Demikianlah kita akan memasuki persoalan dari meditasi ini. Dan kita harus memasukinya, karena meditasi adalah sepenting cinta kasih, kematian dan kehidupan — barangkali lebih penting — karena dari batin yang meditatif itu datanglah suatu pengertian akan apa adanya kebenaran. Pertama-tama kita harus, saya rasa betul-betul jelas akan kepalsuan atau kebenaran dari apa yang umumnya diterima tentang meditasi baik di dunia timur dan, belakangan ini, di negeri ini. Di timur, meditasi umumnya diartikan sebagai suatu latihan dalam mana terdapat pengendalian pikiran, pergendalian seperti itu didasarkan atas suatu metode atau sistim tertentu. Terdapat banyak sistim-sistim ini di India dan juga dalam dunia Buddhis, termasuk Zen. Sistim-sistim dan metode-metode diberikan sebagai sesuatu yang kalau dilatih kita dapat mencapai tingkat keheningan di mana kenyataan dapat berwujud. Itulah yang pada umumnya diartikan dengan berbagai bentuk meditasi.
Apakah anda tertarik kepada semua ini? Saya tidak
mengerti bagaimana anda bisa tertarik, karena saya sesungguhnya tidak tertarik
oleh itu semua (suara tertawa).
Terdapat sistim-sistim yang direka oleh para swami, yogi,
maharesi dan sebagainya lagi dari mereka; meditasi atas serangkaian kata-kata
dan artinya, atau atas sebaris peribahasa, sebuah gambar, suatu gambaran
pikiran atau beberapa ayat yang dianggap mempunyai arti yang besar. Dan terdapat
pula apa yang dinamakan “mantra yoga”, yang telah diperkenalkan di negara ini
dan dalam mantra yoga ini anda mengulang beberapa kata-kata Sansekerta yang
diberikan oleh sang guru kepada murid secara rahasia. Mantra ini anda
ulang-ulangi tiga atau empat kali sehari, atau seratus atau seribu kali, apapun
adanya, dengan demikian menenangkan batin dan membikin anda mampu untuk
mengatasi dunia ini masuk ke dalam suatu dunia yang berlainan. Sudah jelas
bahwa pengulang-ulangan serangkaian kata-kata — baik dalam Bahasa Sansekerta,
Latin, Inggris, atau bahkan, jika anda mau, bahasa Yunani atau Cina — akan
menghasilkan suatu ketenangan tertentu dalam batin; suatu mutu tertentu di
dalam kata yang terulang-ulang yang condong untuk membuat batin yang sudah
tumpul itu, menjadi bahkan makin tumpul (suara tertawa). Tidak, tuan-tuan,
harap jangan tertawa; hal itu cukup serius, karena itu adalah satu di antara
hal-hal, dengan berbagai variasi, yang banyak dipraktekkan di timur, yaitu
gagasan bahwa suatu batin yang berkeliaran tiada hentinya dapat ditenangkan
oleh pengulang-ulangan. Demikianlah si kata menjadi sangat penting, terutama
apabila kata itu dalam Bahasa Sansekerta, karena Sansekerta adalah suatu bahasa
yang istimewa, memiliki suatu mutu dan penyuaraan tertentu; dan diharapkan
bahwa karena itu anda akan mencapai sesuatu. Sekarang anda dapat mengulang
sebuah kata seperti “Coca-Cola” atau “Pepsi-Cola” — apapun yang anda kehendaki
— dan anda juga akan memperoleh suatu perasaan yang luar biasa (suara ketawa).
Demikianlah anda dapat melihat bahwa pengulang-ulangan seperti yang sedang
dilakukan tidak hanya di timur, akan tetapi juga di dalam gereja-gereja dan
biara-biara Katholik, membuat batin menjadi agak dangkal, kosong dan tumpul.
Hal itu tidak memberikan suatu kepekaan, suatu mutu dari penglihatan yang
mendalam. Lagi-lagi, orang yang mengulang, melihat apa yang dia ingin lihat.
Demikianlah terdapat sistim-sistim tentang pernapasan dan
sikap-sikap yang benar. Adalah jelas bahwa, dalam duduk lurus atau rebah dengan
rata, darah dapat mengalir lebih mudah ke kepala, sedangkan terlampau
membungkuk condong untuk membatasi alirannya —itulah maksud dari duduk lurus.
Bernapas lebih teratur mendatangkan banyak zat asam ke dalam darah dan
karenanya menenangkan tubuh, dan kita dapat mengukur penting atau tidak
pentingnya hal itu. Gagasannya adalah bahwa jika anda melatih metode yang
diletakkan oleh sang guru, anda sehari-hari akan mencapai suatu tingkat
pengertian yang lebih besar, atau tingkat keheningan lebih besar, makin mendekati
sorga, makin dekat dengan hal yang paling agung di atas bumi atau lebih tinggi
dari bumi. Sang guru dianggap telah mendapat penerangan jiwa dan dianggap tahu
lebih banyak dari pada sang murid. Kata “guru” dalam Bahasa Sansekerta berarti
dia yang menunjukkan; sebagai sebuah tanda penunjuk jalan, dia hanya
menunjukkan saja. Dia tidak mengatakan apa yang harus anda lakukan. Dia bahkan
tidak rnenggandeng tangan anda dan menuntun anda : dia hanya menunjukkan jalan,
membiarkan anda sendiri untuk melakukannya sesuka anda. Akan tetapi kata itu
telah dinodai oleh mereka yang mempergunakannya untuk diri mereka sendiri,
karena guru seperti itu memberikan metode-metode.
Sekarang, apakah adanya suatu metode, suatu sistim?
Silahkan mengikuti hal ini baik-baik karena dengan membuang apa yang palsu —
yaitu, melalui penolakan terhadap yang palsu — kita menemukan apakah adanya
kebenaran. Itulah apa yang sedang kita lakukan sekarang. Tanpa penolakan
secara total terhadap apa yang jelas palsu, kita tidak dapat mencapai bentuk
apapun dari pengertian. Mereka antara anda sekalian yang pernah melatih
sistim-sistim atau bentuk-bentuk tertentu dari meditasi dapat menyelidikinya
sendiri. Apabila anda melatih sesuatu secara teratur hari demi hari,
bangun pada jam dua atau tiga pagi hari seperti yang dilakukan para biarawan
dalam dunia Katholik, atau duduk diam pada waktu-waktu tertentu di siang hari,
mengendalikan diri anda sendiri dan membentuk pikiran anda menurut sistim atau
metode itu, anda dapat bertanya kepada diri sendiri apa yang anda capai.
Sesungguhnya anda mengejar-ngejar suatu metode yang menjanjikan suatu ganjaran.
Dan apabila anda melatih suatu metode hari demi hari, batin anda jelas menjadi
mekanis. Tidak terdapat kebebasan di situ. Suatu metode berarti bahwa itu
adalah suatu cara yang diletakkan oleh seseorang yang dianggap tahu apa yang
sedang dilakukannya. Dan — jika saya boleh berkata demikian — jika anda tidak
cukup cerdas untuk melihat nyata hal itu, maka anda akan terjebak ke dalam
suatu proses mekanis. Yaitu, latihan sehari-hari, pemulasan sehari-hari,
membuat kehidupan anda menjadi suatu pengulang-ulangan sehingga lambat-laun,
akhirnya — ia boleh makan waktu lima, sepuluh tahun atau berapa lamapun — anda
akan berada dalam suatu keadaan untuk dapat mengerti apakah adanya kebenaran,
apakah adanya penerangan jiwa, apakah adanya kenyataan dan sebagainya. Jelas
sekali bahwa tidak ada metode yang dapat melakukan hal itu karena metode
menunjukkan suatu latihan; dan suatu batin yang melatih diri hari demi hari
menjadi mekanis, kehilangan mutu kepekaannya dan kesegarannya. Demikianlah
lagi-lagi kita dapat melihat kepalsuan dari sistim-sistim yang diberikan. Lalu
terdapat lain-lain sistim, termasuk Zen dan berbagai sistim occult di mana
metode-metodenya diberitahukan hanya kepada sedikit orang. Pembicara pernah
bertemu dengan beberapa dari metode-metode itu akan tetapi telah membuang semua
itu sejak dari permulaan sebagai hal yang tidak ada artinya.
Demikianlah, melalui penyelidikan teliti, pengertian dan
inteligensi, kita dapat membuang pengulang-ulangan belaka dari kata-kata dan
kita dapat membuang sama sekali sang guru kebatinan—dia yang berdiri sebagai
otoritas, orang yang tahu terhadap orang yang tidak tahu. Sang guru
kebatinan atau orang yang berkata bahwa dia tahu, dia tidak tahu. Anda
takkan mungkin dapat tahu apakah adanya kebenaran karena kebenaran adalah
sesuatu yang hidup, sedangkan suatu metode, suatu jalan, meletakkan jejak
langkah untuk diambil agar dapat mencapai kebenaran — seolah-olah kebenaran
adalah sesuatu yang tetap dan permanen, diikat untuk memudahkan anda
mencapainya. Demikianlah jika anda mau membuang otoritas sama sekali — bukan
sebagian melainkan seluruhnya, termasuk otoritas dari pembicara ini — maka anda
juga akan membuang, tentu saja, semua sistim dan pengulang-ulangan belaka dari
kata-kata.
Setelah membuang semua itu, barangkali kita sekarang
dapat melanjutkan untuk menyelidiki apakah adanya batin yang meditatif itu.
Seperti kita tunjukkan, harus terdapat suatu dasar dari kelakuan bajik, bukan
sebagai pengejaran suatu gagasan yang dianggap bajik, yang pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari hanya menjadi kehormatan belaka dan karenanya jauh dari
pada bajik. Yang patut dihormati, yang telah diterima oleh masyarakat sebagai
ahlak, bukanlah ahlak : itu adalah tidak bajik. Apakah anda menerima semua ini?
Tahukah anda, tuan-tuan, apa artinya berahlak, bajik ? Anda boleh tidak menyukai dua kata-kata ini, akan tetapi untuk sungguh-sungguh berahlak adalah untuk mengakhiri semua kehormatan — kehormatan yang dikenal masyarakat sebagai ahlak. Anda boleh ambisius, serakah, iri hati, cemburu, penuh, kekerasan, bersaing, merusak, condong membunuh, dan masyarakat akan menganggap semua itu moral dan karena itu sangat terhormat. Sedangkan kita bicara tentang suatu keahlakan dan kebajikan yang berbeda sama sekali, sesuatu yang tidak ada sangkut-pautnya sama sekali dengan moral sosial. Kebajikan itu ketertiban, akan tetapi bukan ketertiban menurut suatu rencana atau denah, sesuatu yang diletakkan oleh gereja, oleh masyarakat atau oleh prinsip-prinsip ideologi anda sendiri. Kebajikan berarti ketertiban. Ketertiban berarti pengertian akan apakah adanya ketidaktertiban dan membebaskan batin dari ketidaktertiban itu — ketidaktertiban dari perlawanan, keserakahan, iri hati, kekejaman dan rasa-takut. Dan dari situ keluarlah suatu kebajikan yang bukan sesuatu yang dipupuk oleh pikiran, seperti halnya kerendahan hati yang merupakan sesuatu yang tidak dapat dipupuk oleh pikiran. Suatu batin yang sombong dapat berusaha untuk memupuk kerendahan hati, mengharapkan dengan cara itu untuk menyembunyikan sifat sombongnya, akan tetapi batin seperti itu tidak memiliki kerendahan hati. Demikian pula kebajikan adalah sesuatu yang hidup yang bukan merupakan hasil dari suatu latihan, yang tidak bergantung kepada pengaruh keadaan sekeliling; kebajikan adalah suatu kelakuan yang adil, benar dan jujur sedalam-dalamnya. Kebanyakan dari kita tidak jujur. Mereka yang mempunyai cita-cita dan mengejarnya adalah sesungguhnya tidak jujur karena keadaan sesungguhnya dari mereka, bukanlah seperti keadaan pura-pura mereka. Demikianlah, kita harus meletakkan dasar ini, dan cara meletakkan dasar ini jauh lebih penting dari pada pengertian apakah adanya meditasi : sesungguhnyalah, cara meletakkan dasar ini sendiri adalah meditasi. Jika di dalam peletakkan itu, terdapat suatu perlawanan, penekanan atau pengendalian apapun, maka hal itu menjadi tidak bajik lagi karena dalam semua itu terlibat daya upaya dan daya upaya, seperti kita katakan kemarin, muncul hanya apabila terdapat kontradiksi dalam diri sendiri.
Maka, mungkinkah bagi batin untuk mengenali bahwa ahlak
yang dilaksanakan di dunia sesungguhnya bukanlah ahlak sama sekali; dan dalam
pengertian tentang itu, dengan melihat iri hatinya, keserakahan dan
ketamakannya, bebas dari itu tanpa daya upaya ? Apakah saya menyampaikannya
cukup jelas ? Yaitu, melihat keseluruhan dari iri hati, bukan hanya satu bentuk
tertentu darinya melainkan seluruh artinya, melihatnya bukan hanya sebagai
suatu ide melainkan dalam kenyataannya, maka tindakan dari penglihatan itu
sendiri membebaskan batin dari iri hati. Dan karena itu, di dalam kebebasan
itu, tidak terdapat konflik. Kebajikan, kalau begitu, tidak mungkin merupakan
hasil dari konflik dan bukan hasil dari suatu batin yang dilatih. Dalam suatu
batin yang mengerti apakah artinya belajar (yaitu pengertian akan “apa
adanya”), maka belajar itu sendiri mendatangkan disiplinnya sendiri; dan disiplin
seperti itu adalah luar biasa bersahajanya. Nah demikianlah: jika anda telah
meletakkan dasarnya secara demikian, maka kita dapat melanjutkan, akan tetapi
jika anda tidak bajik menurut arti yang sedemikian dalamnya, dari kata itu,
maka meditasi menjadi suatu pelarian, suatu kesibukan yang tidak jujur. Bahkan
suatu batin yang bodoh, suatu batin yang tumpul, dapat membuat diri sendiri
hening melalui obat-obat bius atau pengulang-ulangan kata-kata, akan tetapi
untuk menjadi bajik memerlukan suatu kepekaan besar dan karenanya menuntut
suatu kebersahajaan besar – bukan kebersahajaan model berlabur abu dan memakai
cawat, yang lagi adalah suatu kepura-puraan dan suatu pameran lahiriah belaka —
melainkan bersahaja secara batiniah dan mendalam. Kebersahajaan seperti itu
memiliki keindahan besar : seperti baja murni.
Dalam pengertian tentang diri kita sendiri, jelas, terletak permulaan-permulaan dari meditasi. Pengertian akan diri sendiri ini adalah suatu masalah yang sangat kompleks. Terdapat batin sadar dan bawah-sadar — yang dinamakan batin yang mendalam atau tersembunyi. Saya tidak tahu mengapa arti yang sedemikan besar telah diberikan kepada bawah-sadar itu. Itu adalah pusaka dari masa lalu — jika itu dapat disebut pusaka. Warisan rasial, tradisi, kenangan-kenangan, pamrih-pamrih, tuntutan-tuntutan tersembunyi, hasrat-hasrat, nafsu-nafsu keinginan, pengejaran-pengejaran dan desakan-desakan. Batin sadar jelas tidak dapat, melalui analisa, menyelidiki seluruh bawah-sadar, lapisan-lapisan batin dalam, tersembunyi dan rahasia itu, karena hal itu akan makan waktu banyak tahun. Lagi pula, suatu batin-sadar yang mengadakan penyelidikan terhadap bawah-sadar haruslah sendirinya luar biasa waspadanya, tidak dibeban-pengaruhi, tajam dan dengan penglihatan tanpa prasangka. Maka hal itu menjadi suatu masalah yang cukup sukar. Dikatakan orang bahwa bawah-sadar memperlihatkan dirinya melalui mimpi dan isyarat-isyarat, dan bahwa anda harus bermimpi, kalau tidak anda akan bisa menjadi gila. Pernahkah kita bertanya mengapa kita kok mesti mimpi ? Kita telah menerima pendapat bahwa kita harus bermimpi. Seperti anda ketahui, kita adalah orang-orang yang paling terikat oleh tradisi; walaupun sangat modern dan sangat berpengalaman duniawi, kita menerima tradisi dan menjadi “pengucap-ya”. Kita tidak pernah berkata “tidak”, tidak pernah meragukan sesuatu, tidak pernah bertanya. Seorang otoritas atau spesialis lewat dan berkata begini atau begitu dan kita seketika menyetujui dan berkata, “Benar tuan, anda lebih tahu dari pada kami.” Akan tetapi kita akan menyelidiki seluruh soal bawah sadar, kesadaran dan mimpi-mimpi ini.
Mengapa anda kok mesti bermimpi ? Jelaslah karena selama
siang harinya batin sadar anda demikian sibuk dengan pekerjaan, dengan
percekcokan-percekcokan, dengan keluarga, dengan berbagai kesenangan yang
mungkin ada. Sepanjang waktu batin itu mengoceh tiada hentinya, bicara kepada
diri sendiri, memperhitungkan— anda tahu segala yang dilakukannya. Dan
demikianlah pada malamnya, ketika otak menjadi agak lebih hening, dan seluruh
tubuh lebih tenteram, lapisan-lapisan yang lebih dalam itu diduga memantulkan
isi mereka itu ke dalam batin, memberi isyarat-isyarat dan tanda-tanda dari apa
yang diharapkannya supaya anda memahaminya, dan selanjutnya.
Pernahkah anda mencoba, di waktu siang harinya untuk waspada
tanpa koreksi, waspada tanpa pilihan, mengawasi pikiran anda, pamrih-pamrih
anda, apa yang anda katakan, bagaimana anda duduk, cara anda menggunakan
kata-kata, gerak-gerik anda — mengawasi? Pernahkah anda mencobanya ? Jika,
selama siang harinya, anda telah mengawasi tanpa mencoba untuk mengoreksi,
tidak berkata kepada diri sendiri, “Betapa buruknya pikiranku itu, aku tidak
harus mempunyainya”, melainkan hanya mengawasi, maka anda akan melihat bahwa
setelah mengungkapkan, selama siang harinya, pamrih-pamrih anda,
tuntutan-tuntutan dan hasrat-hasrat anda, apabila anda tidur di malam harinya,
batin dan otak anda menjadi lebih hening. Dan anda juga akan mendapatkan, jika
anda menyelaminya dengan sangat mendalam, bahwa tidak ada mimpi yang mungkin
timbul. Sebagai akibatnya, apabila bangun tidur, batin mendapatkan dirinya
sendiri luar biasa hidup, aktif, segar dan polos murni. Saya bertanya-tanya
apakah anda akan mencoba untuk melakukan semua hal ini ataukah semua ini
hanyalah merupakan serangkaian kata-kata belaka.
Lalu terdapat masalah yang lain lagi. Batin, seperti yang kita miliki, selalu memperhitungkan, membanding-bandingkan, mengejar-ngejar, digiring, tiada hentinya mengoceh kepada diri sendiri atau bergunjing tentang seseorang lain — anda tahu apa yang dilakukannya setiap hari dan sepanjang hari. Batin seperti itu tak mungkin dapat melihat apakah adanya yang benar atau melihat apakah adanya yang palsu. Penglihatan seperti itu hanya mungkin apabila batin hening. Apabila anda ingin mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh pembicara —jika anda menaruh minat — batin anda secara wajar hening: batin itu berhenti mengoceh atau berpikir tentang sesuatu yang lain. Jika anda ingin melihat sesuatu dengan sangat jelas — jika anda ingin memahami isteri atau suami anda, atau melihat awan dalam segala kemegahan dan keindahannya — anda memandang, dan pandangan itu harus keluar dari keheningan, kalau tidak demikian anda tak dapat melihat. Dengan demikian, dapatkah batin, yang bergerak-gerak, mengoceh, mengusir dan menerima rasa-takut tiada henti-hentinya itu, menjadi hening ? Bukan melalui latihan, penekanan atau pengendalian, melainkan hanya hening saja?
Tukang-tukang meditasi yang profesionil memberitahu kita
untuk mengendalikan. Sedangkan pengendalian mengandung bukan hanya sesuatu yang
mengendalikan akan tetapi juga hal yang dikendalikan. Sewaktu anda mengawasi
batin anda, pikiran anda melayang dan anda menariknya kembali; lalu ia melayang
lagi berulang kali dan anda menariknya kembali lagi. Demikianlah permainan ini
berlangsung terus tiada hentinya. Dan jika, pada akhir sepuluh tahun atau
berapa lamapun, anda dapat mengendalikan sepenuhnya sehingga batin anda tidak
berkeliaran sama sekali dan tidak mempunyai pikiran apapun juga, katanya, anda
telah mencapai suatu keadaan yang paling luar biasa. Akan tetapi sesungguhnya,
malah sebaliknya, anda sama sekali tidak akan mencapai apapun juga.
Pengendalian mengandung adanya perlawanan. Silahkan mengikuti hal ini lebih
jauh. Konsentrasi adalah suatu bentuk dari perlawanan, penyempitan pikiran pada
suatu titik tertentu. Dan apabila batin dilatih untuk berkonsentrasi sepenuhnya
terhadap sesuatu, ia kehilangan elastisitasnya, kepekaannya, dan menjadi tidak
mampu untuk memahami seluruh lapangan kehidupan.
Sekarang mungkinkah bagi suatu batin untuk memiliki rasa
konsentrasi ini tanpa-pemencilan, namun tanpa tunduk kepada sesuatu penyesuaian
diri atau penekanan untuk maksud-maksud pengendalian? Adalah sangat mudah untuk
berkonsentrasi; setiap anak sekolah mempelajarinya — walaupun dia membenci
untuk melakukan itu, dia dipaksa untuk mencoba berkonsentrasi. Dan apabila anda
berkonsentrasi anda jelas melawan; seluruh batin anda ditujukan kepada sesuatu
dan jika anda melatihnya hari demi hari untuk memusatkan pikiran pada sesuatu,
tentu saja batin itu kehilangan ketajamannya, kelebarannya, kedalamannya, dan
ia tidak mempunyai ruang. Maka masalahnya lalu : dapatkah batin memiliki mutu
dari konsentrasi ini — walaupun sesungguhnya itu bukanlah kata yang tepat —
mutu dari pencurahan perhatian terhadap sesuatu tanpa kehilangan perhatian total?
Dengan “perhatian total” kita maksudkan perhatian yang diberikan dengan seluruh
batin anda, dalam mana tidak terdapat rasa-takut, penderitaan, pamrih
keuntungan, kesenangan — karena anda telah mengerti apakah adanya
implikasi-implikasi dari kesenangan. Demikianlah apabila batin telah memberi
perhatian sepenuhnya seperti itu — yaitu, dengan hati anda, syaraf-syaraf anda,
mata anda, seluruh diri anda — maka perhatian seperti itu juga dapat meliputi
perhatian yang diberikan kepada satu hal yang kecil. Apabila anda mencuci
piring, anda dapat memberi perhatian sepenuhnya kepada pekerjaan itu tanpa
perlawanan ini, tanpa penyempitan yang dihubungkan dengan konsentrasi menurut
umum itu.
Demikianlah, setelah melihat kepentingan akan peletakan fondasi secara wajar, tanpa suatu penyelewengan apapun, tanpa suatu daya upaya dan membuang semua otoritas, kita sekarang dapat mempertimbangkan pencarian oleh batin untuk memperoleh pengalaman. Kebanyakan dari kita menghayati suatu kehidupan yang begitu tumpul dan rutin yang jelas memiliki arti sangat kecil, maka melalui berbagai bentuk perangsang termasuk obat bius, kita selalu mencari pengalaman-pengalaman yang lebih luas dan lebih dalam. Sekarang, apabila kita memperoleh suatu pengalaman, pengenalan akan hal itu sebagai suatu pengalaman menunjukkan bahwa anda tentu pernah mengalaminya, kalau tidak anda tidak akan mengenalnya. Demikian seorang Kristen, yang sedemikian rupa dibeban-pengaruhi untuk memuja seorang juru selamat tertentu, apabila dia menggunakan obat-obat bius atau mencari suatu pengalaman besar melalui berbagai cara, dia akan tentu melihat sesuatu yang diwarnai oleh beban-pengaruhnya sendiri, dan karena itu apa yang dia lihat adalah projeksinya sendiri. Dan walaupun hal itu boleh jadi teramat luar biasa, dengan kemilau agung, mendalam dan penuh keindahan, itu masih saja merupakan latar belakang dirinya sendiri yang diprojeksikan. Oleh karena itu batin yang mencari pengalaman sebagai suatu cara untuk memberi arti dan mutu kepada kehidupan, adalah, dalam kenyataannya, memantulkan latar belakang dirinya sendiri, sedangkan batin yang tidak mencari-cari karena dia bebas, memiliki suatu mutu yang sangat berbeda.
Nah, semua yang telah diamati dari permulaan pembicaraan
ini sampai sekarang adalah bagian dari meditasi; untuk melihat kebenaran selagi
kita berdiskusi, melihat kepalsuan dari guru kebatinan, dari otoritas, dari
sistim; untuk meletakkan fondasi dari suatu kelakuan yang bukan hanya merupakan
hasil dari keadaan sekeliling dan di mana tidak terdapat daya upaya sama
sekali. Semua itu mengandung suatu mutu dari meditasi. Apabila kita berada pada
titik itu, telah mengerti akan seluruh persoalan hidup di mana tidak ada
konflik sama sekali, maka kita dapat melanjutkan untuk menyelidiki ke dalam apa
adanya keheningan itu. Jika anda menyelidiki tanpa lebih dulu melakukan hal-hal
di muka tadi, keheningan anda tidak akan ada artinya sama sekali, karena tanpa
suatu pengertian yang benar tentang keindahan, tentang cinta kasih, tentang
kematian dan tentang kebajikan, suatu batin pasti akan tetap dangkal, dan
setiap keheningan yang dihasilkannya akan merupakan keheningan dari kematian.
Ingatlah bahwa jika kita ingin melihat sesuatu dengan sangat jelas, tanpa suatu daya upaya apapun dan tanpa penyelewengan apapun, batin haruslah diam. Jika saya ingin melihat wajah anda, jika saya ingin mendengarkan keindahan suara anda, jika saya ingin melihat orang macam apakah adanya anda, batin saya harus diam dan tidak mengoceh. Jika batin itu mengoceh dan berkeliaran di mana-mana, maka saya tidak mampu melihat kecantikan atau kejelekan anda. Maka keheningan adalah perlu untuk melihat seperti itu, seperti malam adalah perlu bagi siang; juga bahwa keheningan bukanlah hasil dari kebisingan atau dari penghentian kebisingan. Keheningan itu datang secara wajar apabila semua sifat-sifat lain itu telah berwujud.
Anda tahu, tuan-tuan, di dalam keheningan itu terdapat
ruang, akan tetapi bukan ruang jarak yang ada antara si pengamat dan hal yang
diamati — karena, misalnya, antara saya dan mikrofon ini — (tanpa adanya ruang
jarak itu saya tak dapat melihatnya). Suatu batin yang hening memiliki ruang
besar yang tidak diciptakan oleh si objek maupun oleh si pengamat. Saya tidak
tahu apakah anda pernah mengamati apakah adanya ruang itu terdapat ruang yang
ditimbulkan oleh dan di sekeliling mikrofon ini; terdapat ruang sekeliling si
“aku” dan sekeliling si “kamu”. Bilamana saja kita berkata “kami” dan “mereka”,
terdapatlah ruang ini yang kita telah ciptakan di sekeliling diri kita sendiri.
Apabila anda berkata bahwa anda Kristen, Katholik, Protestan. atau Komunis,
terdapat ruang sesuai dengan bagaimana anda membatasi diri anda sendiri, dan
ruang itu tak terhindarkan lagi melahirkan konflik karena ia terbatas dan
karena ia memisah-misahkan. Akan tetapi apabila terdapat keheningan, tidak ada
ruang jarak dari pemisah-misahan, melainkan suatu mutu dari ruang yang sama
sekali berbeda. Dan haruslah ada ruang seperti itu, karena hanya dengan
demikianlah dapat datang yang tak dapat diukur oleh pikiran — yang maha agung,
yang maha tinggi dan yang tidak dapat diundang. Suatu batin yang picik,
berlatih secara tak terbatas, tetap tinggal picik. Kebanyakan orang yang
mencari-cari kebenaran sesungguhnya mengundang kebenaran, akan tetapi kebenaran
tidak dapat diundang. Batin tidak mempunyai cukup ruang dan tidak cukup diam.
Maka meditasi adalah dari awal sampai akhir, dan di dalam meditasi terletak
kecakapan dalam tindakan.
Demikianlah, semua ini adalah meditasi. Jika anda dapat
melakukan ini, pintu terbuka dan adalah terserah kepada anda untuk datang
kepadanya. Yang terdapat di sebelah sana bukanlah sesuatu yang romantis atau
emosionil, sesuatu yang anda harap-harapkan, sesuatu yang dapat anda jadikan
tempat pelarian. Akan tetapi anda datang kepadanya dengan suatu batin penuh
yang cerdas, peka tanpa suatu penyelewengan apapun. Anda datang kepadanya
dengan cinta kasih besar, kalau tidak maka meditasi tidak ada artinya.
Penanya: Di tengah-tengah pembicaraan anda, anda mengatakan bahwa walaupun bukan meditasi yang anda ingin bicarakan, namun hal itu amat perlu dibicarakan. Adakah terdapat lain bahan pembicaraan ?
Krishnamurti: Tuan, apa yang tidak menarik minat saya
adalah penerangan tentang yang sudah jelas, yang sudah jelas itu adalah
metode-metode, sistim-sistim, pengulang-ulangan kata-kata, guru kebatinan —
semua begitu jelas. Apa yang penting adalah tidak mengekor siapapun melainkan
memahami diri sendiri. Jika anda menyelami ke dalam diri anda sendiri tanpa
daya upaya, tanpa rasa-takut, tanpa suatupun bentuk penahanan diri, dan sungguh
menggali secara mendalam, anda akan menemukan hal-hal luar biasa; dan anda
tidak perlu membaca sebuah kitab apapun. Pembicara tidak pernah membaca sebuah
kitab apapun tentang satupun dari hal-hal ini: filsafat, ilmu jiwa, kitab-kitab
suci. Di dalam diri sendiri terdapat seluruh dunia, dan jika anda tahu
bagaimana untuk memandang dan belajar, maka pintu berada di situ dan kuncinya
berada dalam tangan anda. Tidak ada seorangpun di atas bumi ini dapat memberi
anda kuncinya atau pintunya untuk dibuka, kecuali anda sendiri.
Penanya: Apakah terdapat suatu tujuan bagi kehidupan ?
Krishnamurti: Mengapa anda menghendaki suatu tujuan bagi
kehidupan? (Suara ketawa) Anda berada di sini. Dan karena anda berada di sini
dan tidak memahami diri anda sendiri, anda ingin mereka-reka suatu tujuan. Anda
tahu, tuan, apabila anda memandang kepada sebatang pohon atau kepada awan-awan,
cahaya di atas air, apabila anda tahu apa artinya mencinta, anda tidak akan
memerlukan tujuan bagi kehidupan: anda ada, begitulah. Lalu seluruh museum
dalam dunia dan seluruh konser musik hanya akan memiliki arti nomer dua saja.
Keindahan terdapat di situ untuk anda lihat, jika anda mempunyai batin dan hati
untuk memandang — bukan di luar sana dalam awan, dalam pohon, dalam air, dalam
benda, melainkan dalam diri anda sendiri.
#Posted by Kriya Yoga Nusantara
Komentar
Posting Komentar