Langsung ke konten utama

Cerpen Dari Dostoyevsky Tentang Isa Atau Yesus

Seorang novelis Rusia, saya lupa namanya, mungkin Dostoyevsky pernah menulis cerpen (cerita pendek) yang indah sekali, manis sekali. Saya membumbuinya sedikit:

Seribu Sembilan ratus tahun setelah disalibkan, pada suatu ketika Yesus melihat kebawah. Ia menemukan sekian banyak gereja tersebar diseluruh dunia. Sampai kepelosok-pelosok, sampai kedusun-dusun terpencil pun ada saja bangunan gereja. Ada saja seorang pastor atau seorang pendeta yang mengurusnya.

Ia berpikir,”Keadaan didunia sudah berubah. Kali ini kalau aku turun, mereka pasti akan menerimaku dengan tangan terbuka.” Dan Ia pun langsung menghadap Allah, ”Bapa, biarkan aku turun sekali lagi. Sepertinya mereka sudah siap untuk menerimaku.”

Allah Bapa tersenyum,”Isa, anakKu, apa yang membuat kamu berpikir demikian?’

Yesus menjawab, “Karena sudah ada sekian banyak gereja, tempat ibadah yang tersebar diseluruh dunia. Sampai kedesa-desa terpencil pun ada paling tidak seorang pastor, ada paling tidak seorang pendeta yang mengabdi dan melayani umat. Kiranya mereka sudah sadar.”

Allah Bapa menanggapi Isa Yang Ia Sayangi,”Jangan cepat-cepat mengambil kesimpulan. Jumlah gereja, pastor dan pendeta tidak menjamin kesadaran mereka. Sungguh sangat tidak sadar para manusia di bumi. Agama pun telah mereka jadikan komoditas. Ada yang memakainya untuk kepentingan politik. Ada yang menggunakannya sebagai alat untuk memecah belah umat, lalu menguasai mereka. Sudahlah, jangan lagi memikirkan manusia di bumi.”

Isa tetap saja bersikeras,”Mohon Tuhan, beri aku satu kesempatan lagi. Beri mereka satu kesempatan lagi. Saya dengar, mereka sedang menanti-nanti kedatanganku.”

Terpaksa, Allah mengabulkan permohonan Isa. Dan Isa pun langsung turun ke dunia. 

Melihat gereja-gereja yang megah dan kehidupan para pastor maupun pendeta yang mewah, Ia bingung,”Bagian mana ajaranku yang mereka pakai?”
Ia mengelilingi seluruh dunia. Gereja mana yang harus Ia kunjungi? Tiba-tiba Ia merasa kesepian. Ditengah keramaian dunia, Ia berdiri “sendiri”. Diantara kerumunan massa yang mengaku Kristen, Ia mencari-cari umatnya.
Sementara Ia selalu menekankan bahwa,”Manusia tidak hidup karena roti saja.” Bahwa diluar urusan perut, kedudukan, kekayaan dan ketenaran masih banyak urusan lain. Sekarang, mereka yang “mengaku” pastor dan pendeta, justru menjanjikan “rejeki”, “kursi” dan entah apa lagi, untuk menarik umat!

Tetapi Ia tidak putus asa,”Dari sekian banyak gereja, pastor dan pendeta, masa iya tidak satu pun memahami ajaranku dengan benar?”

Akhirnya, Ia menemukan satu gereja yang terletak didusun terpencil, jauh dari kota. Bangunannya amat sangat sederhana. Dan pastor yang mengurusnya juga kelihatan ramah, masih belum tercemar oleh polusi kota-kota besar.
Kebetulan hari itu, Minggu…
Umat Kristiani tengah mengikuti kebaktian. Yesus menunggu diluar gereja itu. Ia tidak ingin menganggu mereka. Ia menunggu sampai selesainya misa. Lalu melihat mereka mulai keluar, Ia mendekati mereka, ”Temanku, aku senang sekali melihat kesederhanaan kalian. Setelah keliling dunia, baru kutemukan gereja seperti ini.”

Ada yang menanggapinya dan mengucapkan, ”Terima kasih”. Ada juga yang tidak menanggapinya dan hanya menganggukkan kepala. Satu diantara mereka memperhatikan jubah Yesus, ”Sepertinya kau orang baru didusun ini. Jubahmu itu lucu, seperti jubah Yesus.”

Yesus memperkenalkan dirinya, “Aku memang Yesus dan baru saja datang ke dusun ini.”

Mereka yang mendengarnya menganggap dia orang gila, “Yesus? Berani-beraninya kau mengaku dirimu Yesus?”

“Bukan mengaku, aku memang Yesus.”

Mereka menyimpulkan bahwa Ia gila. Mereka tidak mengenalinya.
Yesus berupaya meyakinkan mereka, “Kenalilah aku. Akulah Yesus yang kalian sembah dan puja. Namakulah yang kalian muliakan dalam gereja. Kedatangankulah yang kalian nanti-nantikan. Dan aku sengaja memilih dusun ini, memilih gereja kalian, untuk kujadikan rumahku, selama berada di dunia.”

“Kalau tidak gila, kamu pastilah seorang nabi palsu, yang memang sudah diramalkan dalam Alkitab.”

Begitulah sambutan yang diterima oleh Kristus, dari umat Kristiani !
Sementara, melihat keramaian diluar Sang Pastor pun keluar, “Ada apa ini?”

“Lihat Romo, orang ini mengaku dirinya Yesus.”

Sang pastor memperhatikan sorotan tajam mata Yesus, lalu menundukkan kepalanya, “Orang ini ingin menyesatkan kalian. Biarkan saya yang menghadapinya. Kalian boleh pulang.”

Ia mengajak Yesus masuk kedalam gereja. Lalu mengunci pintu dari dalam. Tinggal Yesus dan Sang Pastor – berdua saja. Sang Pastor bersungkam (menyalami –ag) dan mencium kaki Yesus, “Tuhan, maafkan saya.”

Yesus tambah bingung, “Berarti kau mengenali aku.”

“Tentu, Tuhan. Saya mengenali Tuhan.”

“Lalu kenapa tidak menyatakan demikian kepada jemaatmu? Kenapa pernyataanmu diluar lain – berbeda?”

“Maaf, Tuhan, tetapi saya takut.”

“Takut? Takut apa, anakku? Apa yang kau takuti?”

Yesus betul-betul tidak memahami maksudnya. Sang Pastor menjawab, “Begini Tuhan, dulu hampir dua ribu tahun yang lalu, ketika mendatangi dunia ini, Tuhan mengobrak-abrik Bait Allah. Tradisi-tradisi lama yang sudah usang Tuhan dobrak.”

“Lalu?” – Tanya Yesus.

“Mohon, Tuhan tidak melakukannya lagi. Kalau Tuhan mengobrak-abrik gereja-gereja yang tersebar diseluruh dunia ini, kalau Tuhanku mendobrak tradisi-tradisi yang telah kami pertahankan selama hampir dua ribu tahun, maka semuanya akan hancur lebur. Tak satu pun gereja akan tersisa. Tidak satu pun pastor atau pendeta akan lolos. Usaha kita selama ini akan sia-sia.”

“Usaha? Usaha, kau katakan?”

Yesus bisa marah. Ia sangat manusiawi. Dulu, waktu melihat orang-orang Israel meng “usaha” kan tempat Allah, Ia pun pernah marah.

“Maaf, Tuhan, maaf. Itulah sebabnya, Tuhan. Tolonglah, jangan kemari lagi. Di dunia ini, semuanya sudah berjalan lancar. Para pastor sudah mapan. Para pendeta sudah hidup senang. Jumlah gereja pun bertambah terus. Biarkan kami yang mengurus gereja, Tuhan. Kami tidak ingin merepotkan Tuhan lagi.”

Hari itu Yesus baru menyadari bahwa umat manusia masih tetap sama. Tidak terjadi perubahan apa pun juga. Malah semakin licik – semakin edan!

--------------------------------------------

Memang demikian adanya. Seorang Yesus di antara kita tidak akan tahan melihat upaya peng “usaha” an agama dan lembaga-lembaga keagamaan. Bukan hanya agama Nasrani, agama apa saja. Diberbagai kelompok ada para “politisi” yang berpikiran picik dan tidak memiliki akhlak, dan siap meng “usaha” kan apa saja. Agama dan umat agama pun dijadikan komoditas.

Dalam keadaan seperti sekarang ini, apakah Isa atau Nabi Muhammad atau Siddhartha atau Zarathustra atau Krishna – siapa saja yang “datang kembali” – akan mengobrak-abrik system yang sudah keropos ini.
Bayangkan, para politisi kita sudah terbiasa menggunakan “ayat-ayat suci” demi kepentingan mereka. Maknanya dimanipulasi. Hal-hal yang kontekstual  dijadikan absolut dan begitu saja dikenakan pada situasi kontemporer. Sementara esensi agama sendiri terlupakan. Inti pesannya terabaikan. Keindahan ajaran-ajaran agama tercemari oleh ulah manusia.

Kisah para nabi dan riwayat hidup mereka sering dimanipulasi. Fakta sejarah ditutup-tutupi. Yesus, Isa adalah salah satu diantara sekian banyak nabi yang kisah kehidupannya, kemungkinan besar telah dimanipulasi. Kisah kehidupan Isa yang kita warisi lewat Alkitab terasa tidak komplit. Ada masa 18 tahun yang disebut “the lost years”. Yesus atau Isa yang baru berusia sebelas – duabelas tahun, tiba-tiba tidak ada ceritanya lagi. Lalu para pewarta Injil bercerita tentang Yesus yang sudah hampir berusia 30 tahun. Apa yang terjadi selama belasan tahun yang “hilang” dari rekaman sejarah? Atau, setidaknya “hilang” dari rekaman Alkitab?

Ada yang berspekulasi bahwa kisah kehidupan Yesus selama 18 tahun itu memang sengaja dihilangkan.Alasan mereka pun cukup kuat: Yesus ingin ditampilkan sebagai “Manusia Sempurna” yang dari “sana” nya sudah begitu! Lalu, apa yang terjadi selama 18 tahun itu sengaja ditutup-tutupi, karena ternyata selama 18 tahun itu ada catatan-catatan yang mengisahkan bahwa Yesus pun mengembara untuk menuntut ilmu. Ia belajar mendalami dirinya, dari berbagai master, dari berbagai guru, diberbagai tempat. Banyak sekali yang sudah menulis tentang “the lost years” atau “the missing years” tersebut, khususnya dalam bahasa Inggris, Jerman dan Perancis. Banyak versi yang saling bertentangan mulai bermunculan. Dalam bahasa Indonesia, setahu saya, belum pernah ada yang menulisnya.

Saya ingin menulis tentang “tahun-tahun yang hilang” tersebut dari sumber yang paling bagus. Dan tentunya paling otentik. Lalu saya menemukan 4 sumber utama:

Manuskrip kuno yang ditemukan di biara Himis, Leh (Laddakh) dipegunungan Himalaya. Penemunya adalah warga Rusia, Nicolas Notovitch. Ia menemukannya sekitar tahun 1878. Lalu menerjemahkannya dalam bahasa Perancis. Pada tahun 1895, untuk pertama kali, Violet Crispe menerjemahkannya dalam bahasa Inggris. Manuskrip ini saya jadikan sumber utama. Dan menempati bagian pertama buku ini.
Diperkirakan manuskrip ini ditulis kurang-lebih enam bulan setelah yesus disalibkan. Berarti, kemungkinan besar manuskrip ini merupakan Injil tertua, biografi Nabi Isa, kisah kehidupan Yesus, yang paling otentik, karena injil-injil lain ditulis puluhan tahun setelah Yesus disalibkan.
Sumber saya adalah, “The Unknown Life of Jesus Christ” oleh Nicolas Notovitch – sebuah buku langka, terbitan tahun 1916. Penerbitnya adalah Indo-American Book Company, AS.

Surat yang ditulis oleh seorang anggota kelompok Essene di Yerusalem kepada anggota kelompok yang sama di Alexandria (Mesir). Penulis ini mengaku sebagai sahabat Yesus dan bahwa Yesus pun seorang anggota kelompok Essene.
Diperkirakan surat ini ditulis tujuh tahun setelah Yesus disalibkan dan diterbitkan pertama kali dalam bentuk buku pada tahun 1873, dalam bahasa Latin. Terjemahan dalam bahasa Inggris muncul pada tahun 1907. Menurut Versi Latin, surat tersebut diterjemahkan dari lontar yang ditemukan di Mesir.

Sumber yang saya pakai adalah “The Crucification by an Eyewitness” yang diterbitkan oleh Chicago Indo-American Book Co. AS, 1907.

Kutipan dari Bhavishya Purana – salah satu kitab suci umat Hindu. Setahu saya, sampai saat ini belum ada terjemahan lengkap dalam bahasa Inggris. Kendati demikian, sumber ini paling sering dikutip. Banyak sekali penulis Barat yang mengutipnya. Diperkirakan, ditulis sekitar 200 an tahun setelah Masehi ( ? ).

“Injil Thomas” – salah satu lontar yang ditemukan didekat kota Nag Hammadi di Mesir, pada tahun 1945.

Isa bukanlah kejadian “kristiani” atau kejadian “muslim” atau kejadian “hindu” dan kejadian “buddha”. Isa berarti “pencerahan” – kesadaran akan Jati Diri. Dan pencerahan tidak dapat diberi label “agama”. Pencerahan adalah “hasil” agama, buah kepercayaan dan iman.

Menghadapi buku seperti ini, gereja tidak perlu cemas. Saya seorang pecinta Yesus. Dan upaya saya ini bertujuan untuk menempatkan Yesus diatas panggung dunia yang bersifat universal. Sudah waktunya Yesus dimiliki oleh setiap orang, setiap makhluk. Jangan menyempitkan ruang geraknya. Gereja sangat sempit bagi seorang Yesus. Isa bukanlah monopoli kelompok Kristiani. Ia adalah milik orang Muslim, milik orang Hindu, milik orang Buddhis – milik kita semua.
Betapa indahnya dunia ini, jika para pencinta Yoga menerima Yesus sebagai seorang Yogi. Lalu umat Muslim menerimanya sebagai seorang nabi. Dan umat Buddhis menerimanya sebagai seorang thera, seorang bodhisattva. Sudah waktunya Ia diterima sebagai avatar, Buddha, mesias, nabi. Dan penerimaan kita hendaknya sungguh-sungguh, tidak hanya basa-basi.
Demikian harapan saya…

Dari Buku: ISA – Hidup Dan Ajaran Sang Masiha
( Berdasarkan Lontar-Lontar Kuno di Tibet, India, dan Mesir )
Oleh: Anand Krishna

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Satu Syair Rumi Tentang Reinkarnasi

Sebagai tahapan yang harus dilalui wujud lahir, tingkatan wujud berikutnya akan berproses sesuai dengan rancangan wujud sebelumnya. Dengan jalan seperti ini muncullah ribuan perubahan. Dan tiap perubahan selalu lebih baik dari sebelumnya. Sadarilah selalu wujudmu saat ini karena jika kau berpikir tentang wujudmu di masa lalu, maka kau akan memisahkan dirimu dari Diri Sejatimu. Inilah semua keadaan yang tetap yang kau saksikan dalam kematian. Lalu mengapa harus kau palingkan mukamu dari kematian? Ketika tahapan kedua lebih baik dari tahapan pertama, maka matilah dengan senyum suka cita. Dan arahkan pandanganmu ke depan untuk menempati wujud baru yang lebih baik dari wujud sebelumnya. Sadarilah, dan jangan tergesa-gesa. Kau harus mati terlebih dulu sebelum memperbaiki diri. Laksana sang surya, hanya jika kau tenggelam di Barat, maka di Timur, kau akan menyaksikan wajahmu yang cerlang gemilang.  ( Jalaluddin Rumi ) Tulisan Di Batu Nisan Jalaluddin...

Kata-Kata Indah Dari Osho

Kita telah hidup dalam pikiran selama begitu banyak kehidupan, dan kita telah menjadi selaras dengan kegelapannya, dengan keburukannya, kesia-siaannya. Ketika engkau bertindak tanpa pikiran, seluruh keberadaanmu bergetar. Engkau bergerak di jalur yang berbahaya. Pikiran berkata, “Waspada! Pikirkan dulu, baru kemudian bertindak.” Tetapi jika engkau berpikir dulu dan baru kemudian melakukan sesuatu, perbuatanmu akan selalu mati, basi. Ini akan keluar dari pikiran, ini tidak akan menjadi nyata dan otentik. Maka engkau tidak bisa mencintai, Maka engkau tidak bisa bermeditasi, Maka engkau tidak bisa benar-benar hidup dan engkau tidak bisa mati. Engkau menjadi hantu, keberadaan yang palsu. Cinta mengetuk hatimu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” Kehidupan terus mengetuk pintumu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” OSHO, A Bird on the wing, Chpt 9, Save the cat “Kuasai hanya satu hal: dirimu sen...

Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya

“Prayer means gratefulness, prayer means no complaint. Prayer means ”I am thankful for all that has been given to me; more I could not have asked for.” In that very prayerfulness one becomes graceful”. ___Osho Doa berarti rasa syukur, doa berarti tidak ada keluhan. Doa berarti “Saya bersyukur untuk semua yang telah diberikan kepada saya; lebih saya tidak bisa meminta.” Dalam penuh rasa syukur itu orang menjadi graceful.. ------------------------------------------- “Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya” Osho: “JANGAN MEREPOTKAN ALLAH, DIA PUNYA MASALAH SENDIRI. Tidakkah anda lihat apa pun yang Dia ciptakan adalah mati? Anda menyimpan masalah anda kepada diri sendiri. Mengapa orang harus ingin berdoa kepada Allah? ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN DOA-DOA ANDA. Anda mungkin memerlukan doa-doa itu — tapi mereka tidak akan sesuatu yang lebih dari suara keinginan anda, tuntutan anda, mengekspresikan keluhan anda. Itulah apa yang dilakukan orang atas nama d...