Atisha menjawab, “
-Kepandaian tertinggi adalah membuang keakuan.
-Kemuliaan tertinggi adalah menguasai pikiran sendiri.
-Kebajikan tertinggi adalah memiliki keinginan untuk menolong makhluk lain.
-Sila tertinggi adalah menjaga kewaspadaan terus-menerus.
-Obat tertinggi adalah menyadari ketidaknyataan segala sesuatu.
-Kebebasan tertinggi adalah tak terpengaruh oleh hal-hal duniawi.
-Pencapaian tertinggi adalah mengurangi dan mengubah setiap keinginan.
-Pemberian tertinggi terdapat dalam tanpa kemelekatan.
-Latihan batin tertinggi adalah pikiran yang tenang.
-Kesabaran tertinggi adalah kerendahan hati.
-Usaha tertinggi adalah melepaskan keterikatan pada setiap kegiatan.
-Meditasi tertinggi adalah pikiran tanpa keinginan.
-Kebijaksanaan tertinggi adalah tidak melekat pada apa pun yang tampak.”
-Kepandaian tertinggi adalah membuang keakuan.
-Kemuliaan tertinggi adalah menguasai pikiran sendiri.
-Kebajikan tertinggi adalah memiliki keinginan untuk menolong makhluk lain.
-Sila tertinggi adalah menjaga kewaspadaan terus-menerus.
-Obat tertinggi adalah menyadari ketidaknyataan segala sesuatu.
-Kebebasan tertinggi adalah tak terpengaruh oleh hal-hal duniawi.
-Pencapaian tertinggi adalah mengurangi dan mengubah setiap keinginan.
-Pemberian tertinggi terdapat dalam tanpa kemelekatan.
-Latihan batin tertinggi adalah pikiran yang tenang.
-Kesabaran tertinggi adalah kerendahan hati.
-Usaha tertinggi adalah melepaskan keterikatan pada setiap kegiatan.
-Meditasi tertinggi adalah pikiran tanpa keinginan.
-Kebijaksanaan tertinggi adalah tidak melekat pada apa pun yang tampak.”
***
Ketika meninggalkan bagian barat propinsi Nari, Atisha
memberikan nasehat berikut kepada sekelompok siswanya ;
“Kawan, hingga engkau mencapai penerangan, seorang Guru
sangat diperlukan; dengan demikian ikutilah Guru yang suci. Hingga engkau
sungguh-sungguh menyadari kehampaan, engkau harus mendengarkan ajaran; untuk
itu dengarkan dengan sungguh-sungguh ajaran dari Guru. Hanya memahami Dharma
tidak cukup untuk mencapai penerangan, engkau harus langsung mempraktekkannya.”
“Jauhilah setiap tempat yang merugikan latihanmu; selalu
tinggal di tempat yang membawa kebaikan.
Kemewahan adalah hal yang merugikan sebelum engkau mencapai batin yang tenang; untuk itu tinggallah di tempat yang terpencil. Tinggalkan teman-teman yang menambah keterikatanmu pada keinginan; percayalah pada teman yang membuatmu meningkatkan perbuatan baik. Ingatlah hal ini di dalam pikiran. Tiada habisnya hal-hal yang harus dilakukan, untuk itu maka batasilah kegiatanmu. Buktikan kebaikanmu siang dan malam, dan selalu dengan kewaspadaan.”
Kemewahan adalah hal yang merugikan sebelum engkau mencapai batin yang tenang; untuk itu tinggallah di tempat yang terpencil. Tinggalkan teman-teman yang menambah keterikatanmu pada keinginan; percayalah pada teman yang membuatmu meningkatkan perbuatan baik. Ingatlah hal ini di dalam pikiran. Tiada habisnya hal-hal yang harus dilakukan, untuk itu maka batasilah kegiatanmu. Buktikan kebaikanmu siang dan malam, dan selalu dengan kewaspadaan.”
“Sekali engkau telah menerima ajaran dari Guru, engkau
harus selalu bermeditasi terhadapnya dan berbuat sesuai kata-katanya. Saat
engkau melaksanakannya dengan segala kerendahan hati, hasilnya akan muncul
segera. Jika engkau berbuat sesuai dengan kerendahaan hatimu, baik makanan
maupun keperluaan yang akan datang dengan sendirinya.”
“Kawan, tidak ada kepuasan dari hal-hal yang kau
inginkan. Hal ini seperti meminum air laut untuk menghilangkan rasa haus. Untuk
itu puaslah. Hancurkan semua bentuk kemewahan, kebanggaan, dan kesombongan;
tundukkan dan rasakan kedamaian. Jauhi semua yang disebut orang sebagai
menyenangkan, tetapi sesungguhnya merupakan rintangan dalam menjalankan Dharma.
Seperti halnya batu-batu pada jalan yang sempit dan licin, engkau harus
membersihkan jalan semua harapan keuntungan dan kehormatan, karena hal itu
adalah jerat dari mara. Seperti ingus dalam hidungmu, buanglah semua pikiran
tentang kemasyuran dan pujian, karena hal-hal seperti itu hanya menipu dan
menperdayai kita.”
“Karena kebahagiaan, kesenangan dan teman-teman yang
telah kau miliki hanya untuk sesaat lamanya, berpalinglah darinya. Kehidupan yang
akan datang lebih panjang dari hidup ini, maka dengan berhati-hati selamatkan
harta kebajikanmu untuk melengkapi kehidupan yang akan datang. Engkau
meninggalkan semuanya ketika engkau mati; untuk itu janganlah terikat terhadap
apapun.”
“Hindarilah memandang rendah terhadap orang lain dan
bangkitkan pikiran yang penuh belas kasih kepada orang-orang yang lebih rendah.
Jangan terikat pada teman-temanmu, dan jangan membedakan musuh-musuhmu. Tanpa
menjadi dengki atau iri hati terhadap sifat-sifat baik orang lain, dengan
rendah hati peganglah sifat-sifat baikmu sendiri. Jangan sibuk mencari-cari
kesalahan orang lain, tetapi telitilah kesalahan-kesalahan dirimu sendiri.
Bersihkan dirimu dari hal-hal seperti itu seperti membersihkan darah yang
kotor. Jangan berpikir terus-menerus pada perbuatan-perbuatan baikmu sendiri;
hargailah sedikit saja, sebagaimana seorang pelayan bekerja. Pancarkanlah belas
kasih pada semua makhluk layaknya mereka adalah anakmu sendiri.”
“Selalu berwajah ramah dan berpikiran belas kasih. Berbicaralah
dengan jujur dan tanpa amarah. Jika engkau akan berbicara tentang hal-hal yang
tidak berguna, engkau akan membuat kesalahan; maka berbicaralah dengan tidak
berlebih-lebihan. Jika engkau membuat banyak sekali benda-benda yang tidak
berguna, perbuatan baikmu akan berhenti, tinggalkanlah perbuatan-perbuatan yang
bukan religius. Tiada gunanya bersusah payah melakukan perkerjaan yang tidak
penting. Karena apa pun yang terjadi atas dirimu berasal dari hasil karmamu di
masa lampau, akibat karma tidak pernah sesuai dengan keinginan-keinginanmu.
Untuk itu tenanglah.”
“Aduh, lebih baik aku mati daripada menyebabkan orang
suci menjadi malu; engkau seharusnya selalu jujur dan tidak berbohong. Semua
penderitaan dan kebahagiaan dalam hidup ini berasal dari karma saat ini dan
masa lampau; jangan menyalahkan orang lain atas keadaan dirimu.”
“Sebelum engkau menundukkan dirimu sendiri, engkau tidak
akan dapat menundukkan orang lain; oleh karena itu pertama-tama tundukkan
dirimu sendiri. Karena engkau tidak dapat mematangkan karma orang lain tanpa
kekuatan mata batin; maka berusahalah dengan sekuat-kuatnya memiliki mata
batin.”
“Engkau pasti akan mati, meninggalkan kekayaan apa pun
yang telah engkau kumpulkan, maka berhatihatilah untuk tidak mengumpulkan
noda-noda melalui kekayaan. Karena hambatan kesenangan adalah tanpa substansi,
hiasilah dirimu dengan kebajikan dan pemberian. Senantiasa menjaga latihan
batin, bagi keindahan dalam hidup ini dan menjamin kebahagiaan dalam kehidupan
yang akan datang. Di dalam masa Kaliyuga ini, dimana kebencian merajalela,
pakailah pelindung kesabaran, yang menghapuskan kemarahan. Kita muncul dalam
dunia ini karena kekuatan kemalasan, sehingga kita harus menyalakan usaha
realisasi seperti api yang menyala-nyala. Saat demi saat kehidupanmu
disia-siakan oleh daya tarik kesibukan duniawi; sekarang saatnya untuk
bermeditasi. Karena engkau berada dalam pengaruh pandangan salah, engkau tidak
menyadari hakekat kekosongan, carilah dengan tekun arti dari kesunyian!”
“Kawan, samsara adalah rawa yang sangat luas dimana tidak
ada kebahagiaan sejati, cepatlah menuju tempat pembebasan. Bermeditasilah
sesuai dengan ajaran Guru dan keringkan sungai penderitaan samsara.
Ingatlah selalu hal ini. Dengarlah baik-baik nasehat ini yang bukan sekedar kata-kata semata, namun berasal langsung dari hatiku. Jika engkau mengikuti ajaran-ajaran ini, engkau tidak hanya membahagiakan diriku, tetapi juga dirimu sendiri dan orang lain. Walaupun saya ini bodoh, saya sarankan agar engkau mengingat kata-kata ini.”
Ingatlah selalu hal ini. Dengarlah baik-baik nasehat ini yang bukan sekedar kata-kata semata, namun berasal langsung dari hatiku. Jika engkau mengikuti ajaran-ajaran ini, engkau tidak hanya membahagiakan diriku, tetapi juga dirimu sendiri dan orang lain. Walaupun saya ini bodoh, saya sarankan agar engkau mengingat kata-kata ini.”
Ketika Atisha
sedang berada di Yerpadrak, dekat Lhasa, beliau memberikan ajaran berikutnya,
“Yang mulia anakku, pikirkan sungguh-sungguh kata-kata
ini. Di jaman Kaliyuga, kehidupan amatlah singkat dan banyak sekali yang perlu
dimengerti. Masa dari kehidupan ini tidak dapat ditentukan; engkau tidak tahu
berapa lama lagi engkau akan hidup. Dengan demikian engkau harus berusaha
sekeras-kerasnya sekarang juga, untuk mewujudkan keinginan yang benar.”
“Jangan mengaku sebagai seorang bhiksu jika engkau
memenuhi kebutuhan hidup seperti cara seorang umat biasa. Walaupun engkau
tinggal di vihara dan telah meninggalkan kegiatan duniawi, tetapi jika engkau
mempermasalahkan apa yang telah engkau tinggalkan, engkau tidak berhak berkata,
Saya seorang bhiksu yang tinggal di vihara.”
“ Jika pikiranmu tetap mempertahankan keinginan akan
barang-barang yang indah dan tetap berpikir hal-hal yang merugikan, jangan
berkata, Saya seorang bhiksu yang tinggal di vihara.”
” Jika engkau tetap tinggal dengan orang-orang yang
memuja keduniawian dan membuang waktu secara duniawi, berbicara kasar dengan
siapa engkau tinggal, meskipun engkau tinggal di vihara, jangan berkata, Saya
seorang bhiksu yang tinggal di vihara.”
” Jika engkau tidak sabar dan memiliki kerendahan hati,
jika engkau tidak dapat bahkan sedikitpun menolong orang lain, jangan berkata,
Saya seorang bhiksu Bodhisattva.”
“Jika engkau berkata yang demikian kepada umat, engkau
adalah penipu besar. Engkau lebih baik menghindari berkata seperti itu.
Bagaimanapun engkau tidak dapat menipu mereka yang memiliki pandangan tak
terbatas mata batinnya, engkau juga tidak dapat menipu mereka yang memiliki
mata Dharma yang maha tahu. Engkau juga tidak dapat menipu dirimu sendiri
karena akibat karma akan mengikutimu.”
“Tinggal di vihara penting untuk meninggalkan jalan
keduniawian dan keterikatan pada teman dan kenalan. Dengan meninggalkannya,
engkau membersihkan semua penyebab dari kemelekatan dan ketidakpuasan. Dan
kemudian engkau harus mencari pikiran yang luhur penerangan. Walaupun hanya
sesaat engkau tidak boleh membiarkan obsesi masa lalumu dengan keinginan
duniawi muncul. Pada awalnya engkau tidak melaksanakan Dharma dengan benar di
bawah kebiasaan masa lalu yang melemahkan tekadmu, engkau terus menerus
diliputi alasan keinginan duniawi, karena alasan-alasan itu membelenggu, jika
engkau tidak berusaha keras melawannya tidak ada gunanya untuk tinggal di dalam
vihara. Engkau akan seperti burung-burung dan binatang-binatang liar lainnya
yang tinggal di sana.”
“Singkatnya, tinggal di vihara tidak akan berguna jika
engkau tidak membalik pandanganmu terhadap barang-barang yang indah dan tidak
meninggalkan kesibukan hidup. Karena jika engkau tidak memotong habis
kehendak-kehendak itu, berpikir bahwa engkau dapat berbuat untuk tujuan baik
dalam hidup ini dan hidup yang akan datang, engkau tidak akan menghasilkan
apapun kecuali praktek religius sesaat. Praktek seperti itu tidak menghsilkan
apa-apa kecuali kemunafikan dan upacara-upacara yang megah menimbulkan perasaan
mementingkan diri sendiri.”
“Dengan demikian engkau harus mencari teman-teman yang
baik dan hindarkan teman-teman yang buruk. Jangan terikat pada satu tempat atau
menumpuk harta benda. Apapun yang engkau lakukan, lakukanlah selaras dengan
Dharma. Agar apapun yang engkau lakukan menjadi obat penawar bagi belenggu
nafsu. Ini adalah praktek religius yang sebenarnya; berusahalah dengan keras
untuk melaksanakannya. Jika pengetahuanmu telah meningkat, jangan dikuasai oleh
perasaan kesombongan mara.”
“Berdiam di tempat terpencil, taklukkan dirimu. Memiliki
sedikit keinginan dan puas dengannya tidak menyombongkan pengetahuan sendiri,
maupun mencari kesalahan orang lain. Jangan takut ataupun ragu. Berkeinginan
baik dan tidak membeda-bedakan. Berkonsentrasilah pada Dharma ketika pikiran
dikacaukan oleh hal-hal yang salah.”
“Berendah hatilah, dan jika engkau dikalahkan, terimalah
hal itu dengan ramah. Berhentilah menyombongkan diri dan hapuslah keinginan.
Selalu mengembangkan pikiran yang penuh belas kasih. Apapun yang ingin engkau
lakukan, lakukanlah dengan tidak berlebih-lebihan. Mudah puas dan mudah
dilayani. Jauhilah apapun yang akan menjebakmu seperti seekor binatang liar
yang menjauhi perangkap.”
“Jika engkau tidak meninggalkan hal-hal duniawi, jangan
katakan engkau seorang suci. Jika engkau tidak pernah meninggalkan bumi dan
hasilnya, jangan katakan bahwa engkau telah memasuki Sangha. Jika engkau tidak
meninggalkan keinginan-keinginan, jangan katakan engkau seorang bhiksu. Jika
engkau tidak berbelas kasih, jangan katakan bahwa engkau seorang Bodhisattva.
Jika engkau tidak meninggalkan berbagai kesibukan, jangan katakan bahwa engkau
seorang pelaksana meditasi. Jangan turuti keinginanmu.”
“Singkatnya, ketika engkau berdiam di vihara, usahakan
sedikit kesibukan dan hanya bermeditasi pada Dharma. Jangan membuat hal-hal
untuk disesali pada saat kematian.”
Pada kesempatan yang lain, Atisha berkata,
“Dalam Kaliyuga ini bukan waktunya untuk mempertontonkan kemampuan; saat ini adalah waktunya untuk berlatih dengan tekun. Kini bukanlah saatnya mencari tempat yang terhormat tetapi waktu untuk merendahkan diri. Saat ini bukan waktunya untuk menyandarkan diri pada tempat yang ramai, tetapi saatnya untuk menyandarkan diri pada tempat-tempat terpencil. Saat ini bukanlah waktunya untuk mengatur murid-murid; tetapi saat untuk mengatasi diri sendiri. Saat ini bukan waktunya hanya untuk mendengarkan kata-kata saja, tetapi waktu untuk merenungkan maknanya. Bukan pula saatnya untuk pergi ke sana ke mari; saat ini waktunya untuk menyepikan diri.”
“Dalam Kaliyuga ini bukan waktunya untuk mempertontonkan kemampuan; saat ini adalah waktunya untuk berlatih dengan tekun. Kini bukanlah saatnya mencari tempat yang terhormat tetapi waktu untuk merendahkan diri. Saat ini bukan waktunya untuk menyandarkan diri pada tempat yang ramai, tetapi saatnya untuk menyandarkan diri pada tempat-tempat terpencil. Saat ini bukanlah waktunya untuk mengatur murid-murid; tetapi saat untuk mengatasi diri sendiri. Saat ini bukan waktunya hanya untuk mendengarkan kata-kata saja, tetapi waktu untuk merenungkan maknanya. Bukan pula saatnya untuk pergi ke sana ke mari; saat ini waktunya untuk menyepikan diri.”
(Sumber: Forum Wihara.com)
Komentar
Posting Komentar