Kebijaksanaan dan Penderitaan
Apakah kebijaksanaan itu? Para orang pintar melihat penderitaan sebagai kebijaksanaan, orang bodoh melihat kebijaksanaan sebagai penderitaan. Orang pintar sebelum pencerahan memiliki batin yang diskriminatif, batin yang terus menerus membeda-bedakan, mengambil dan memilih. Batin diskriminatif ini melhat penderitaan sebagai kebijaksanaan. Dan ketika seseorang memahami bahwa apa yang disebut batin tercerahkan itu tidak ada, dan tidak ada apa yang disebut sebagai pencerahan itu maka, akan dipahami bahwa percaya akan ide kebijaksanaan itu lah penderitaan. Kenapa kita katakan bahwa orang yang tercerahkan melihat kebijaksanaan sebagai penderitaan? Hal itu dikarenakan ketika kita membangkitkan pemikiran.”Saya memiliki kebijaksanaan, ” mereka sadar kalau mereka memiliki penderitaan pada saat itu juga. Tapi ketika pemikiran,”Saya memiliki pencerahan,” tidak ada, maka problem tentu tidak akan muncul, tidak ada [pemikiran akan] penderitaan pada saat itu juga. Maka ketika ada orang yang bertemu dengan saya dan berkata bahwa saya punya banyak kebijaksanaan, hal itu sungguh memalukan saya karena mereka sesungguhnya mengkritik saya dan mengatakan hal jelek tentang saya.
Maka Master Bai Zhang melanjukan penjelasannya kepada Wei Shan bahwa tidak ada perbedaan antara orang awam dengan orang suci, dan tidak ada perbedaan antara kebebasan dan samsara. Kebebasan dan siklus lahir – mati tidaklah berbeda, semuanya sama. Perbedaannya itu hanya timbul ketika anda membedakan keduanya, mengotori diri mu dengan pemikiran bahwa kamu telah menjadi orang suci, engkau harus lari dari samsara, harus terbebaskan. Sekali lagi, sangat penting dipahami bahwa batin yang tercerahkan itu sesungguhnya tidak ada, dan tidak ada apa yang disebut fenomena pencerahan, harap hal ini diingat dengan baik. Selama anda masih menganggap pengalaman anda sebagai sesuatu yang spesial, selama anda masih menggunakan batin anda untuk memperoleh pencerahan, maka anda masih memiliki batin yang menderita. Sungguh sangat penting untuk memahami bahwa memperoleh pengalaman pencerahan tidaklah menjadikan anda orang yang penting, anda masihlah orang yang sama. Kalau anda berpikir, “Saya mengalami pencerahan. Saya orang penting sekarang, saya berbeda,” maka anda dalam bahaya.
Ketika seseorang mengalami pencerahan merasa terbebaskan dari siklus samsara dan melihat dengan jelas bahwa hal ini kelihatan sekali bedanya dengan keadaan sebelumnya, kondisi ini adalah pencerahan kecil. Dalam pencerahan sejati yang agung, maha nirvana, seseorang tidak akan melihat lagi perbedaan antara nirvana dan samsara. Seseorang tidak akan terikat lagi dengan ide bahwa ada samsara dan nirvana, jadi orang itu tidak melihat lagi perbedaan di antara keduanya dan tidak lagi merasa berbeda dengan sebelumnya.
Bila gunung tidak berpindah, maka berjalanlah mengitarinya. Bila tiada jalan, ubahlah haluan. Bila tidak mampu mengubah haluan, ubahlah jalan pikiran.
– Sheng Yen
Mencari Kebenaran
1.
Menyelami Chan! Bukanlah hal yang misterius.
Seperti yang kusaksikan, ini memperpendek sebab dan akibat.
Di luar pikiran tiada Dharma
Jadi bagaimana seseorang berbicara tentang surga di atas?
Menyelami Chan! Bukanlah hal yang misterius.
Seperti yang kusaksikan, ini memperpendek sebab dan akibat.
Di luar pikiran tiada Dharma
Jadi bagaimana seseorang berbicara tentang surga di atas?
2.
Menyelami Chan! Bukanlah arena belajar.
Pembelajaran menambah sesuatu yang bisa diteliti dan didiskusikan.
Kesan yang dirasakan tidak bisa dikomunikasikan.
Pencerahan hanyalah medium transmisi.
Menyelami Chan! Bukanlah arena belajar.
Pembelajaran menambah sesuatu yang bisa diteliti dan didiskusikan.
Kesan yang dirasakan tidak bisa dikomunikasikan.
Pencerahan hanyalah medium transmisi.
3.
Menyelami Chan! Bukanlah banyak bertanya.
Terlalu banyak bertanya adalah penyakit Chan.
Cara terbaik hanyalah mengamati kebisingan dunia.
Jawaban untuk pertanyaanmu? Tanya pada hatimu.
Menyelami Chan! Bukanlah banyak bertanya.
Terlalu banyak bertanya adalah penyakit Chan.
Cara terbaik hanyalah mengamati kebisingan dunia.
Jawaban untuk pertanyaanmu? Tanya pada hatimu.
4.
Menyelami Chan! Bukanlah ajaran para murid.
Penceramah demikian adalah tamu dari luar pintu.
Chan yang ingin kamu ceramahkan
hanyalah perbincangan tentang kura-kura yang menjelma ikan.
Menyelami Chan! Bukanlah ajaran para murid.
Penceramah demikian adalah tamu dari luar pintu.
Chan yang ingin kamu ceramahkan
hanyalah perbincangan tentang kura-kura yang menjelma ikan.
5.
Menyelami Chan! Tak bisa dilukiskan.
Saat kau melukiskannya kau kehilangan maknanya.
Saat kau menemukan bahwa pembuktianmu adalah tanpa substansi
Kamu menyadari bahwa kata-kata tak lebih dari sekadar debu.
Menyelami Chan! Tak bisa dilukiskan.
Saat kau melukiskannya kau kehilangan maknanya.
Saat kau menemukan bahwa pembuktianmu adalah tanpa substansi
Kamu menyadari bahwa kata-kata tak lebih dari sekadar debu.
6.
Menyelami Chan! Mengenali hakikat sejati diri sendiri!
Senantiasa bergerak mengikuti arus ke mana-mana.
Saat kau tidak memalsukannya dan membuang waktu membersihkan dan mengasahnya,
Diri Sejati-mu akan selalu bersinar hingga lebih terang daripada cahaya.
Menyelami Chan! Mengenali hakikat sejati diri sendiri!
Senantiasa bergerak mengikuti arus ke mana-mana.
Saat kau tidak memalsukannya dan membuang waktu membersihkan dan mengasahnya,
Diri Sejati-mu akan selalu bersinar hingga lebih terang daripada cahaya.
7.
Menyelami Chan! Layaknya memanen harta karun.
Namun sumbangkanlah pada yang lain. Engkau tidak membutuhkannya.
Seketika segalanya akan hadir di hadapanmu,
Segalanya sempurna dan segalanya tuntas.
Menyelami Chan! Tidak ada perbedaan kelas.
Yang bersujud dan yang disujudi masing-masing adalah Buddha.
Beban dan ikatannya terikat satu sama lain.
Bukankah ini prinsip utama kita… satu-satunya yang seharusnya paling diamati?
Menyelami Chan! Layaknya memanen harta karun.
Namun sumbangkanlah pada yang lain. Engkau tidak membutuhkannya.
Seketika segalanya akan hadir di hadapanmu,
Segalanya sempurna dan segalanya tuntas.
Menyelami Chan! Tidak ada perbedaan kelas.
Yang bersujud dan yang disujudi masing-masing adalah Buddha.
Beban dan ikatannya terikat satu sama lain.
Bukankah ini prinsip utama kita… satu-satunya yang seharusnya paling diamati?
Di setiap jaman dan setiap tempat, banyak metode praktek yang telah digunakan. Teknik-teknik Chan itu fleksibel dan mudah diadaptasikan. Karena situasi yang terus berubah dan tipe orang yang berbeda-beda, seorang guru menggunakan metode yang berlainan untuk menuntun setiap orang ke arah pencerahan.
Pernah seorang awam bertanya kepada Patriakh keenam, Hui Neng, “Bukankah berpraktek meditasi dan samadhi untuk mendapatkan pembebasan itu perlu ?”
Patriakh Keenam menjawab, “Tidak. Jalan ini (sifat dasar realitas yang hakiki) direalisasi oleh pikiran. Bagaimana ia bisa eksis dalam tindakan duduk ?”
Metode hanyalah cara yang berguna untuk menjernihkan pikiran. Karena itu metode harus digunakan harus luwes.
Para master Chan ini menjadi terkenal karena metode metode mereka yang luar biasa, tetapi mereka tidak menggunakan metode yang sama secara mekanis kepada setiap orang. Deshan tidak memukul seseorang yang belum siap memetik manfaat dari pukulannya, dan Linji tidak berteriak pada seseorang yang belum siap untuk memetik manfaat dari sebuah teriakan. Jikalau seorang master Chan sedemikian kaku dalam metode metode pengajarannya, kita harus menganggapnya agak gila.
Pertimbangkan master dari abad ke sembilan, Huangbo Xiyun (Obaku Kiun, ? – 850), yang tulisan tulisannya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Huangbo menyuruh para rahibnya untuk makan sepanjang hari tetapi jangan pernah menggigit sebutir nasipun, dan berjalan sepanjang hari tetapi jangan pernah menginjak seinchi tanahpun. Yang ia maksudkan ialah bahwa kita tak pernah boleh memisahkan diri kita dari urusan urusan kehidupan biasa, tetapi kita juga jangan membiarkan diri kita dikendalikan oleh lingkungan atau kondisi eksternal kita. Apabila kita bisa melakukan hal ini, kita tidak lagi melekat pada diri, dan tidak lagi berpegang pada konsep bahwa diri dan orang lain itu beda. Hanya orang yang hidup dengan cara ini yang benar benar bebas dan ringan. Seseorang yang bebas dari kemelekatan pada diri akan terlibat secara positif dengan kehidupan namun tak bereaksi secara kacau, cemas atau menderita terhadap berbagai peristiwa, orang lain atau lingkungan sekitar.
Huangbo menekankan bahwa anda dapat menjalankan praktek spiritual dalam situasi apapun. Anda tidak harus meninggalkan masyarakat atau menjadi rahib. Inilah yang menjadi kenyataan dalam Chan. Bilamana kita dapat mencapai keadaan pikiran yang dideskripsikannya, maka kita akan menjadi orang yang telah tercerahkan secara mendalam – layak menjadi great Chan master.
(Posted by Kriya Yoga Nusantara)
Komentar
Posting Komentar