Langsung ke konten utama

Pengalaman Sejati Aku Pulang Ke Dalam Jati Diriku Sendiri


Ini terjadi pada usia saya kira-kira 17 – 31 tahun.
Saya lahir tanggal 7/12/1972 di Banda Aceh – Indonesia

Sebelumnya saya tidak pernah tahu apa-apa tentang meditasi dan spiritualitas. Saya “ditarik” langsung kearah ini pada usia 17 tahun. Memang Ayah saya adalah seorang Guru yang khusus mengajari ma’rifat. Tapi beliau meninggal waktu saya masih berusia 12 tahun dan Ibu ketika saya masih berusia 10 tahun. Pada usia saya 16 tahun saya pernah meminta pada salah seorang murid Ayah saya yang masih hidup karena pada umumnya mereka semua telah berusia lanjut, “Pak, ajari saya ilmu ma’rifat Ayah saya itu”, Beliau menjawab, “Agus tenang saja. Ayah agus itu orang yang berilmu tinggi. Agus jangan khawatir jika masanya telah tiba, itu akan datang sendiri pada Agus”. Beliau benar.
Setahun kemudian, saya merasa benar-benar ditarik kearah ini. Tanpa bimbingan, tanpa Guru, pencarian yang buta inipun dimulai.

Pada usia saya kira-kira 19 tahun saya mengalami sebuah keadaan perluasan atau peningkatan kesadaran yang datang tiba-tiba. Saat itu sore menjelang magrib saya sedang berjalan kaki menuju pulang kerumah. Saya melihat sesuatu yang datang tiba-tiba kepada saya dari alam semesta. Langit membuka lebar seperti kulit ari yang tipis dan memperlihatkan sesuatu yang sangat menakjubkan dibaliknya dan menghujani saya dengan cahayanya yang belum pernah aku ketahui atau aku lihat sebelumnya. Ada kebahagiaan yang aneh yang sepertinya tidak ada kebahagiaan seperti itu didunia ini ketika ia datang. Sepertinya kesadaranku terbagi dua, satu kebumi dan satu lagi bersama dengan langit yang terbuka itu. Suatu keadaan yang sangat sulit dijelaskan. Tapi membuat peningkatan dan perluasan kesadaran yang tiba-tiba pada saya dan membuka pintu bagi pemahaman yang baru. Alam semesta berbicara dengan saya dengan bahasa keheningan.

Tanpa pernah belajar sebelumnya dari buku-buku maupun dari orang lain saya sepertinya mendadak merasa dapat memahami pengetahuan filsafat dan spiritualitas. Saya diberikan “penglihatan” dan pemahaman dengan sangat jernih tentang sedikit rahasia dibalik kehidupan ini. Tapi sangat sulit untuk dikatakan maupun dijelaskan lewat kata-kata. Perluasan kesadaran, inilah kata yang mungkin lebih tepat untuk menyatakan itu. Dan salah satu pemahaman baru yang saya peroleh dengan sangat jernih ini adalah tentang agama-agama yang ada didunia ini pada inti sarinya adalah satu dan benar. Perbedaan hanya pada ego manusia. Intisarinya tetap sama dan terpelihara dengan baik. Dan hanya akan dibuka rahasianya bagi mereka yang mau membuka dirinya seluas-luasnya.

Dari pengalaman tadi akupun mendadak menjadi sangat mudah untuk bisa memahami secara langsung dan cepat hampir semua buku-buku filsafat dan spiritualitas yang bisa aku dapatkan dari menyewa buku-bukunya diperpustakaan. Aku sempat terlena dengan buku-buku ini selama kurang lebih 5 tahun, karena aku merasa dapat memahaminya. Padahal aku menyadari Kebenaran Sejati tidak bisa diperoleh lewat buku-buku maupun kitab suci atau ilmu pengetahuan. Sebuah “tarikan” untuk bermeditasi selalu aku jalani tanpa kesungguhan karena aku tidak tahu bagaimana caranya. Walau aku dapat merasakan dan menyadari bahwa bimbingan dari Guru yang tidak nampak selalu hadir. Sampai akhirnya aku merasa pusing sendiri karena Kebenaran yang sesungguhnya belum juga aku alami. Dan karena aku merasa tidak tahu bagaimana harus memulai bermeditasi dan pikiran pun sepertinya sudah tidak kuat lagi untuk diajak berpikir kearah ini akhirnya aku menyerah dan berkata padaNya, “Cukup, aku tidak sanggup lagi. Jangan arahkan atau tarik diri saya lagi kearah ini. Saya sudah tidak sanggup lagi. Saya bisa gila jika saya terus berada dalam keadaan saya seperti sekarang ini”. Tiba-tiba muncul suara yang entah dari mana datangnya, “Nanti dibimbing”. Secara tiba-tiba beban kegundahan saya lenyap seketika. Diri saya cerah kembali dan memperoleh semangat baru dan kesadaran yang lebih baru dan siap berjalan lagi dijalan kerinduan yang buta ini.
Penderitaan akan Cinta takterlukiskan.. hati tersayat dengan luka disana-sini…

Ada beberapa metode meditasi yang aku coba praktekkan, termasuk metode salah satu tarekat namun selalu gagal. Aku merasa metode-metode itu tidak cocok dengan jiwaku. Suatu hari aku mencoba mempraktekkan metode meditasi pada kedua “jantung” yang bisa beresiko tinggi bagi kesehatan jantung jika dilakukan tanpa bimbingan dari seorang guru yang kuperoleh ilmunya dari buku. Namun, jantungku menjadi tersekat. Aku merasa peredaran darah yang mengalir kejantungku menjadi tersekat. Dan aku mengalami rasa sakit disekitar jantungku selama 3 hari. Memang sebelumnya buku ini telah memberitahukan bahwa jika dilakukan sendiri tanpa bimbingan dari seorang guru hasilnya dapat membuat jantung kita menjadi tersekat dan buku inipun menjelaskan cara untuk menghilangkan tersekatnya jantung yaitu dengan visualisasi pada cahaya dan kemudian melakukan penyapuan setempat dengan tangan sebanyak tiga kali. Dan hasilnya memang benar, jantung saya yang tersekat inipun normal kembali.

Hari terus berjalan, dan aku terus mengalami kegagalan-demi kegagalan karena aku memang tidak tahu bagaimana bermeditasi yang benar. Masa itu internet sepertinya belum ada tidak seperti sekarang ini orang dapat mengetahuinya lewat google. Dan yang sangat mengherankanku adalah, mengapa setiap kali aku bermeditasi (duduk) aku selalu merasa ditinggal sendirian. Aku selalu merasa ditinggal seorang diri oleh Diri Sejatiku sendiri. Tapi jika aku dalam keadaan biasa dalam keseharian aku dapat merasakan aku sedang berdua dengan Diri Sejatiku sendiri dan dapat berkomunikasi dengannya. Pernah suatu hari aku ingin mengetahui salah satu pelajaran yang ada diilmu hakikat, lalu tiba-tiba kakiku bergerak sendiri untuk berjalan kearah kamarku untuk membuka salah satu halaman dari buku yang ada dikamarku itu, dan ternyata benar, jawaban yang aku inginkan ada disalah satu lembaran buku itu. Sering juga jika aku ingin mengetahui sesuatu, maka jawabannya diberikan berupa “pemahaman”, tanpa kata-kata, tanpa harus berpikir.

Pada usia kira-kira 21 tahun aku mulai mencoba bermeditasi dengan sungguh-sunggh. Aku mengawali meditasiku ini dengan kebaktian yaitu dari metode Ayahku sebelum menyaksi atau bermeditasi yang aku dapatkan mantranya dari salah seorang murid ayahku yang berkunjung kerumahku. Sebuah metode kontak secara langsung, keterhubungan secara langsung dengan Diri Sejatiku sendiri. Sehingga didalam kebaktian ini aku dapat memperoleh gerak dari Diri Sejatiku sendiri untuk pembersihannya dan bimbinganNya secara langsung. Bahkan tubuh atau tangan dan kakiku dapat bergerak sendiri (digerakkan oleh Diri Sejati) untuk melakukan praktek duduk kebaktian dan penyaksiannya)

Selesai aku melakukan kebaktian ini dalam beberapa minggu, aku mulai memasuki metode penyaksian – Meditasi.

Pada usaha pertama sangat sulit. Aku mengira aku akan mulai dibimbing olehNya. Kenyataannya aku selalu ditinggal sendirian ketika bermeditasi. Karena tidak tahu bagaimana cara bermeditasi, akhirnya segala metode aku coba terapkan lagi, tapi selalu aku merasa kesulitan dan gagal lagi..

Beberapa tahun kemudian sampailah akhirnya seorang teman meminjamkan buku 40 hari khalwat padaku – Catatan Harian Seorang Psikolog Dalam Pengasingan-Diri Sufistik’ yang ditulis oleh Michaela Ozelsel.
Dalam buku ini terurai-lah mengenai pengalaman Michaela Ozelsel saat ia tengah berkhalwat yang hanya ditemani oleh buku-buku dari HZ Maulana Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.

Setelah aku mulai merasakan tarikan kearah Jalan Cinta ini semakin kuat tapi selalu gagal dalam mempraktekkan duduk meditasi ini, akhirnya aku mencoba untuk berkhalwat (memisahkan diri atau menyendiri untuk sementara waktu dari segala sesuatu yang bukan Allah) aku mengurung diri didalam kamar  sambil menjalankan puasa. Menghindari sebisa mungkin untuk tidak makan daging. Dan keluar dari kamar hanya untuk mengambil makan, minum dan ke bathroom saja. Diawal-awal bermeditasi aku merasakan rasa nyeri dan seperti tersayat-sayat kecil didalam diriku. Tidak begitu terasa sakit. Dan dalam beberapa kali bermeditasi rasa nyeri dan seperti tersayat-sayat kecil ini mulai menghilang. Mungkin ini adalah merupakan proses pembersihan juga.

Dalam seminggu berat badan mulai terasa turun. Kelelahan begitu terasa. Sering aku jatuh terkulai lemas tanpa daya tanpa harapan. Tapi aku tidak perduli, dalam keputusasaan dan kerinduan yang dalam yang aku tidak mengerti ini aku terus melanjutkan khalwatku yang buta ini. Kerinduanku adalah segalanya. Beberapa minggu berikutnya pikiran dan hatiku tiba-tiba mulai terasa begitu bersih dan terang. Pada suatu sore dalam keadaan duduk istirahat sejenak aku mendapatkan penglihatan yang datang tiba-tiba didepanku. Sebuah petunjuk tentang bagaimana caranya duduk atau menyaksi yang benar. Aku begitu gembira, mata dan pikiranku terbuka lebar karena aku melihat jalannya ternyata begitu mudah tidak sesulit seperti apa yang sudah aku jalani ditahun-tahun yang lalu. Sebuah jalan yang begitu damai terbentang didepanku siap untuk aku lalui. Sepertinya aku telah menemukan jalan untuk diriku sendiri. Perlahan-lahan aku sudah mulai bisa duduk bermeditasi dengan penuh kedamaian dan tersenyum bahagia tanpa mengharapkan apa-apa baik pada dunia ini maupun kepada Allah. Hanya duduk, hanya damai, hanya tersenyum bahagia, hanya terimakasih belaka. Aku benar-benar hadir bersama diriku sendiri disaat ini. Ketika aku sudah bisa berada dikeadaan ini ada bimbingan yang datang  agar aku mengarahkan pandanganku kearah titik diantara kedua alis mata tanpa harus focus atau berkonsentrasi, hanya rileks – santai, menerima semua pikiran yang datang dengan penuh rasa cinta tanpa memilah-milah. Sekarang aku baru mengerti, mengapa aku harus tetap “sendirian” ketika duduk menyaksi atau bermeditasi ini..

Kira-kira seminggu berikutnya aku mencoba untuk keluar rumah sehabis magrib hanya untuk duduk santai didepan rumahku sambil merasakan udara yang lebih segar. Terasa sekali ketika berjalan tubuh begitu ringan dan bercahaya. Segala yang aku lihat pun ikut diliputi oleh cahaya. Aku terpesona dengan apa yang terjadi. Aku melihat keajaiban dimana-mana. Seluruh alam semesta dipenuhi cahaya, suka cita dan kebahagiaan.. malam bukan lagi malam, tapi malam yang bermandikan cahaya dimana-mana. Dengan bibir yang selalu tersenyum dan wajah yang berseri-seri aku menahan diri untuk tidak menari. Karena khawatir orang-orang akan mengira aku sudah gila..

Aku melanjutkan untuk berkhalwat..

Pikiran sudah mulai tenang. Aku sudah mulai dapat duduk bermeditasi dengan baik karena aku telah merasa bahwa segala usaha yang dicoba dilakukan dijalan Cinta ini hanya akan berakhir pada kesia-siaan dan penderitaan saja. Aku jatuh kedalam keberserahdirian sepenuhnya. Aku sudah tidak perduli lagi apakah aku bisa mencapaiNya atau tidak, seluruh usaha meditasiku hanyalah terimakasih belaka. Aku telah siap, kuserahkan diriku sepenuhnya kemanapun Cinta membawa. Aku telah dapat bermeditasi dengan tersenyum bahagia. Begitu tulus dan manisnya senyum itu terasa walaupun dilakukan ditempat yang gelap dan tidak ada seorangpun yang melihat. Belum pernah seumur hidupku aku tersenyum semanis dan sebahagia itu. Aku telah bisa bermeditasi seorang diri dan merasa sendirian, tanpa tujuan, tanpa mengharapkan apa-apa. Hanya bahagia dengan wajah berseri-seri.. Setelah sekian lama melakukan meditasi, baru didalam penyerahan diri total inilah aku mulai merasakan seperti ada gelombang energi yang naik dari bagian bawah tubuhku  kebagian atas hingga kepala secara berkesinambungan tanpa henti dan berirama. Begitu halus dan lembut terasa dan meditasi menjadi semakin terasa membahagiakan. Dan tiba-tiba fokus pandanganku diarahkan, lebih tepatnya ada yang mengarahkan yaitu ke titik ditengah dahi yaitu titik diantara dua alis mata (yang merupakan pintu menuju ilahi) lalu aku dapat melihat pikiranku sendiri datang dan pergi seperti awan dilangit dan akhirnya hanya menghilang dan berlalu. Aku mulai menyadari bahwa aku bukan baik tubuh maupun pikiranku tapi pikiran inilah yang telah menutupi Langit Kesadaranku selama ini. Berada dikeadaan yang begitu jernih dan damai ini aku merasa aku tidak perlu lagi untuk mengizinkan siapapun juga untuk membuang “sampah” kepikiranku lagi..

Nafas sudah mulai sangat halus bahkan telah berhenti. Diri mulai merasa semakin tak berdaya dan  dalam ketidak berdayaan ini secara spontan aku memohon dalam hatiku, “Ya Allah, bimbinglah aku…” (Ada sedikit rasa takut ketika aku sampai dikeadaan ini. Permohonan yang dilandasi kepasrahan total begitu indah. Rasa takutku perlahan memudar)

“Sesuatu” sepertinya keluar dari dalam diriku (mungkin ego) dan berkata padaku dengan panik, “cukup! hentikan saja! nanti kamu bisa mati!”

Karena penyerahan diri telah sepenuhnya, aku merasa tidak lagi memiliki daya apa-apa dan ego hanya menghilang dan berlalu. Dan secara perlahan aku mulai kehilangan kesadaran tubuh dan melihat diriku sekarang sebagai kesadaran yang sadar – sadar sebagai kesadaran.

Aku melihat Diri Sejatiku bersinar terang seperti bulan purnama dengan penuh kedamaian dan menyembuhkan. Dan sepertinya tidak ada surga yang dapat dibandingkan dengan keadaan ini. Aku terus mendekat dan mendekat, hingga akhirnya aku merasa menyatu dengannya..

Lalu tiba-tiba Cinta berkata kepadaku, “Apa sekarang kamu sudah siap?” Entah bagaimana, aku dapat memahami maksud dari perkataannya itu – mati (Mati ma’nawi). (Mati ma’nawi – mati sepanjang pengertian semata-mata. Mati ma’nawi ini diartikan pula dengan mati segala nafsu ammarah (nafsu yang selalu menyuruh kepada jalan yang jelek dan nafsu yang hanya mementingkan semata-mata urusan perut dan kesenangan duniawi). Mati yang dimaksudkan disini ialah FANA dalam arti hakiki). (Permata Yang Indah – Ad-durrunnafis) page 102 – 106)

Jiwaku ditarik terbang keatas meninggalkan tubuh. Tidak ada rasa sakit sedikitpun. Seperti ada magnit besar yang menarik jiwa keluar dengan rasa nyaman. Yang Dapat kurasakan dari bagian dada hingga keluar ke bagian atas kepalaku.

Sekarang aku melihat atau menyadari diri sebagai saksi tanpa tubuh, tanpa jenis kelamin, transparan dan menyatu dengan segalanya – dengan alam semesta yang bercahaya tanpa batas. Kesadarankupun meluas tanpa batas. Badan tidak terasa lagi. Namun, sadar sepenuhnya bahwa sebelumnya aku tidak pernah sehidup seperti saat itu. Kesadaranku meluas, merangkul segala sesuatu di luar diri.
Penglihatan yang sempit berubah menjadi pandangan yang amat sangat luas. Tiba-tiba aku bisa melihat dan merasakan segala sesuatu. Dan diatas segalanya, aku merasakan kesatuan, persatuan dengan semuanya. Sepertinya ada lautan cahaya yang menyatukan semuanya, aku merasakan kesatuan dengan segalanya. (Tapi disini aku dapat memahami dan merasakan bahwa jika seandainya saja aku tidak siap atau ragu-ragu diawal meditasi atau penyerahan diri, berada dialam ini bisa membuat orang panik. Dan akhirnya dapat jatuh kembali kekesadaran tubuh. Dan aku bisa menyadari bahwa walaupun alam ini sangat menakjubkan namun alam ini bukanlah yang diinginkan oleh jiwaku dan aku berniat untuk melanjutkan perjalananku)

Aku naik lagi – melayang lagi lebih tinggi lagi, Lalu aku melihat lagi ada sebuah alam semesta yang  luas tanpa batas lagi tapi juga menyatu dengan segalanya. Akupun merasa ini juga bukanlah seperti yang jiwaku inginkan. Sepertinya disini aku dapat “melihat” ada kekosongan atau kehampaan besar dibalik ini semua. Lalu tiba-tiba aku masuk dan menghilang kedalam alam semesta yang maha luas itu dan lalu secara tiba-tiba pula alam semesta yang luas itupun masuk dan menghilang kedalam diriku dan akhirnya diriku sendiripun menghilang kesebuah “Kehampaan” yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Semua pengalaman menghilang. Baik cahaya, alam semesta yang luas, yang melihat maupun yang dilihat semuanya menghilang ke Yang Tidak Di Ketahui atau “Kekosongan Murni” “Kehampaan Murni” ini.

Kemudian jiwaku kembali lagi kedalam jasad/tubuh dengan tersentak atau terkejut dan mengalami seperti baru saja dilahirkan kembali dalam keadaan suci bersih dan memiliki pikiran yang seperti hanya sebuah cermin bersih. Dan aku merasa kehilangan pikiranku sendiri, yang sebenarnya aku hanya kehilangan semua ilusi yang selama ini membelenggu diriku. Dan aku dapat melihat dengan pandangan yang jernih bahwa baik diriku maupun seluruh dunia ini adalah mimpi atau tidak ada, kosong dan yang ada atau yang sesungguhnya nyata adalah keadaan sewaktu aku menghilang ke Yang Tidak Di Ketahui atau “Kekosongan Murni” “Kehampaan Murni” tadi. Dan secara spontan aku langsung menginginkan agar dikembalikan lagi ke keadaan Yang Tidak Di Ketahui atau “Kekosongan Murni” itu – Yang Nyata dan Segalanya. Yang Tidak Dapat Dijelaskan atau dilukiskan atau digambarkan dengan sesuatu apapun – melampaui segalanya.. yang telah membuat lidah menjadi kelu dan hatipun tak kuasa untuk menceritakannya…

Lalu tiba-tiba aku mengalami kebingungan. Bingung karena aku dapat melihat dengan jernih dan jelas bahwa aku hidup diantara kerumunan massa yang “tidak waras”, “tidak sadar”, tampak hidup dan berjalan tapi sesungguhnya mereka bermimpi. Aku pun bingung, bagaimana nantinya aku dapat menghadapi massa yang “tidak waras”, “tidak sadar”, sementara aku Terbangun, begitu alami dan Sadar sepenuhnya.

Lalu aku juga merasakan dan melihat dengan jelas bahwa segala sesuatunya tampak sebagaimana adanya. Tidak ada hal yang aneh atau hal yang besar yang baru saja terjadi. Semuanya tampak biasa-biasa saja. Segala sesuatunya tampak sebagai mana mestinya, sebagaimana adanya.

Tiba-tiba aku mengalami perasaan “mabuk”.. mabuk yang begitu kuat.. Ingin rasanya aku berlari keluar kamar untuk meminta bantuan pada orang-orang bahwa aku telah “kehilangan pikiranku”. Tapi aku mencoba untuk tetap tenang dan sadar sepenuhnya. Menyadari dan memahami apa yang terjadi dengan tetap tenang dan waspada. Keadaan dari perasaan “mabuk” yang aneh ini sangat kuat yang hampir membuatku hilang pengendalian diri. Aku terus berusaha agar tetap tenang, tapi sepertinya aku merasa tidak dapat menahan diri lagi dan akupun memohon padaNya agar diberi ketenangan dan dinormalkan. Permohonanku dikabulkan. Tapi begitu langsung dinormalkan kembali, aku jadi menyesal. Karena perasaan “mabuk” ini ada “keindahan” yang sulit dilukiskan atau dijelaskan didalamnya. Seharusnya aku menari. Menarikan sebuah tarian ekstase……
Dari hasil pengalamanku sendiri ini aku dapat menyimpulkan bahwa orang yang mengalami ini tidak akan tahu bahwa dirinya telah tiba. Karena segala sesuatunya tampak begitu alami. Segala sesuatunya tampak sebagaimana adanya, sebagaimana mestinya. Karena itu ia butuh cermin atau Guru yang mencapai yang bisa memberinya “cermin”.
Selama 7 tahun aku tidak menyadari dan menganggap pengalamanku tadi itu biasa-biasa saja karena segala-sesuatunya tampak sebagaimana mestinya, sebagaimana adanya. Segala-sesuatunya begitu sempurna..
Tapi, ada satu hal yang tetap melekat dihatiku, yang tidak dapat digantikan dengan apapun juga yaitu ketika  aku secara spontan menginginkan agar  dikembalikan kembali kepada Yang Maha Nyata tadi, Yang Tidak Di Ketahui atau “Kekosongan Murni”, Yang Tak Tergambarkan, Tak Terlukiskan, Tak Terjelaskan. Tidak ada mata yang pernah melihatNya dan hati pun tak kuasa untuk menceritakanNya. Itulah yang telah membuatku puas dan tidak menginginkan apa-apa lagi. Selain dari Itu hanyalah kekosongan dan mimpi belaka….

*

“Mimpi telah terbangun..
Kematian hanyalah ilusi bagi Kesadaranku..

Tubuhku bergetar dengan suka-cita..
Lidah serasa kelu. Aku tidak mampu berkata-kata maupun berpikir.
Segala sesuatunya hanyalah kejernihan dan kejelasan –
Segala sesuatunya begitu sempurna..

Kerinduanku terpenuhi sudah, aku terpuaskan.
Pikiran kehilangan seluruh pengetahuannya yang semu tapi Jiwa terpuaskan.
Kerinduanku telah menuntun langkahku..
Keberserahdirian dan ketulusan di Jalan Cinta ini telah mengundang Cinta untuk hadir dan membentangkan sebuah jalan rahasia didepanku dengan pelita ditangannya..

Malam telah pergi,
matahari telah terbit,
awan-awan telah berlalu,
langit hanya cerah.
Kusambut hariku yang baru dengan pikiran yang baru..
Dipagi yang buta itu tanpa seorangpun yang tahu,
tanpa sayap, tanpa bulu, aku terbang pulang kedalam Jati Diriku sendiri..

Aku tertawa..
Tidak ada yang harus dicari atau diketahui.
Segala-sesuatunya tampak sebagaimana mestinya, sebagaimana adanya.
Segala-sesuatunya begitu sempurna..
Segala sesuatuanya yang bukan hanya menghilang,
sama sekali tidak ada puing-puingnya yang tersisa,
aku pun tidak ada, tidak ada sama-sekali..
Yang ada hanyalah Yang Maha Nyata tadi,
Yang Tidak Di Ketahui, Yang Tidak Tergambarkan, Tak Terlukiskan, Tak Terjelaskan.
Tidak ada mata yang pernah melihatnya dan hati pun tak kuasa untuk menceritakannya.
Itulah yang telah membuatku puas dan tidak menginginkan apa-apa lagi.
Selain dari Itu hanyalah kekosongan dan mimpi belaka….

______Agus
Pagi itu, di tahun 2003 di akhir dari khalwat 40 hariku yang buta.
Banda Aceh – Indonesia.


Saya tidak mengatakan bahwa ini adalah “Pengalaman Ma’rifatullah”,  “Kesempurnaan”, “Moksha”, atau apapun sebutannya. Apapun sebutannya sudah tidak menarik lagi.
Apapun yang dapat disebutkan, dipikirkan tentang ini jatuh kedalam kesalahan.

“Tidak ada apa-apa… Sedari awal memang tidak ada apa-apa… Sedari awal, Seperti Itu…..”

(“Nothing has happened ~ to be able to understand this is very fortunate. If you can understand that nothing has happened, you have indeed been blessed with inner vision.”
~ Sri Anandamayi Ma, Matri Vani, Vol.II,195

____Tidak ada yang terjadi ~ untuk dapat memahami hal ini sangat beruntung, jika anda dapat mengerti bahwa tidak ada yang terjadi, anda benar-benar telah diberkati dengan penglihatan batin)

Saya masih terus belajar.. masih harus “mati” dan “mati” lagi. Sampai saya dapat melampaui meditasi itu sendiri dan hidup meditatif… Saya hanya orang yang dalam ketidak-tahuan apa-apa ditarik langsung kearah ini. Saya mencoba menuliskan ini dengan jujur berdasarkan pengalaman langsung saya sendiri. Namun begitu, jangan percaya dengan saya. Setiap kita harus percaya dengan Diri kita sendiri.

“Dia lah Jalan, Kebenaran, dan Kehidupan”. Dia adalah Kenyataan dalam setiap kita yang tidak dapat dihancurkan, Kebenaran Ilahi dalam semua makhluk: all-forgiving, Realitas Abadi di balik kehidupan mimpi di bumi”, kata Yogananda..

“Lihatlah dunia ini sebagai sebuah mimpi, dan kemudian Anda akan memahami bahwa Anda boleh berbaring di tempat tidur bumi ini dan bermimpi impian kehidupan. Anda tidak akan keberatan, karena Anda akan tahu Anda sedang bermimpi … Singkirkan khayalan penyakit akan kesehatan, kesedihan dan kegembiraan. Bangkit di atas itu. Menjadi Sang Diri. Saksikan pertunjukan alam semesta, tetapi jangan menjadi terserap di dalamnya. Berkali-kali saya telah melihat tubuh saya pergi dari dunia ini. Saya tertawa pada saat kematian. Saya siap kapan saja. Semua tak ada artinya. Hidup yang kekal adalah milik saya. Saya adalah lautan kesadaran … Ketika Anda benar-benar ingin dibebaskan dari mimpi bumi ini, tidak ada kekuatan yang dapat menghentikan Anda dari mencapai pembebasan. Jangan pernah meragukannya! Keselamatan Anda bukan untuk dicapai – itu sudah menjadi milik Anda, karena Anda dibuat menurut citra Tuhan; tetapi Anda harus tahu ini. Anda telah lupa ini. ” ____Paramhansa Yogananda

******

Dibawah ini ialah kata-kata indah yang tertera dalam buku 40 Hari Khalwat itu, yang telah menginspirasi dan memberikan semangat padaku. Sumber kata-kata ini ialah  bacaan yang digunakan Michaela saat berkhalwat, salah satunya adalah; Fihi ma Fihi & Open Secret oleh Hz. Maulana:

“Semua siksaanmu, kemalanganmu, dan kekecewaanmu berasal dari pemahaman ini. pemahaman ini adalah sebuah belenggu bagimu: engkau harus sama sekali bebas dari pemahaman untuk menjadi apa saja… pemahaman adalah baik dan bermanfaat untuk cukup jauh membawamu ke pintu gerbang Raja. Begitu sampai di pintuNya maka pasrahkanlah dan lepaskanlah dirimu dari pemahaman, karena pada saat itu pemahaman adalah berbahaya”. ___Hz. Maulana

“Ketika rasa sakit datang, tirai kealpaan dirobek hingga luluh”. ___Hz. Maulana

“Bagaimana jadinya jika yang engkau lihat dan temukan saat engkau menderita, sekarang tidak kau lihat? Karena disebabkan penderitaan engkau melihat, maka penderitaan dikirimkan kepadamu dan menjadi gurumu, sehingga engkau mengingat Tuhan” ___Hz. Maulana

“Adalah rasa sakit yang membimbing seseorang, dan ia tidak akan melakukan usaha untuk mencapai tujuan jika itu tidak mengandung rasa sakit, godaan, dan hasrat cinta”. ___Hz. Maulana

“Adalah baik apabila engkau tak berdaya sepanjang waktu dan melihat dirimu sendiri tak berdaya dalam segala keadaan, bahkan ketika memiliki kekuasaan, engkau seperti tidak punya kekuasaan. Karena di atas kekuasanmu terdapat kekuasaan yang lebih besar, dan di dalam segala keadaan Tuhan menguasaimu” ___Hz. Maulana

“Tidak seorang pun yang menempuh jalan ini pernah mengeluh, kecuali seseorang yang menginjakkan kaki di jalan ini dengan semangat yang sembrono dan mai-main”. ___Hz. Maulana

“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu, dan Kami telah menghilangkan bebanmu yang memberatkan punggungmu, dan Kami tinggikan sebutanmu” ___QS 94:1-4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Satu Syair Rumi Tentang Reinkarnasi

Sebagai tahapan yang harus dilalui wujud lahir, tingkatan wujud berikutnya akan berproses sesuai dengan rancangan wujud sebelumnya. Dengan jalan seperti ini muncullah ribuan perubahan. Dan tiap perubahan selalu lebih baik dari sebelumnya. Sadarilah selalu wujudmu saat ini karena jika kau berpikir tentang wujudmu di masa lalu, maka kau akan memisahkan dirimu dari Diri Sejatimu. Inilah semua keadaan yang tetap yang kau saksikan dalam kematian. Lalu mengapa harus kau palingkan mukamu dari kematian? Ketika tahapan kedua lebih baik dari tahapan pertama, maka matilah dengan senyum suka cita. Dan arahkan pandanganmu ke depan untuk menempati wujud baru yang lebih baik dari wujud sebelumnya. Sadarilah, dan jangan tergesa-gesa. Kau harus mati terlebih dulu sebelum memperbaiki diri. Laksana sang surya, hanya jika kau tenggelam di Barat, maka di Timur, kau akan menyaksikan wajahmu yang cerlang gemilang.  ( Jalaluddin Rumi ) Tulisan Di Batu Nisan Jalaluddin...

Kata-Kata Indah Dari Osho

Kita telah hidup dalam pikiran selama begitu banyak kehidupan, dan kita telah menjadi selaras dengan kegelapannya, dengan keburukannya, kesia-siaannya. Ketika engkau bertindak tanpa pikiran, seluruh keberadaanmu bergetar. Engkau bergerak di jalur yang berbahaya. Pikiran berkata, “Waspada! Pikirkan dulu, baru kemudian bertindak.” Tetapi jika engkau berpikir dulu dan baru kemudian melakukan sesuatu, perbuatanmu akan selalu mati, basi. Ini akan keluar dari pikiran, ini tidak akan menjadi nyata dan otentik. Maka engkau tidak bisa mencintai, Maka engkau tidak bisa bermeditasi, Maka engkau tidak bisa benar-benar hidup dan engkau tidak bisa mati. Engkau menjadi hantu, keberadaan yang palsu. Cinta mengetuk hatimu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” Kehidupan terus mengetuk pintumu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” OSHO, A Bird on the wing, Chpt 9, Save the cat “Kuasai hanya satu hal: dirimu sen...

Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya

“Prayer means gratefulness, prayer means no complaint. Prayer means ”I am thankful for all that has been given to me; more I could not have asked for.” In that very prayerfulness one becomes graceful”. ___Osho Doa berarti rasa syukur, doa berarti tidak ada keluhan. Doa berarti “Saya bersyukur untuk semua yang telah diberikan kepada saya; lebih saya tidak bisa meminta.” Dalam penuh rasa syukur itu orang menjadi graceful.. ------------------------------------------- “Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya” Osho: “JANGAN MEREPOTKAN ALLAH, DIA PUNYA MASALAH SENDIRI. Tidakkah anda lihat apa pun yang Dia ciptakan adalah mati? Anda menyimpan masalah anda kepada diri sendiri. Mengapa orang harus ingin berdoa kepada Allah? ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN DOA-DOA ANDA. Anda mungkin memerlukan doa-doa itu — tapi mereka tidak akan sesuatu yang lebih dari suara keinginan anda, tuntutan anda, mengekspresikan keluhan anda. Itulah apa yang dilakukan orang atas nama d...