapat kekuasaan yang lebih besar, dan di dalam segala keadaan
Tuhan menguasaimu” ___Hz. Maulana
“Tidak seorang pun yang menempuh jalan ini pernah
mengeluh, kecuali seseorang yang menginjakkan kaki di jalan ini dengan semangat
yang sembrono dan mai-main”. ___Hz. Maulana
“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu, dan Kami telah
menghilangkan bebanmu yang memberatkan punggungmu, dan Kami tinggikan
sebutanmu” ___QS 94:1-4
Komentar
Posting Komentar