Brahmacharya. Kata ini sangat sulit diterjemahkan. Kata
Ini telah diterjemahkan sebagai “pantang/menahan diri dari seks,” selibat. Itu
tidak benar, karena brahmacharya adalah kata yang luas, sangat luas. Selibat
seksual adalah hal yang sangat sempit; itu adalah salah satu bagian darinya,
tapi bukan keseluruhan darinya. Kata brahmacharya berarti “hidup seperti
tuhan.” Kata itu berarti hidup seperti tuhan, menjalani kehidupan yang Ilahi.
Tentu saja, dalam kehidupan yang Ilahi, seks lenyap.
Brahmacharya itu tidak melawan seks. Jika melawan seks
maka seks tidak akan pernah bisa menghilang. Brahmacharya adalah transmutasi
energi: itu tidak melawan seks, sebaliknya itu mengubah keseluruhan energi dari
pusat seks ke pusat-pusat yang lebih tinggi. Saat mencapai pusat ketujuh
manusia, sahasrar, lalu brahmacharya terjadi. Jika tetap berada di pusat
pertama, muladhar, maka itu seks; saat mencapai pusat ketujuh, maka itu samadhi.
Energi yang sama bergerak. Itu tidak menentang seks; Sebaliknya, itu adalah
seni bagaimana menggunakannya.
Seorang yang memuaskan diri dalam seks adalah manusia
yang bunuh diri. Dia menghancurkan energinya sendiri. Dia seperti orang yang
pergi ke pasar, memberikan berliannya, dan membeli kerikil – dan pulang ke
rumah dengan senang hati bahwa dia telah melakukan tawaran yang sangat bagus.
Dalam hubungan seks engkau bisa mencapai saat kebahagiaan yang begitu kecil,
sangat kecil dan engkau kehilangan begitu banyak energi. Energi yang sama bisa
memberimu kebahagiaan yang luar biasa, tapi kemudian energi itu harus bergerak
ke tingkat yang lebih tinggi.
Seks harus ditransformasikan – jangan melawannya. Jika
engkau melawannya engkau tidak bisa mengubahnya, karena ketika engkau
bermusuhan dengan sesuatu engkau tidak dapat memahaminya. Simpati yang besar
dibutuhkan untuk memahami. Jika engkau bermusuhan, bagaimana engkau bisa
memberikan simpati? Bila engkau bermusuhan dengan sesuatu, engkau bahkan tidak
bisa mengamati: engkau ingin menarik diri dari musuhmu, untuk melarikan diri
dari musuh. Jadilah bersahabat dengan seksmu, karena itu adalah energimu,
dengan kemungkinan yang luar biasa besar tersembunyi di dalamnya. Itu adalah
Tuhan, mentahnya. Seks adalah samadhi, mentahnya. Itu bisa ditransformasikan,
itu bisa diubah, itu bisa diubah bentuknya. Keseluruhan dari yoga adalah jalan
untuk mentransformasikan, mengubah, logam dasar menjadi logam yang lebih
tinggi. Keseluruhan seni adalah bagaimana mengubah besi menjadi emas. Yoga
adalah alkimia, alkimia dari batinmu.
Brahmacharya berarti: mencoba untuk memahami energi seks,
mencoba untuk memahami bagaimana ia bergerak dalam keberadaanmu, mencoba untuk
memahami mengapa ia memberimu kesenangan, mencoba untuk memahami dari mana
kesenangannya benar-benar datang – apakah itu berasal dari penyatuan seksual,
pelepasan seksual atau berasal dari tempat lain Jika engkau seorang pengamat,
engkau akan segera menyadari dan menemukannya berasal dari tempat lain. Bila
engkau melakukan hubungan seksual, goncangan mendalam terjadi pada seluruh
tubuh. Itu adalah satu goncangan, karena begitu banyak energi yang dilepaskan;
Seluruh tubuh bergetar dalam goncangan itu. Dalam kegoncangan itu pemikiran
berhenti.
Dalam seks engkau menciptakan energi; Dengan gerakan
seksual, fantasi, keinginan, engkau menciptakan energi. Seluruh energi bergerak
menuju muladhar, pusat seks, berkonsentrasi di sana; kemudian datang satu
puncak, satu penumpukan; Lalu ledakan yang tiba-tiba – goncangan di seluruh
tubuh; lalu kedamaian mengikuti. Kedamaian ini sangat mahal harganya. Engkau
menghancurkan energi kehidupan yang berharga – untuk hal yang sia-sia.
Brahmacharya adalah: untuk memahami keseluruhan fenomena,
apa yang sedang terjadi. Dan jika dengan guncangan engkau menjadi damai dan
engkau mencapai sekilas kecil kebahagiaan … ini tidak bisa abadi. Itu hanya
bisa sesaat. Dan segera energi akan menghilang dan kemudian engkau akan
frustrasi. Tidak, sesuatu yang lain harus ditemukan, sesuatu yang kekal,
sesuatu sedemikian rupa sehingga engkau tetap bahagia. Itu tidak bisa melalui
goncangan; itu bisa ada hanya melalui transmutasi energi.
Bila energi yang sama bergerak ke atas. Engkau menjadi
bendungan energi. Itu adalah brahmacharya. Engkau terus mengumpulkan energi.
Semakin banyak yang engkau kumpulkan, semakin tinggi ia naik. Sama seperti di
bendungan: hujan akan turun sekarang, dan permukaan air akan naik lebih tinggi
dan lebih tinggi dan lebih tinggi. Tapi kalau ada kebocoran, maka level airnya
tidak akan naik tinggi. Seksualitasmu adalah kebocoran dari keberadaanmu.
Jika kebocorannya tidak ada, tingkat airnya naik lebih
tinggi dan lebih tinggi dan lebih tinggi, dan SATU SAAT DATANG – maka itu
melewati banyak pusat. Pertama ia datang ke hara, dari muladhar sampai ke pusat
kedua. Di pusat itu engkau memiliki perasaan keabadian; engkau menjadi sadar
bahwa tidak ada seorang pun yang mati. Ketakutan menghilang. Pernahkah engkau
mengamati, kapan pun engkau merasa takut sesuatu mengenaimu di dekat pusar? Itu
adalah pusat kematian dan keabadian. Ketika energi melewati pusat itu, sampai
pada pusat itu, engkau merasa tanpa kematian. Jika seseorang bahkan membunuh
dirimu, engkau tahu bahwa engkau tidak terbunuh: “Na hanyate hanyamane sharire”
– “Dengan membunuh tubuh engkau tidak dapat membunuh jiwa.”
Kemudian energinya naik lebih tinggi, datang ke pusat
ketiga. Di pusat ketiga engkau mulai menjadi sangat, sangat damai. Pernahkah
engkau memperhatikan bahwa kapan pun engkau merasa damai engkau mulai bernafas
dari perut dan bukan dari dada? Karena pusat kedamaian berada tepat di atas
pusar. Di bawah pusar adalah pusat kematian dan keabadian; di atas pusar adalah
pusat kedamaian dan ketegangan. Jika tidak ada energi, engkau akan merasakan
ketegangan; Jika tidak ada energi engkau akan merasa takut. Jika ada energi,
ketegangan akan menghilang; engkau merasa sangat, sangat damai, tentram, teduh,
diam, tenang.
Kemudian energi bergerak ke pusat keempat, di
hati/jantung. Di sana muncul cinta. Engkau tidak bisa mencintai saat ini, dan
apa pun yang engkau sebut cinta tidak lain tetapi seks yang disamarkan dalam
satu kata yang indah, “cinta”. Kata itu tidak nyata bagimu – itu tidak mungkin.
Cinta hanya mungkin bila energi mencapai pusat keempat di hati. Tiba-tiba
engkau dalam cinta – cinta dengan seluruh semesta, cinta dengan segalanya.
Engkau adalah cinta itu sendiri.
Kemudian energi bergerak ke pusat kelima, di tenggorokan.
Pusat itu adalah pusat keheningan – keheningan, pemikiran, berpikir, berbicara.
Berbicara, tak berbicara – keduanya ada di sana. Saat ini tenggorokanmu hanya
bekerja untuk berbicara. Ia tidak tahu bagaimana untuk berfungsi dalam
keheningan, bagaimana untuk pergi ke dalam keheningan. Ketika energi datang ke
sana, tiba-tiba engkau menjadi hening. Bukan berarti engkau berusaha, bukan
berarti
engkau memaksakan dirimu untuk hening – engkau mendapati dirimu menjadi hening, penuh dengan keheningan. Bahkan jika engkau harus berbicara, engkau harus berusaha keras. Dan suaramu menjadi seperti musik, apa pun yang engkau katakan menjadi puisi, cahaya halus dalam kata-katamu, tentang kehidupan. Dan kata-katamu membawa keheningan di dalam mereka, di sekitar mereka. Bahkan keheninganmu menjadi lebih berisi daripada kata-katamu.
engkau memaksakan dirimu untuk hening – engkau mendapati dirimu menjadi hening, penuh dengan keheningan. Bahkan jika engkau harus berbicara, engkau harus berusaha keras. Dan suaramu menjadi seperti musik, apa pun yang engkau katakan menjadi puisi, cahaya halus dalam kata-katamu, tentang kehidupan. Dan kata-katamu membawa keheningan di dalam mereka, di sekitar mereka. Bahkan keheninganmu menjadi lebih berisi daripada kata-katamu.
Lalu energi bergerak ke pusat keenam, mata ketiga. Di
sana engkau menemukan cahaya– keterjagaan, kesadaran. Itulah titik di mana
tidur terjadi – hipnotis terjadi. Apakah engkau pernah menyaksikan seorang ahli
hipnotis? Dia mengatakan untuk memusatkan matamu ke suatu titik. Ketika engkau
memusatkan kedua matamu di suatu titik, mata ketigamu tertidur. Itu hanya
tipuan untuk menciptakan tidur di mata ketiga. Ketika energi mencapai mata
ketiga, engkau merasa begitu penuh dengan cahaya … semua kegelapan menghilang,
cahaya yang tak terbatas mengelilingi dirimu. Sebenarnya tidak ada bayangan di
dalam dirimu saat itu. Pepatah tertua di Tibet adalah, “Ketika seorang yogi
menyadari keterjagaan, tidak ada bayangan dari tubuhnya.” Jangan menganggapnya
secara harfiah – tubuh akan menciptakan bayangan. Tapi jauh di dalam, karena
ada begitu banyak cahaya di mana-mana …. Cahaya tanpa sumber! Jika cahaya
dengan satu sumber maka akan ada bayangan; dengan cahaya tanpa sumber: maka
tidak akan bisa ada bayangan apa pun.
Dan kehidupan sekarang memiliki makna dan dimensi yang
berbeda. Engkau bergerak di bumi tapi engkau tidak lagi milik bumi, seolah-olah
engkau terbang. Engkau telah datang paling dekat dengan Kebuddhaan. Sekarang
tamannya sangat dekat; engkau bisa merasakan keharumannya. Pada titik ini,
untuk pertama kalinya, engkau menjadi mampu memahami seorang Buddha; Sebelum
itu, perlahan-lahan, secara bertahap, bagian-bagiannya terjadi pada dirimu,
tapi tidak sepenuhnya memahami. Tapi pada titik ini engkau dekat, tepat di
dekat pintunya. Kuilnya telah tiba; satu ketukan, dan pintunya akan terbuka dan
engkau sendiri akan menjadi seorang Buddha. Sekarang, begitu dekat dan hampir
tiba, engkau untuk pertama kalinya mulai merasakan apakah pemahaman itu.
Dan kemudian energi bergerak ke pusat ketujuh, sahasrar.
Di sana itu menjadi brahmacharya, sebuah kehidupan yang ilahi. Maka engkau
bukan lagi seorang manusia – maka engkau adalah tuhan. Engkau telah mencapai
bhagwatta, mencapai keilahian. Ini adalah brahmacharya.
OSHO-Yoga
– The Alpha and the Omega, Vol 5
Brahmacharya. This word is really very difficult to translate. It has been translated as “sexual continence,” celibacy. That’s not right, because brahmacharya is a wide word, very vast. Sexual celibacy is a very narrow thing; it is one part of it, but not the who]e of it. The word brahmacharya means “living like a god.” The very word means living like a god, living a life divine. Of course, in a life divine, sex disappears.
Brahmacharya. This word is really very difficult to translate. It has been translated as “sexual continence,” celibacy. That’s not right, because brahmacharya is a wide word, very vast. Sexual celibacy is a very narrow thing; it is one part of it, but not the who]e of it. The word brahmacharya means “living like a god.” The very word means living like a god, living a life divine. Of course, in a life divine, sex disappears.
Brahmacharya is not against sex. If it is against sex
then sex can never disappear. Brahmacharya is a transmutation of the energy: it
is not being against sex, rather it is changing the whole energy from the sex
center to the higher centers. When it reaches to the seventh center of man, the
sahasrar, then brahmacharya happens. If it remains in the first center,
muladhar, then sex; when it reaches to the seventh center, then samadhi. The
same energy moves. It is not being against it; rather, it is an art how to use
it.
A man who is indulging in sex is a suicidal man. He is
destroying his own energy. He is like a man who goes to the market, gives his
diamonds, and purchases pebbles — and comes home happy that he has done a great
bargain. In sex you attain such a little, a tiny moment of happiness, and you
lose so much energy. The same energy can give you tremendous blissfulness, but
then it has to move on a higher level.
Sex has to be transformed — don’t be against it. If you
are against it you cannot transform it, because when you are inimical towards
something you cannot understand it. Great sympathy is needed for understanding.
If you are inimical, how can you give sympathy? When you are inimical to
something, you cannot even observe: you want to withdraw from your enemy, to
escape from the enemy. Be in friendship with your sex, because it is your
energy, with tremendous possibilities hidden in it. It is God, raw. Sex is
samadhi, raw. It can be transmuted, it can be changed, it can be transfigured.
The whole yoga is the path to transfer, to change, the baser metal into the
higher metal. The whole art is how to change iron into gold. Yoga is alchemy,
alchemy of your inner being.
Brahmacharya means: trying to understand sex energy,
trying to understand how it moves in your being, trying to understand why it
gives you pleasure, trying to understand from where pleasure really comes —
whether it comes from sexual congress, sex release, or it comes from somewhere
else. If you are an observer, soon you will realize and discover it is coming
from somewhere else. When you are in a sexual intercourse a deep shock happens
to the whole body. It is a shock, because so much energy is released; the whole
body trembles in a shock. In that shock thoughts stop.
In sex you create energy; by the sexual movement,
fantasy, desire, you create energy. The whole energy moves towards muladhar,
the sex center, concentrates there; then comes a peak, a buildup; then sudden
explosion — shock all over the body; then peace follows. This peace is at a
very great cost. You are destroying valuable life energy — for nothing.
Brahmacharya is: to understand the whole phenomenon, what
is happening. And if by shocks you become peaceful and you attain a little
glimpse of happiness… this cannot be eternal. It can only be momentary. And
soon the energy will be lost and then you will be frustrated. No, something
else has to be found and discovered, something of the eternal, something so
that you remain blissful. It cannot be through the shock; it can be only
through the transmutation of the energy.
When the same energy moves upwards you become a dam of
energy. That is brahmacharya. You go on accumulating energy. The more you
accumulate, the higher it rises. Just like in a dam: it will be raining now,
and the water level will go higher and higher and higher. But if there is a
leakage, then the water level will not go high. Your sexuality is a leakage of
your being.
If the leakage is not there, the water level goes higher
and higher and higher, and a moment comes — then it passes through many
centers. First it comes to the hara, from the muladhar it comes to the second
center. At that center you have a feeling of deathlessness; you become aware
that nothing dies. Fear disappears. Have you observed, whenever you feel afraid
something hits you just near the navel? There is the center of death and
deathlessness. When the energy passes to that center, comes to that level, you
feel deathless. If somebody even kills you, you know that you are not being
killed: “Na hanyate hanyamane sharire” — “By killing the body you cannot kill
the soul.”
Then the energy goes higher, comes to the third center.
At the third center you start becoming very, very peaceful. Have you ever
observed that whenever you are peaceful you start breathing from the belly and
not from the chest? Because the center of peace is just above the navel. Below
the navel is the center of death and deathlessness; above the navel is the
center of peace and tensions. If there is no energy you will feel tension; if
there is no energy you will feel fear. If there is energy, tension disappears;
you feel very, very peaceful, tranquil, calm, quiet, collected.
Then the energy moves to the fourth center, of the heart.
There arises love. You cannot love right now, and whatsoever you call love is
nothing but sex camouflaged in a beautiful word “love.” That word is not true
to you — cannot be. Love is possible only when energy reaches to the fourth
center of the heart. Suddenly you are in love — love with the whole existence,
love with everything. You are love.
Then the energy moves to the fifth center, in the throat.
That center is the center of silence — silence, thought, thinking, speech.
Speech, no-speech — both are there. Right now your throat only works to speak.
It does not know how to function in silence, how to go into silence. When the
energy comes to it, suddenly you become silent. Not that you make any effort,
not that you force yourself to be silent — you find yourself to be silent, full
of silence. Even if you have to speak, you have to make effort. And your voice
becomes musical, whatsoever you say becomes poetry a subtle glow in your words,
of life. And your words carry silence within them, around them. In fact your silence
becomes more pregnant than your words.
Then the energy goes to the sixth center, the third eye.
There you find light — awareness, consciousness. That is the point where sleep
happens — hypnosis happens. Have you watched any hypnotizer? He says to fix
your eyes to a point. When you fix your two eyes to a point, your third eye
goes into sleep. That is just a trick to create sleep in the third eye. When
the energy reaches to the third eye, you feel so full of light… all darkness
disappeared, infinite light surrounds you. In fact there is no shadow in you
then. The oldest saying in Tibet is, “When a yogi becomes realized in
awareness, there falls no shadow of his body.” Don’t take it literally — the
body will create the shadow. But deep inside, because there is so much light
everywhere…. Light without source! If light is with a source there will be
shadow; light without source: there cannot be any shadow.
And life now has a different meaning and dimension. You
move on the earth but you are no longer of the earth, as if you fly. You have
come nearest to Buddhahood. Now the garden is very near; you can feel the
fragrance. At this point, for the first time, you become capable of
understanding a Buddha; before it, by and by, gradually, fragments happen to
you, but not total understanding. But at this point you are close, just near
the door. The temple has arrived; a knock, and the door shall open and you
yourself will be a Buddha. Now, so near and at such close quarters, you for the
first time start feeling what understanding is.
And then the energy moves to the seventh, sahasrar. There
it becomes brahmacharya, a life divine. Then you are no longer a man — then you
are a god. You have attained to bhagwatta, to divineness. This is brahmacharya.
OSHO-Yoga – The Alpha and the Omega, Vol 5
#Posted by Osho Indonesia
Komentar
Posting Komentar