Sangat sedikit yang diketahui tentang beliau pada periode
sebelum itu. Sedikit sepihan data mengenai beliau yang berhasil diperoleh
adalah bahwa beliau datang ke Sri Lanka pada tahun 1884—yang ketika itu disebut
dengan Ceylon—dari perjalanannya berkelana di seputar India, kemudian ke
Baghdad, Yerusalem, Madinah, Mesir, Roma, dan kemudian kembali lagi ke Ceylon
untuk menetap. Data lainnya yang berhasil didapatkan adalah bahwa pada tahun
1930-an ia pindah ke Jaffna, dan kemudian pada tahun 1960-an ia tinggal di
Colombo, Sri Lanka.
Beliau sendiri tidak pernah mengatakan berapa usianya
sebenarnya. Ia telah melewatkan seluruh umurnya untuk mempelajari pelbagai
agama yang ada di dunia, dan sebagai pengamat rahasia-rahasia paling
tersembunyi dari pelbagai ciptaan Tuhan. Jika ditanya tentang dirinya, ia hanya
mengatakan bahwa dirinya hanyalah seorang manusia kecil (manusia semua, ant
man) yang hanya menjalankan tugas yang diperintahkan Allah kepadanya. Ia
mengatakan bahwa perihal mengenai dirinya tidaklah penting untuk diketahui, dan
hanya pertanyaan tentang Allah-lah yang lebih layak untuk diketahui.
Sejak masih tinggal di hutan-hutan Ceylon, nama beliau
telah dikenal masyarakat kota maupun pedesaan sebagai seorang Guru yang
kata-katanya memberikan ‘pencerahan’ dan mampu menjawab segala macam persoalan
orang-orang yang datang kepadanya. Ia membantu segala macam manusia yang datang
menemuinya, dari segala macam bangsa maupun derajat, menjawab segala macam
pertanyaan mereka tentang kehidupan maupun persoalan mereka, menyembuhkan
penyakit mereka, bahkan hingga membantu membuka hutan dan membajak ladang
mereka, serta memberikan saran-saran pertanian.
Nama ‘Muhaiyaddeen’ secara harfiah berarti ‘yang
menghidupkan kembali Ad-Diin,’ dan memang, selama sisa hidupnya itu Muhammad
Raheem Bawa Muhaiyaddeen ral. mengabdikan dirinya untuk membangkitkan kembali
keyakinan akan Tuhan di dalam kalbu orang-orang yang datang kepadanya. Sebagai
seorang guru sufi, beliau memiliki kemampuan yang unik, yaitu kemampuan memurnikan
esensi kebenaran dari semua agama.
Selama lima puluh tahun terakhir kehidupannya, beliau
membagi pengalaman-pengalamannya ini kepada ribuan orang dari seluruh dunia.
Walaupun beliau memberikan pelajarannya dalam kerangka sufistik Islam,
orang-orang dari agama Kristiani, Yahudi, Buddha, maupun Hindu, tetap datang
kepadanya dan duduk bersama-sama, selama berjam-jam, di dalam majelisnya untuk
mencari secercah pemahaman akan Kebenaran. Beliau sangat dihormati para
akademisi, juga para pemikir filsafat maupun pemimpin serta kelompok-kelompok
spiritual tradisional karena kemampuannya memperbarui keyakinan di dalam hati
manusia yang datang kepadanya.
Sebagai sambutan atas pelbagai undangan kepadanya, beliau
datang ke Amerika Serikat pertama kali pada tahun 1971. Dalam
kunjungan-kunjungan berikutnya ke negara ini, beliau memberikan
pelajaran-pelajarannya melalui banyak stasiun televisi maupun radio, mencakup
pendengar dari Amerika hingga Kanada, dari Inggris hingga Sri Lanka. Beliau
juga memberikan kuliah-kuliah di banyak universitas di Amerika maupun Kanada.
Beliau mengarang lebih dari dua puluh buku, dan menghasilkan sejumlah rekaman
kaset dan video. Beberapa media yang pernah menemuinya di antaranya adalah
Time, The Philadelphia Inquirer, Psychology Today, dan The Harvard Divinity
Bulletin.
Ia terus membimbing murid-muridnya dari segala bangsa,
dan juga menerima tamu-tamu hariannya dari pelbagai kalangan, mulai dari
pelajar sekolah dasar, petani, dan buruh, hingga para tokoh agama, pemimpin
dunia, jurnalis, akademisi, maupun para pencari Tuhan; untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan mereka, membantu memecahkan persoalan mereka dan
menyentuh hati mereka dengan cara yang sangat personal.
Ia terus melakukan semua ini hingga hari meninggalnya
pada 8 Desember 1986 di Philadelphia, Amerika Serikat, dan dimakamkan oleh
murid-muridnya di sana. Hingga sekarang makamnya masih banyak diziarahi orang
dari seluruh dunia.
Sekretaris Perserikatan Bangsa-Bangsa ketika itu, Robert
Muller, dalam kata-kata bela sungkawanya mengatakan, “Saya tidak akan pernah
melupakan kata-kata beliau. Telah ada sebuah pesan yang jelas untuk
dilaksanakan di seluruh kehidupan saya. Semoga semenjak hari ia meninggalkan
dunia ini, jiwanya akan senantiasa tetap bersama kita untuk membantu dalam
menyelesaikan tugas kita masing-masing yang teramat sangat sulit ini.”
***
,,Hal yang luar biasa, adalah fakta bahwa beliau seorang
muslim buta huruf sederhana, yang melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam
hutan-hutan di Sri Lanka. Akan tetapi kedalaman ilmunya membuatnya kemudian
dikenal masyarakat di Amerika sehingga Beliau dibawa ke negeri mereka untuk
menjadi pembimbingnya di sana. Sangat menarik melihat murid-muridnya—yang
sebagian besar merupakan masyarakat kulit putih dengan tingkat pendidikan yang
tinggi—menerima pengajaran dari seorang yang biasa hidup bersahaja di pedalaman
hutan Sri Lanka. …”
(Sejarah singkat Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen diambil
dari buku Guru Sejati Dan Muridnya)
Komentar
Posting Komentar