Ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan. Ya, hanya tiga
prinsip, yaitu:
Pertama: Kesadaran. Dan yang bisa menghasilkan kesadaran,
hanyalah “meditasi”. Meditasi berarti “mengurusi diri”. Sebelum diri sendiri
terurus, jangan mengurus orang lain. Dalam ajaran Sang Buddha, prinsip ini
disebut Hinayana—sesuatu yang mendasar sekali. Secara harfiah, Hinayana
berarti “wahana kecil”. Dalam hal ini, harus diartikan sebagai “langkah awal”,
yang paling utama.
Kedua: Kasih Sayang. Setelah melampaui mind lewat
meditasi, baru berbagi rasa. Kasih sayang merupakan buah meditasi. Tanpa
meditasi, kasih sayang tidak akan pernah tumbuh. Tanpa meditasi, yang tumbuh
hanyalah napsu birahi, paling banter cinta. Kasih tidak akan pernah tumbuh.
Seseorang yang belum meditatif, belum kenal kasih. Ini yang disebut Mahayana—kesadaran
yang meluas. Secara harfiah, Mahayana berarti “wahana besar”. Saya
mengartikannya sebagai “langkah yang lebih besar”.
Ketiga: Kebijakan. Dengan hati yang mengasihi, kita
menjadi bijak dengan sendirinya. Sentuhan kasih mebebaskan anda dari rasa
benci, dengki dan iri. Ini yang disebut Vajrayana—puncak kesadaran. Secara
harfiah, Vajrayana berarti “wahana yang kukuh”, kukuh bagaikan senjata “Vajra”,
dasyat bagaikan petir.
Mereka yang tidak memahami esensi ajaran Buddha,
mengartikan tiga prinsip ini sebagai tiga sisi ajarannya. Kemudian mereka
terbagi dalam tiga kelompok. Setiap kelompok merasa dirinya lebih benar,
padahal tiga prinsip dasar ini merupakan tri-tunggal. Tiga tetapi satu. Tidak
bisa dipisahkan.
Dari buku: Seni Meberdaya Diri 3
ATISHA Melampaui Meditasi Untuk Hidup Meditatif
Halaman: 156–158
Oleh: Anand Krishna
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2003
ATISHA Melampaui Meditasi Untuk Hidup Meditatif
Halaman: 156–158
Oleh: Anand Krishna
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2003
Komentar
Posting Komentar