Gudang harta karun Tuhan sangat luas dan tak terbatas,
begitu pula pengetahuan Tuhan. Apabila seorang manusia membaca satu Alquran
dengan pengetahuannya, kenapa mesti menolak Alquran yang lainnya ?
Suatu saat aku pernah berkata kepada seorang pembaca
Alquran, “Tuhan telah berfirman dalam Alquran, Katakan, apabila lautan adalah
tinta untuk menulis kata-kata Tuhan, sesungguhnya laut tak akan cukup untuk
menuliskan kata-kata Tuhan (QS.18:109). Sekarang dengan lima puluh dram (1/8
ons) tinta orang mungkin mampu untuk menuliskan seluruh isi Alquran. Alquran
hanyalah sekedar perlambang dari pengetahuan Tuhan; Alquran bukan keseluruhan
pengetahuan-Nya. Apabila tukang obat meletakkan sejumput obat pada selembar
kertas, akankah engkau demikian bodoh mengatakan seluruh dari toko obat berada
dikertas itu ?
Pada zaman Musa, Isa, dan lainnya, Alquran telah hadir.
Yakni, firman Tuhan telah hadir, tentu saja tidak dalam bahasa Arab. “Aku
berharap bahwa orang-orang yang membaca Alquran akan memahaminya. Tetapi ketika
aku sadar bahwa hal itu tidak berdampak apa-apa, aku meninggalkannya.”
Diriwayatkan bahwa sewaktu Nabi hidup, sahabat yang hapal
sebuah juz atau setengah juz Alquran dianggap luar biasa dan menjadi sasaran
kekaguman. Hal ini terjadi karena mereka “menelan” Alquran. Sekarang siapa pun
yang mampu menelan satu atau dua pon roti dapat dikatakan luar biasa, tetapi
orang yang sekedar meletakkan roti didalam mulutnya lalu menyemburkannya tanpa
mengunyah, dia mampu “menelan” ribuan ton roti. Hal ini sesuai dengan sebuah
ungkapan yang berbunyi, “Banyak pembaca Alquran, namun dikutuk Alquran.” Orang
seperti itu adalah orang yang tidak sadar tentang makna sejati Alquran.
___Dari buku: Yang Mengenal Dirinya Yang Mengenal
Tuhannya
Aforisme-Aforisme Sufistik Jalaluddin Rumi
halaman 133 “Banyak pembaca Alquran, Namun Dikutuk Alquran”
Diterbitkan oleh Pustaka Hidayah
Cetakan pertama, Rajab 1421/Oktober 2000
Aforisme-Aforisme Sufistik Jalaluddin Rumi
halaman 133 “Banyak pembaca Alquran, Namun Dikutuk Alquran”
Diterbitkan oleh Pustaka Hidayah
Cetakan pertama, Rajab 1421/Oktober 2000
Komentar
Posting Komentar