“Oh Tuhan di manakah gerangan Engkau, karena aku ingin
melayani-Mu dan menjahitkan sepatu-Mu, dan menyisirkan rambut-Mu. Aku ingin
mencucikan baju-Mu, membunuh kutu kepala-Mu dan membawakan susu untuk-Mu, oh
duhai Maha Terpuji.”
Mendengar kata-kata yang dianggap bodoh tersebut, Musa
membentak, “Kepada siapa kamu berbicara? Betapa kata-kata itu tidak bermakna;
memalukan dan liar! Sumbat mulutmu dengan kapas! Tuhan Yang Maha Agung tidak
memerlukan pelayanan seperti itu.”
Sang penggembala menjadi amat kecewa dan sedih, dan ia
merobek bajunya sambil pergi ke arah yang tidak menentu.
Kemudian datang wahyu Tuhan kepada Musa.
“Kamu telah memisahkan hamba-Ku dari Aku… Aku telah
anugerahkan kepada setiap manusia cara berdoa masing-masing; Aku telah berikan
cara khusus kepada masing-masing untuk menunjukkan cinta. Bahasa yang digunakan
oleh orang Hindustan adalah sangat indah bagi pemeluk Hindu, begitu pula bahasa
Sindhu yang amat indah bagi pemeluk Sindhu.
Aku tidak melihat pada ucapan lidah, tetapi Aku melihat
ke dalam sanubari dan perasaan terdalam hati manusia. Aku melihat ke dalam hati
manusia untuk melihat apakah ada kerendahhatian, walaupun ucapannya tidak
menunjukkan demikian. Cukuplah sudah segala macam ungkapan dan metafora! Aku
menginginkan hati yang membara dengan api cinta, hati yang membara! “
Komentar
Posting Komentar