Tetapi tidurnya adalah sama: kualitasnya adalah
ketidaksadaran, pingsan.
Lalu ada manusia keempat, manusia nomor empat. Dia
menjadi waspada. Ia mengawasi tubuhnya, namun tidak teridentifikasi dengannya.
Dia menggunakan tubuhnya, namun tidak pernah hilang di dalamnya. Dia tetap
menyendiri, terpisah, jauh.
Dia menggunakan perasaannya; berkali-kali ia dikelilingi
oleh perasaannya, tapi ia tidak pernah dikuasai.
Dia tetap terpisah. Pikiran ada; pikiran terus berfungsi
dan menciptakan pemikiran, namun manusia nomor empat tetap waspada. Tubuh,
pikiran, hati – mereka semua adalah fungsi. Mereka berfungsi bahkan lebih baik
daripada mereka berfungsi di dalam dirimu karena tidak ada gangguan dari
keberadaan terdalam; keberadaan terdalam tetap menyendiri. Ini adalah manusia
nomor empat.
Manusia nomor empat adalah apa yang aku maksud dengan
Sannyasin. Tidak perlu pergi ke mana pun; dimanapun engkau berada, jadilah
sadar. Dan di sana dan kemudian Sannyas/pencarian mulai berfungsi. Ini bukan
pertanyaan tentang mengubah tempat; ini adalah pertanyaan mengubah sikap batin.
Engkau tetap di dalam tubuh, tetapi engkau tahu sekarang bahwa engkau bukanlah
tubuh. Dan sekali nomor empat itu ada, manusia (yang sesungguhnya) lahir.
Engkau lahir hanya dengan potensi untuk menjadi seorang
manusia; engkau tidak dilahirkan sebagai seorang manusia. Engkau hanya
dilahirkan dengan kapasitas untuk menjadi seorang manusia; engkau mungkin
menjadi, engkau mungkin tidak menjadi. Engkau dapat melewatkan seluruh intinya.
Engkau dapat pergi berputar-putar, dan tidak pernah mencapai dan menembus pusat
keberadaanmu. Tetapi jika kesadaran muncul dan engkau menjadi waspada, manusia
lahir.
Hindu telah menyebut keadaan ini DWIJA, keadaan dua kali
dilahirkan. Kelahiran pertama adalah melalui orang tua, ibu dan ayah. Kelahiran
kedua adalah melalui kesadaran – dan itu adalah kelahiran yang sesungguhnya.
Kelahiran pertama akan berujung pada kematian; kelahiran kedua tidak pernah
berujung pada kematian. Jadi kelahiran pertama adalah kelahiran dalam nama
saja; pada kenyataannya, itu adalah sebuah jalan untuk kematian. Hari disaat
engkau dilahirkan adalah hari disaat engkau sejak itu mulai mati. Suatu hari,
seluruh proses akan selesai. Jadi kelahiranmu bukanlah apa-apa tetapi pintu
masuk ke kematian. Engkau mungkin perlu tujuh puluh atau delapan puluh tahun
untuk mencapainya, tetapi engkau telah mulai berjalan menuju kematian setiap
saat dalam hidupmu.
Hanya ketika engkau terlahir dua kali, DWIJA, hanya
ketika kelahiran berikutnya telah terjadi, dan manusia nomor empat lahir dalam
dirimu, tiba-tiba, engkau tahu tidak ada kematian.
Kematian itu ada hanya dengan identifikasi. Jika engkau
teridentifikasi dengan tubuh, engkau akan mati. Tubuh bukanlah engkau; ia harus
ditinggalkan suatu hari. Engkau tidak bisa tetap tinggal di dalamnya sampai
selama-lamanya. Ini adalah fase/tahap yang sedang lewat; itu hanya sebuah batu
pembatas, bukan tujuannya. Engkau dapat beristirahat sebentar di bawah naungan
pohon, tapi kita harus pergi.
Engkau bisa teridentifikasi dengan emosi, tapi kemudian
akan ada kematian – dan engkau tahu itu. Tubuh mati sekali dalam tujuh puluh
tahun; emosi mati setiap hari, setiap saat. Engkau mencintai seseorang dan
kemudian ada kematian. Atau, engkau tidak mencintai, suasana hati telah pergi –
dan engkau merasa kematian yang halus terjadi. Engkau dulu ramah terhadap
seseorang; sekarang keramahan telah menghilang – satu kematian. Setiap saat
engkau mati dalam emosimu.
Dan pikiran bahkan lebih cepat dalam kematiannya. Engkau
tidak dapat menjaga satu pikiran tunggal untuk beberapa detik dalam benakmu;
itu akan mencoba untuk melarikan diri. Cobalah itu – cobalah saja untuk menjaga
satu pikiran tunggal untuk beberapa menit. Ini tidak akan ada disana; ia sudah
hilang. Ia berusaha untuk melarikan diri.
Pikiran sekarat/sedang dalam kematian terus menerus
setiap saat. Hati sekarat/sedang dalam kematian terus menerus setiap jam. Tubuh
juga sekarat/sedang dalam kematian terus menerus, tapi satu kelanjutan tetap
berlangsung selama tujuh puluh, delapan puluh tahun. Ketiganya adalah
identifikasi.
Kesadaran keempat muncul ketika engkau tidak
teridentifikasi.
Satu hal lagi tentang ini …. Ada empat jalan untuk
mencapai Tuhan. Satu adalah: melakukan usaha melalui tubuh untuk mencapainya;
itulah yang telah dilakukan oleh hatha yogi. Ini bukan cara yang benar. Sesuatu
dapat dicapai melalui itu – karena akhirnya tubuh itu juga milik Tuhan – tetapi
itu bukan totalitas/keseluruhanmu.
Gurdjieff telah menyebut ini ‘jalan dari fakir ‘.
Engkau bisa melihat banyak fakir di India. Engkau mungkin
akan terkesan dengan pencapaian mereka; mereka telah mencapai kekuatan
tertentu. Misalnya, engkau dapat menjumpai seorang fakir yang telah berdiri
terus menerus, selama sepuluh, dua puluh tahun. Dia tidak pernah membiarkan
tubuhnya untuk beristirahat – untuk duduk atau tidur. Dia telah berdiri terus
menerus.
Bahkan jika dia harus tidur, dia tidur berdiri. Sekarang
tubuhnya telah menjadi hampir kaku, lumpuh. Sekarang itu tidak bisa bergerak;
fleksibilitas hilang. Tapi engkau akan melihat kekuatan tertentu dalam dirinya
karena ia telah mencapai ke jenis terendah dari kehendak; untuk berdiri selama
sepuluh tahun terus-menerus membutuhkan kemauan.
Cobalah saja selama sepuluh hari dan engkau akan tahu.
Cobalah saja selama sepuluh jam dan engkau akan tahu. Cobalah saja selama
sepuluh menit – tidak bergerak, hanya berdiri – dan engkau akan tahu. Seribu
satu masalah timbul. Pikiran berkata: “Apa yang engkau lakukan? Hentikan semua
omong kosong ini. Semua orang menikmati dan apa yang engkau lakukan? Hanya
berdiri seperti orang bodoh?”
Sepuluh tahun, tidak bergerak, dan satu kekuatan jenis
yang sangat rendah yang berhubungan dengan tubuh akan terjadi. Ini sangat
materialistis, tapi satu kekuatan akan timbul. Pria itu mencapai ke satu
kristalisasi tertentu. Dia bisa melakukan beberapa hal: dia bisa menyembuhkan.
Dia bisa menyentuh tubuhmu dan kekuatan penyembuhan akan mungkin melalui
tubuhnya mengalir kepadamu. Dia bisa memberkati; dia bisa mengutuk. Dan apapun
yang dia katakan akan terjadi. Karena seorang pria yang tetap berdiri selama
sepuluh tahun, telah mencapai suatu intensitas. Jika dia mengatakan sesuatu,
kata-katanya menjadi sangat potensial dan kuat. Mereka adalah atom; mereka
membawa energi. Jika dia mengutukmu, kutukan yang akan terjadi. Jika dia
memberkatimu, berkat akan datang.
Tetapi orang ini sendiri akan tetap tinggal di anak
tangga keberadaan yang sangat rendah. Jika engkau melihat ke dalam matanya
engkau tidak akan melihat kecerdasan; ia akan menjadi tipe orang suci yang
bodoh. Tidak ada yang lebih tinggi, tapi kristalisasi dari yang bawah akan ada
di sana. Engkau dapat merasakan getaran tertentu yang kuat di sekelilingnya,
bukan kecerdasan, bukan dari kesadaran, bukan dari meditasi – tetapi dari
konsentrasi. Dia bisa hidup lama – seratus atau dua ratus tahun tidak akan
sangat sulit baginya, karena tubuhnya akan mengikutinya. Apapun yang dia ingin
lakukan dengan tubuhnya, dia bisa melakukannya. Tapi itu bukan spiritual; itu
bukan agama. Jika engkau mencoba melalui tubuh, engkau sedang mencoba
kemungkinan terendah dalam dirimu.
Jika seorang fakir beruntung, maka ia bisa mendapatkan
bimbingan dari seorang Guru yang bisa menariknya keluar dari tubuhnya. Kalau
tidak ia akan mati, jauh di dalam tubuhnya. Dan di kehidupan berikutnya,
semuanya akan hilang lagi.
Kecuali sesuatu dicapai dalam kesadaran, itu tidak bisa
permanen karena tubuh akan berubah. Apapun yang telah engkau capai dengan tubuh
ini akan hilang dalam (kehidupan) berikutnya. Engkau mungkin Mohammed Ali,
tetapi engkau tidak dapat membawa tubuhmu ke kelahiran berikutnya; tubuh ini
akan ditinggalkan di sini. Engkau mungkin adalah orang yang tampan; engkau
mungkin seorang wanita cantik, seorang Cleopatra – tapi tubuh ini harus
ditinggalkan disini.
Semua yang telah dicapai melalui tubuh dan dalam tubuh
akan hilang.
Kecuali fakir itu cukup beruntung untuk datang di bawah
bimbingan seorang Guru, ia tidak dapat ditarik keluar dari tubuhnya.
Di India, itu telah menjadi salah satu dari kasih sayang
para Master …. engkau pasti sudah mendengarnya, ada cerita kuno bahwa di India
para Master dulu bepergian ke seluruh negeri. Pada permukaannya, itu tampak
seolah-olah mereka adalah cendekiawan besar: seorang Shankaracharya, seorang
Ramanuja, seorang Vallabha, seorang Nimbarka, seorang Buddha, seorang Mahavira.
Pada permukaannya itu tampak seolah-olah mereka akan mengubah agama orang. Itu
hanya hal yang dangkal. Jauh di dalamnya, mereka melakukan banyak hal. Salah
satu hal yang paling penting adalah untuk pergi dari kota ke kota untuk mencari
fakir – karena fakir-fakir itu tidak bisa datang kepadamu. Mereka begitu dalam
terakar dalam tubuh mereka; mereka telah kehilangan semua kecerdasannya. Mereka
bukan orang-orang buruk; mereka tidak sadar/tidak tahu, tetapi kuat. Jika
kekuatan mereka bisa disalurkan, mereka bisa tiba-tiba melompat ke anak tangga
yang lebih tinggi dari keberadaan mereka.
Meher Baba, di jaman ini, melakukan pekerjaan seperti
itu. Dia melakukan perjalanan di seluruh negeri selama bertahun-tahun, hanya
untuk mencari fakir. Dimanapun ia mendengar bahwa fakir disana, ia akan pergi –
untuk membawanya keluar dari keadaan pingsannya. Seorang fakir adalah orang
yang baik, orang yang sangat baik – tapi tidak sadar.
Lalu ada yang kedua. Gurdjieff telah menyebutnya ‘jalan
dari biarawan’. Engkau dapat menyebutnya jalan pemuja, BHAKTI MARGA. Yang
pertama adalah hatha yoga; yang kedua adalah BHAKTI MARGA – jalan dari
biarawan.
Jalan dari biarawan adalah untuk mendapatkan keilahian
melalui perasaan, doa, menangis, meratap – dalam cinta yang mendalam dan kasih
sayang, dalam haus yang mendalam untuk bergerak menuju Tuhan. Tapi jenis
manusia ini terlibat dalam emosi. Dia mencapai keadaan yang lebih besar, tahap
yang lebih tinggi daripada yang pertama, si fakir – tapi tetap dia tertangkap.
Seseorang diperlukan untuk membawanya keluar dari situ juga.
Lalu ada jalan ketiga: jalan dari yogi. Dia bekerja
melalui kecerdasan, dia bekerja melalui pemikiran. Ini adalah jalan dari
filsuf, dari cendekiawan. Ia mencapai tahap yang lebih tinggi, tapi kemudian ia
tertangkap.
Ketiganya tertangkap!
Hanya yang keempat bisa melampaui, dan tidak pernah
tertangkap. Itu sebabnya Gurdjieff menyebut jalannya ‘jalan ke empat’. Dan ini
penting untuk dipahami, karena jalur Hassidik juga adalah jalan
keempat.Hassidisme, pendekatan Hassidik juga termasuk ke jalan keempat. Tubuh,
perasaan, pikiran – semua harus dilampaui. Orang harus menjadi waspada saja –
waspada akan semua yang terjadi di dalam dan di luar. Satu-satunya kunci untuk
jalan keempat adalah untuk penuh perhatian, untuk menyadari, untuk menyaksikan,
melihat ke dalam hal-hal – dan untuk tidak teridentifikasi.
OSHO, The true Sage, chpt 9
Just a few days before, I was telling you that there are
three ordinary types of man. Man number one is identified with his body. Man
number two is identified with his feelings, emotions. Man number three is
identified with his mind, thinking, thoughts. And all the three are asleep.
Their sleep may be different. One sleeps in the body; another sleeps in the
emotions; the third sleeps in his thoughts.
But the sleep is the same: the quality is of
unconsciousness, stupor.
Then there is the fourth man, man number four. He becomes
alert. He watches his body, but is not identified with it. He uses his body,
but is never lost in it. He Remains aloof, detached, distant.
He uses his feelings; many times he is surrounded by his feelings, but he is never overpowered.
He uses his feelings; many times he is surrounded by his feelings, but he is never overpowered.
He remains separate. Thoughts are there; the mind goes on
functioning and creating thoughts, but man number four remains alert. Body,
mind, heart – they all function. They function even better than they function
in you because there is no disturbance from the innermost being; the; innermost
being remains aloof. This is man number four.
Man number four is what I mean by a sannyasin there is no
need to go anywhere; wherever you are, become aware. And there and then sannyas
starts functioning. It is not a question of changing places; it is a question
of changing the inner attitude. You remain in the body, but you know now that
you are not the body. And once number four is there, man is born.
You are born only with a potentiality to be a man; you
are not born as a man. You are only born with the capacity to become a man; you
may become, you may not become. You can miss the whole point. You can go round
and round, and never reach and penetrate the center of your being. But if
awareness arises and you become watchful, man is born.
Hindus have called this state DWIJ, the state of the
twice-born. The first birth is through the parents, the mother and father. The
second birth is through awareness – and that is the real birth. The first birth
will culminate in death; the second birth never culminates in death. So the
first birth is a birth in name only; in fact, it is a way to death. The day you
were born was the day you have been dying ever since. One day, the whole
process will be completed. So your birth was nothing but entry into death. You
may take seventy or eighty years to reach, but you have been walking towards
death every moment of your life.
Only when you are twice-born, DWIJ, only when the next
birth has happened, and man number four is born within you, suddenly, you know
there is no death.
Death exists only with identification. If you are
identified with the body, you will die. The body is not you; it has to be left
some day. You cannot remain in it forever and forever. It is a passing phase;
it;s just a milestone, not the goal. You can rest a little while under the
shade of a tree, but one has to go.
You can get identified with the emotions, but then there
will be death – and you know it. The body dies once in seventy years; the
emotions die every day, every moment. You love a person and then there is
death. Or, you don’t love, the mood has gone – and you feel a subtle death
happening. You were friendly with a person; now the friendliness has
disappeared – a death. Every moment you die in your emotions.
And thoughts are even faster in dying. You cannot keep a
single thought for a few seconds in your mind; it will try to escape. Try it –
just try to keep one single thought for a few minutes. It will not be there; it
is already gone. It is trying to escape.
The mind is dying continuously every moment. The heart is
dying continuously every hour. The body is also dying continuously, but a
continuity remains for seventy, eighty years. These three are the
identifications.
The fourth consciousness arises when you are not
identified.
One thing more about this…. There are four ways to reach God. One is: to make an effort through the body to reach; that’s what hatha yogis have been doing. It is not a true way. Something can be achieved through it – because finally the body also belongs to God – but it is not your totality.
One thing more about this…. There are four ways to reach God. One is: to make an effort through the body to reach; that’s what hatha yogis have been doing. It is not a true way. Something can be achieved through it – because finally the body also belongs to God – but it is not your totality.
Gurdjieff has called this’the way of the fakir’.
You can see many fakirs in India. You may be impressed by
their attainments; they attain to certain powers. For example, you can come
across a fakir who has been standing continuously, for ten, twenty years. He
has never allowed his body to rest – to sit down or to sleep. He has been
standing.
Even if he has to sleep, he sleeps standing. Now his body
has become almost rigid, paralyzed. Now it cannot move; the flexibility is
lost. But you will see certain powers in him because he has attained to the
lowest kind of will; to stand for ten years continuously needs will.
Just try for ten days and you will know. Just try for ten
hours and you will know. Just try for ten minutes – not moving, just standing –
and you will know. A thousand and one problems arise. The mind says:’What are
you doing? Drop this whole nonsense. Everybody is enjoying and what are you
doing? just standing like a fool?’
Ten years, not moving, and a very low kind of will concerned with the body happens. It is very materialistic, but a will arises. The man attains to a certain crystallization. He can do a few things:
he can heal. He can touch your body and a healing power will be possible through his body to flow towards you. He can bless; he can curse. And whatsoever he says will come to pass. Because a man who has remained standing for ten year, has attained to an intensity. If he says something, those words become very potential and powerful. They are atomic; they carry energy. If he curses you, the curse is going to happen. If he blesses you, the blessing will be there.
Ten years, not moving, and a very low kind of will concerned with the body happens. It is very materialistic, but a will arises. The man attains to a certain crystallization. He can do a few things:
he can heal. He can touch your body and a healing power will be possible through his body to flow towards you. He can bless; he can curse. And whatsoever he says will come to pass. Because a man who has remained standing for ten year, has attained to an intensity. If he says something, those words become very potential and powerful. They are atomic; they carry energy. If he curses you, the curse is going to happen. If he blesses you, the blessing will be there.
But this man himself will remain on a very low rung of
being. If you look into his eyes you will not see intelligence; he will be a
stupid type of saint. Nothing of the higher, but a crystallization of the lower
will be there. You can feel certain powerful vibrations around him, not of
intelligence, not of awareness, not of meditation – but of concentration. He
can live a long time – a hundred or two hundred years will not be very
difficult for him, because his body will follow him. Whatsoever he wants to do
with the body, he can do. But it is nothing of the spiritual; it is nothing of
the religious. If you try through the body, you are trying the lowest
possibility within you.
If a fakir is fortunate, then he may get the guidance of a Master who can pull him out of his body.
If a fakir is fortunate, then he may get the guidance of a Master who can pull him out of his body.
Otherwise he will die, deep in his body. And next life,
everything will be lost again.
Unless something is attained in consciousness, it cannot
be permanent because the body will change. Whatsoever you have attained with
this body will be lost with the next. You may be a Mohammed Ali, but you cannot
carry the body to the next birth; this body will be left here. You may be a
beautiful man; you may be a beautiful woman, a Cleopatra – but this body has to
be left here.
All that has been attained through the body and with the body will be lost.
All that has been attained through the body and with the body will be lost.
Unless the fakir is fortunate enough to come under the
guidance of a Master, he cannot be pulled out of his body.
In India, it has been one of the compassions of the
Masters…. You must have heard, there are ancient stories that in India Masters
used to travel all around the country On the surface, it looked as if they were
great intellectuals: a Shankaracharya, a Ramanuja, a Vallabha, a Nimbark, a
Buddha, a Mahavir. On the surface it looked as if they were going to convert
people. That was just a superficial thing. Deep down, they were doing many
things. One of the most important things was to go from town to town to look
after fakirs – because those fakirs could not come to you. They were so deep-
rooted in their bodies; they had lost all intelligence. They were not bad
people; they were ignorant, but powerful. If their power could be released,
they could suddenly jump to a higher rung of their being.
Meher Baba, in this age, did such a work. He travelled
all around the country for years. just looking after fakirs. Wherever he would
hear that a fakir is, he would go – to bring him out of his stupor. A fakir is
a good man, a very good man – but ignorant.
Then there is the second. Gurdjieff has called it ‘the way of the monk’. You can call it the way of the devotee, BHAKTI MARG. The first is hatha yoga; the second is BHAKTI MARG – the way of the monk.
Then there is the second. Gurdjieff has called it ‘the way of the monk’. You can call it the way of the devotee, BHAKTI MARG. The first is hatha yoga; the second is BHAKTI MARG – the way of the monk.
The way of the monk is to get to the divine through
feelings, prayers, crying, weeping – in a deep love and affection, in a deep
thirst to move towards God. But this type of man gets involved in the emotions.
He achieves a greater state, A higher stage than the first, the fakir – but
still he is caught.
Somebody is needed to bring him out of that also.
Then there is the third way: the way of the yogi. He
works through the intellect, he works through thinking. It is the way of the
philosopher, the intellectual. He attains still a higher stage, but then he
gets caught.
All three get caught!
Only the fourth goes beyond, and is never caught. That’s
why Gurdjieff has called his path ‘the fourth way’. And it is significant to
understand, because the Hassidic path is also the fourth way.
Hassidism, the Hassidic approach also belongs to the fourth. Body, feeling, mind – all have to be transcended. One has to become just alert – alert of all that happens within and without. The only key for the fourth way is to be mindful, to be aware, to witness, to see into things – and not to get identified.
Hassidism, the Hassidic approach also belongs to the fourth. Body, feeling, mind – all have to be transcended. One has to become just alert – alert of all that happens within and without. The only key for the fourth way is to be mindful, to be aware, to witness, to see into things – and not to get identified.
___OSHO, The true Sage, chpt 9
(Posted by Osho Indonesia)
(Posted by Osho Indonesia)
Komentar
Posting Komentar