Langsung ke konten utama

Penghambaan Yang Mutlak


Sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya aku diutus dengan syari’at dan hakikat”. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

Dan janganlah engkau bergeser dari maqam yang mengumpulkan antara syari’at dan hakikat, sesuai dengan perkataan diatas. Setelah hamba tersebut mencapai hakikat pada segala maqam itu, maka diapun menjadi hamba Allah ta’ala yang sebenarnya dan bebas dari apa yang selain Allah swt. Itulah tujuan yang agung dan tuntutan yang utama. Maqam ini yang dinamakan maqam kehambaan yang mutlak. Penghambaan yang mutlak, yaitu derajat yang paling tinggi bagi seorang hamba. Hal ini disebut oleh Allah ta’ala sebagai penghargaan bagi hamban-Nya Muhammad saw dalam firman-Nya:

“Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamban-Nya pada suatu malam.”

Tuhan tidak berfirman dengan menggunakan kata rasul-Nya, nabi-Nya, atau kekasih-Nya, karena tidak ada tingkatan yang lebih mulia bagi seorang hamba kecuali tingkat ketuhanan yang hanya khusus dimiliki Pencipta swt. Dalam tingkatan ini juga seorang hamba yang ingat akan menjadi yang diingat, yang mengetahui akan menjadi yang diketahui, dan yang melihat menjadi yang dilihat, yang menyaksikan menjadi yang disaksikan, yang berkehendak menjadi yang dikehendaki, yang mencintai menjadi yang dicintai, Tuhan itu adalah hamba, dan hamba itu adalah Tuhan, karena ia telah fana pada Allah ta’ala dan baqa dengan baqa-Nya Allah swt dan ia menghabiskan waktunya untuk memandang kebesaran yang indah dan keindahan yang besar dengan menyaksikan-Nya terus-menerus, seakan-akan dirinya telah lenyap dan pupus, seakan-akan ia adalah Dia karena ia berakhlak dengan akhklak Tuhannya. Kemudian, bisa jadi seorang hamba tenggelam dalam maqam ini dengan terus menerus menyaksikan yang banyak dalam yang satu dan yang satu dalam yang banyak, sehingga ia dikuasai oleh keadaan itu, dimana al-Haq ta’ala menampakkan kebesaran-Nya, dan kekuasaan-Nya, sehingga ia tidak dapat melihat wujud selain al-Maujud yang berdiri sendiri, dan yang pengetahuan serta penemuan-Nya tampak dalam bentuk segala sesuatu. Maka sampailah dia ke maqam ainiyyah (Zat Tuhan Yang Maha Esa) yang menghapuskan dualisme.

Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda: “Orang mukmin adalah cermin orang mukmin.”

Artinya seorang mukmin yang baharu adalah cermin mukmin yang qadim. Maka akan tampaklah salah satunya pada yang lain. Maka terucaplah apa yang terucap melalui lidah hamba yang sedang dalam keadaan fana dan tenggelam dalam penyaksian ke-Esaan mutlak, pada saat itu keluarlah ucapan tanpa disengaja seperti ucapan Abu Mansur al-Hallaj al Bagdadi, “Akulah al-Haq” ,ucapan Nasim al-Halabi, “Akulah Tuhan”, dan ucapan Abu Yazid al-Bustami, “Maha suci aku, alangkah agungnya keadaanku”, ucapan Abu Bakr al-Syibli, “Yang ada dalam jubahku hanyalah Allah”, dan ucapan Abu al-Gais Ibn Jamil al-Yamani, “Jadilah Aku maha kuasa atas segala sesuatu”. Dan lain-lain ucapan yang diucapkan tanpa sadar oleh para sufi dalam keadaan ekstasi. Pada hakikatnya Allah ta’ala lah yang menampakkan diri dan berbicara melalui lidah hambanya, bukan hamba itu sendiri.

Hadis Qudsi: “Senantiasa hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan mengerjakan yang sunah sehingga Aku mengasihinya. Bila Aku telah mengasihinya, Akulah yang menjadi telinganya untuk mendengar, menjadi matanya untuk melihat, menjadi tangannya untuk berbuat, menjadi kakinya untuk berjalan, dan menjadi lidahnya untuk berbicara”

Dan firman Allah swt dalam hadis Qudsi, “Barang siapa mencari-Ku, dia akan mendapatkan Aku, dan barang siapa telah mendapatkan Aku, akan Kucintai dia. Dan barang siapa yang Aku cintai, Aku akan asyiki dia, dan siapa yang Aku asyiki, Ku-bunuh dia, dan barang siapa yang telah Ku-bunuh, Akulah yang membayar diatnya dan Aku sendirilah yang menjadi diatnya”.

Ketika itu jadilah Dia Yang Maha-Haq, Yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Dalam maqam ini, jadilah Dia maqam semua hamba yang selalu mendekatkan dirinya kepada-Nya ta’ala. Hal ini sesuai dengan firman-Nya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu agar menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”. Pada tingkat ini seorang hamba dapat juga dinamakan al-insan al-kamil. Maka ia menjadi suatu rahasia dari rahasia-rahasia Allah ta’ala, sesuai dengan firman-Nya ta’ala dalam hadis qudsi:

“Manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah rahasianya”.

Yang dimaksud dengan manusia disini adalah manusia sempurna, yang mengenal Tuhan dan sampai kemakam ini, bukan manusia biasa yang tidak sempurna, yang dikatakan sebagai binatang yang berbentuk manusia. Maka arti yang terkandung dalam hadis ini bahwa manusia sempurna ialah manusia yang tidak lalai dalam mengingat Allah ta’ala walaupun dalam sekejap mata. Ia dalam segala hal dan dalam segala urusannya adalah dari Allah kepada Allah, atas (kemauan) Allah dalam diri Allah, untuk Allah bersama Allah disisi Allah. Kalau tidak demikian, maka bukanlah manusia yang sempurna. Kemudian Allah selalu berada dalam hatinya karena ia tidak pernah lupa kepada Tuhan dalam hatinya. Dengan demikian, maka Allah swt menjadi rahasia hatinya, dan Allah swt pun demikian pula, ketika Dia melihat hamba-Nya itu telah siap untuk penampakkan khusus diri-Nya lalu Dia memberikan kepadanya berbagai macam sifat-Nya. Seolah-olah hamba telah berakhlak dengan akhlak-Nya menjadi Dia, dan menjadi khalifah-Nya dan menyerupai-Nya, karena Tuhan menciptakan Adam untuk dijadikan khalifah-Nya, karena khalifah adalah gambaran dari yang mengangkatnya menjadi khalifah. Jika demikian halnya, maka Ia juga memandang hamba-Nya dengan mata-Nya yang tidak pernah tidur dan menggantikannya dalam segala hal. Dengan demikian dapat dikatakan ia adalah rahasia Allah ta’ala.

Sebagian ahli tasawuf berkata, “Bahwa yang dimaksud oleh hadis, “Manusia adalah rahasia-Ku”, ialah tetapnya manusia itu dalam ilmu Tuhan sebelum ia dilahirkan dan sebelum ia berada di alam luar. Karena Allah ta’ala selalu berada dalam hati hamba ini. Karena itu hatinya dinamakan “Arsy Allah” sesuai dengan hadis Rasulullah saw: “Hati orang mukmin adalah Arsy Allah”, yaitu mukmin yang sempurna yang disebut dengan al-Insan al-Kamil, seperti halnya mesjid dinamakan rumah Tuhan. Dalam hal ini sebagian orang yang dilindungi oleh Allah dari segala dosa berkata, “Dimana aku dapat menemui Engkau?”, Allah menjawab, “Carilah Aku di hati orang miskin”. Hal ini sesuai pula dengan hadis qudsi dimana Allah swt mewahyukan kepada nabi Dawud as:

“Wahai Dawud, kosongkanlah hatimu agar Aku mendiaminya”,

karena seorang hamba bagaikan penjaga pintu rumah Tuhannya, dan rumah Tuhan itulah hatinya, maka hamba yang dikehendaki oleh Allah, akan menjadi pemegang amanat itu. Dan menurut ahli hakikat yang mengenal Allah, “Tidak akan memasuki rumah Tuhan-Nya yang disebut dengan “Rumah Yang Makmur” itu walau bagaimanapun, kecuali yang memiliki rumah itu.”

Kemudian dapat dikatakan sebab kerahasiaan hamba bagi Allah ta’ala dan kerahasiaan Allah ta’ala bagi hamba-Nya sesuai dengan firman-Nya, “Ingatlah pada-Ku, Aku akan ingat pula padamu”.

Dan firman-Nya dalam hadis qudsi, “Apabila seorang hamba mengingat-Ku dalam hatinya, niscaya Aku mengingatnya dalam hati-Ku, dan apabila ia mengingat-Ku didepan orang banyak, maka Aku akan mengingatnya di depan orang yang lebih baik dari pada mereka”…

(Dikutip dari buku: Syekh Yusuf Al-Taj Al-Makasari – halaman 93 sampai 103. “MENYINGKAP INTISARI SEGALA RAHASIA”) Oleh; Nabilah Lubis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Satu Syair Rumi Tentang Reinkarnasi

Sebagai tahapan yang harus dilalui wujud lahir, tingkatan wujud berikutnya akan berproses sesuai dengan rancangan wujud sebelumnya. Dengan jalan seperti ini muncullah ribuan perubahan. Dan tiap perubahan selalu lebih baik dari sebelumnya. Sadarilah selalu wujudmu saat ini karena jika kau berpikir tentang wujudmu di masa lalu, maka kau akan memisahkan dirimu dari Diri Sejatimu. Inilah semua keadaan yang tetap yang kau saksikan dalam kematian. Lalu mengapa harus kau palingkan mukamu dari kematian? Ketika tahapan kedua lebih baik dari tahapan pertama, maka matilah dengan senyum suka cita. Dan arahkan pandanganmu ke depan untuk menempati wujud baru yang lebih baik dari wujud sebelumnya. Sadarilah, dan jangan tergesa-gesa. Kau harus mati terlebih dulu sebelum memperbaiki diri. Laksana sang surya, hanya jika kau tenggelam di Barat, maka di Timur, kau akan menyaksikan wajahmu yang cerlang gemilang.  ( Jalaluddin Rumi ) Tulisan Di Batu Nisan Jalaluddin...

Kata-Kata Indah Dari Osho

Kita telah hidup dalam pikiran selama begitu banyak kehidupan, dan kita telah menjadi selaras dengan kegelapannya, dengan keburukannya, kesia-siaannya. Ketika engkau bertindak tanpa pikiran, seluruh keberadaanmu bergetar. Engkau bergerak di jalur yang berbahaya. Pikiran berkata, “Waspada! Pikirkan dulu, baru kemudian bertindak.” Tetapi jika engkau berpikir dulu dan baru kemudian melakukan sesuatu, perbuatanmu akan selalu mati, basi. Ini akan keluar dari pikiran, ini tidak akan menjadi nyata dan otentik. Maka engkau tidak bisa mencintai, Maka engkau tidak bisa bermeditasi, Maka engkau tidak bisa benar-benar hidup dan engkau tidak bisa mati. Engkau menjadi hantu, keberadaan yang palsu. Cinta mengetuk hatimu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” Kehidupan terus mengetuk pintumu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” OSHO, A Bird on the wing, Chpt 9, Save the cat “Kuasai hanya satu hal: dirimu sen...

Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya

“Prayer means gratefulness, prayer means no complaint. Prayer means ”I am thankful for all that has been given to me; more I could not have asked for.” In that very prayerfulness one becomes graceful”. ___Osho Doa berarti rasa syukur, doa berarti tidak ada keluhan. Doa berarti “Saya bersyukur untuk semua yang telah diberikan kepada saya; lebih saya tidak bisa meminta.” Dalam penuh rasa syukur itu orang menjadi graceful.. ------------------------------------------- “Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya” Osho: “JANGAN MEREPOTKAN ALLAH, DIA PUNYA MASALAH SENDIRI. Tidakkah anda lihat apa pun yang Dia ciptakan adalah mati? Anda menyimpan masalah anda kepada diri sendiri. Mengapa orang harus ingin berdoa kepada Allah? ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN DOA-DOA ANDA. Anda mungkin memerlukan doa-doa itu — tapi mereka tidak akan sesuatu yang lebih dari suara keinginan anda, tuntutan anda, mengekspresikan keluhan anda. Itulah apa yang dilakukan orang atas nama d...