Langsung ke konten utama

Syareat Tharekat Hakekat tidak bisa dipisah pisahkan


Berkata Sahl At-Tustury (Abdullah At-Tustury) r.a:

“La tathla ‘il ahdasta ‘alal asrari qabla tamkinihim”
– Jangan kamu angkat bicara tentang rahasia-rahasia ketuhanan, sebelum mereka/pendengar itu tetap pendirian mereka.

Demikian pula Nabi ‘Isa a.s. berkata:

“La ta’luqud durra fi’anaqil khanaziri”
– Jangan anda gantungkan permata di leher babi
***
Perlu kami jelaskan kepada anda tentang pengertian syareat, hal mana sama sekali tidak boleh terpisah dan terlepas pada itikad hati, apakah itu anda lakukan atau tidak.

a) Syareat, ialah ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul sehubungan dengan perintah dan larangan, tata cara melakukannya pada arti zahir.
b) Tarekat, maksudnya, sengaja anda amalkan segala ilmu karena Allah.
c) Hakekat ialah, menyangkut masalah batin yang dengan suatu tanggapan selalu tertuju kepada Allah lewat sinar cahaya kebenaran yang terpancang pada hati.

Syareat dan Hakekat itu kedua-duanya berlazim-laziman (tidak terpisah cerai) yang maksudnya, tidak bisa terjadi yang zahir tanpa dorongan batin. Begitu pula tidak adanya dorongan batin berarti tidak ada terjadi yang zahir.

Begitulah apa yang diisyaratkan oleh para Ulama AS-SYARI’ATU BILA HAQIQATIN ‘ ATHILATUN (Syareat tanpa Hakekat adalah sia-sia dan Hakekat tanpa syareat adalah salah)

Berkata pula Al-Quthubur-rabbaniy Maulana Syekh Abdul Qadir Jaelani q.s:

“Kullu haqiqatin la tu’ayyiduhas-syari’atu fahiya zindiqatun”
– Tiap-tiap hakekat yang tidak dikuatkan dengan syareat adalah kufur zindiq.
Syekh Ibnu ‘Ubbad q.s. mencatat ucapan sebagian Arif Billah berkata: “Siapa saja yang mengatakan bahwa hakekat berlawanan dengan syareat, berarti orang itu kafir”.

Perlu anda ketahui juga bahwa hal-hal yang menyangkut syareat dijelaskan dalam suatu ilmu yang disebutkan “Ilmu Fiqih” dan yang menyangkut hal-hal yang batin/hakekat dijelaskan dalam suatu macam ilmu yang dinamakan “Ilmu Tasauf”. Kedua-duanya ini bersumber dari ajaran Nabi kita Muhammad s.a.w.

Imam Junaed r.a. berkata: “Barang siapa yang melulu fiqih/sareat saja tanpa tasawuf adalah fasiq, siapa yang melulu tasawuf saja tanpa fiqih adalah zindiq. Siapa yang mengumpulkan keduanya (sareat dan hakekat/fiqih dan tasawuf) adalah benar”.

Adapun tentang sareat, tarekat dan hakekat ini adalah dimisalkan sebiji kelapa.

Sareat laksana tempurung,
tarekat laksana isinya, dan
hakekat laksana minyak.

TEMPURUNG berfungsi menjaga ISI nya, sedang MINYAK adalah sesuatu yang tersembunyi pada isi.
***
Menurut syarah Kitab Al-Hikam, Ibnu Ruslan mengemukakan pendapatnya bahwa yang dimaksudkan dengan Ilmu Hakekat itu adalah suatu Ilmu Laduni yang bersifat “nurani”. Ilmu tersebut itulah yang telah diajarkan kepada semua roh-roh (di alam roh) sewaktu Tuhan berbicara kepada roh-roh itu,
“ALASTU BIRABBIKUM?” – Bukankah Aku ini Tuhanmu?
Maka segala rohpun menjawab, “BALAA YA RABBI” – Benar ya Tuhanku.
Itulah pula yang pernah diajarkan lagi kepada Nabi Adam a.s. sebagaimana firman-Nya, ‘WA ‘ALLAMA AADAMAL ASMA’A KULLAHA – Allah telah ajarkan kepada Adam semua nama-nama.

Akan tetapi pengetahuan tersebut tersembunyi karena manusia pada umumnya tercurah perhatiannya kepada keadaan yang gelap yaitu hanya kepada yang lahir semata-mata, lebih mementingkan hawa nafsunya sendiri.

Bilamana semua tutupan kegelapan itu telah hilang sirna kemudian menyatalah hakekat itu dengan terang dan jelas. Inilah juga yang dimaksudkan oleh hadis Rasulullah, “Siapa yang mengamalkan ilmunya, Allah wariskan kepadanya ilmu yang belum pernah diketahuinya/dipelajarinya sebelum itu”.

Ada tuduhan sementara pihak bahwa para Sufi menyembunyikan ilmunya, adalah tidak benar. Mereka menyatakan bahwa para Nabi dan Rasul tidak pernah menyembunyikan apa yang disampaikan oleh Allah s.w.t.

Dengan adanya hadis-hadis Rasulullah yang telah dikemukakan diatas jelas sekali bahwa para Arif Billah bukanlah hendak menyembunyikan ilmunya (ilmu hakekat) namun penyampaian ilmu itu hendaklah dengan hati-hati, sambil melihat tingkat kecerdasan, kegairahannnya, ketekunan mereka dalam beragama.

Imam Hujjatul Islam Imam Ghazali r.a. dalam kitab “Ihya” menegaskan, siapapun yang tidak memperoleh ilmu ini (ilmu batin) maka dikhawatirkan mereka mati dalam kekafiran.

Orang-orang yang tetap kasih kepada dunia dan tetap pula dalam kungkungan hawa nafsunya, tidak akan menemukan rasa “tahkik”/kemantapan ilmu ini, meskipun dalam ilmu-ilmu lain dia berhasil. Setidak-tidaknya dia tidak akan diberikan perasaan kemanisan ilmu.

Orang yang mengingkari ilmu ini, bagaimanapun juga tidak pula akan bisa merasakan keindahan ilmu ini, dan tidak mungkin mereka bisa mendapatkan “mukasyafah” (tebuka hijab/dinding) sebagaimana yang dialami oleh para Shiddiqien dan Ahlul-Muqarrabien.

Mukasyafah adalah suatu gambaran tentang kebersihan hati, sehingga memancar cahaya kebenaran hidup yang diiringi pula dengan “karomah” dan “maqam wilayah” (kewalian). Untuk itulah hendaknya perlu adanya ketekunan, mujahadah (kesungguhan) riyadloh (latihan), muroqobah (intipan) dan musyahadah serta jangan sekali-kali mengingkari atau memusuhi para Ahlul-Karimah, malah sebaliknya perlu mengambil pelajaran dari mereka itu. – Dari buku: Permata Yang Indah (Ad-durrunnafis) Halaman:196 – 201

Sayyidi Musthofa Al Bakry r.a. berkata, “Jalan yang ditempuh oleh orang-orang Arif Billah ini, nyata sekali jalan yang diridhoi oleh Allah s.w.t. Jalan mereka yang sebenarnya bukanlah jalan yang dapat diraba oleh panca indera atau dilihat oleh mata, tetapi jalan tersebut hanyalah dengan keyakinan hati dan perasaan – hal mana adalah gaib – sehingga jelasnya, jalan yang mereka tempuh adalah dengan cara ILMU DZAUQI (perasaan) yang tidak mungkin dapat diuraikan dengan kata dan lisan.
– Dari buku: Permata Yang Indah (Ad-durrunnafis) Halaman: 114

Kita yakin bahwa Arif-billah (Ahli Tasauf) adalah mereka yang benar-benar sudah banyak mempunyai pengalaman batiniah, sudah merasakan kenikmatan serta kesejukan berenang dan tenggelam dalam lautan Tasawuf, lautan Hidrat Ketuhanan. Mereka laksana ikan di dalam air, mati dan hidupnya di air, muka, belakang, atas dan bawah adalah air. Disanalah kebahagiaan yang hakiki buat mereka.

Syekh Ahmad Al-Qassasi berkata dalam doa nya:

“Rabbid khilni fi lujjati bahri ahadiyyatika”
– Tuhanku, masukkanlah aku di dasar lautan ke-Esaan Zat-Mu
Dari buku: Permata Yang Indah (Ad-durrunnafis) Halaman: 48

* Dari buku: Permata Yang Indah (Ad-durrunnafis)
Pengarang: Syekh M. Nafis Bin Idris Al Banjarie 1200 H
Alih bahasa: K.H. Haderanie H.N
Penerbit: CV. Nur Ilmu
Jalan Simolawang III/19 Surabaya
Telp: (031) 3769000 – 70993031

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Satu Syair Rumi Tentang Reinkarnasi

Sebagai tahapan yang harus dilalui wujud lahir, tingkatan wujud berikutnya akan berproses sesuai dengan rancangan wujud sebelumnya. Dengan jalan seperti ini muncullah ribuan perubahan. Dan tiap perubahan selalu lebih baik dari sebelumnya. Sadarilah selalu wujudmu saat ini karena jika kau berpikir tentang wujudmu di masa lalu, maka kau akan memisahkan dirimu dari Diri Sejatimu. Inilah semua keadaan yang tetap yang kau saksikan dalam kematian. Lalu mengapa harus kau palingkan mukamu dari kematian? Ketika tahapan kedua lebih baik dari tahapan pertama, maka matilah dengan senyum suka cita. Dan arahkan pandanganmu ke depan untuk menempati wujud baru yang lebih baik dari wujud sebelumnya. Sadarilah, dan jangan tergesa-gesa. Kau harus mati terlebih dulu sebelum memperbaiki diri. Laksana sang surya, hanya jika kau tenggelam di Barat, maka di Timur, kau akan menyaksikan wajahmu yang cerlang gemilang.  ( Jalaluddin Rumi ) Tulisan Di Batu Nisan Jalaluddin...

Kata-Kata Indah Dari Osho

Kita telah hidup dalam pikiran selama begitu banyak kehidupan, dan kita telah menjadi selaras dengan kegelapannya, dengan keburukannya, kesia-siaannya. Ketika engkau bertindak tanpa pikiran, seluruh keberadaanmu bergetar. Engkau bergerak di jalur yang berbahaya. Pikiran berkata, “Waspada! Pikirkan dulu, baru kemudian bertindak.” Tetapi jika engkau berpikir dulu dan baru kemudian melakukan sesuatu, perbuatanmu akan selalu mati, basi. Ini akan keluar dari pikiran, ini tidak akan menjadi nyata dan otentik. Maka engkau tidak bisa mencintai, Maka engkau tidak bisa bermeditasi, Maka engkau tidak bisa benar-benar hidup dan engkau tidak bisa mati. Engkau menjadi hantu, keberadaan yang palsu. Cinta mengetuk hatimu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” Kehidupan terus mengetuk pintumu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” OSHO, A Bird on the wing, Chpt 9, Save the cat “Kuasai hanya satu hal: dirimu sen...

Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya

“Prayer means gratefulness, prayer means no complaint. Prayer means ”I am thankful for all that has been given to me; more I could not have asked for.” In that very prayerfulness one becomes graceful”. ___Osho Doa berarti rasa syukur, doa berarti tidak ada keluhan. Doa berarti “Saya bersyukur untuk semua yang telah diberikan kepada saya; lebih saya tidak bisa meminta.” Dalam penuh rasa syukur itu orang menjadi graceful.. ------------------------------------------- “Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya” Osho: “JANGAN MEREPOTKAN ALLAH, DIA PUNYA MASALAH SENDIRI. Tidakkah anda lihat apa pun yang Dia ciptakan adalah mati? Anda menyimpan masalah anda kepada diri sendiri. Mengapa orang harus ingin berdoa kepada Allah? ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN DOA-DOA ANDA. Anda mungkin memerlukan doa-doa itu — tapi mereka tidak akan sesuatu yang lebih dari suara keinginan anda, tuntutan anda, mengekspresikan keluhan anda. Itulah apa yang dilakukan orang atas nama d...