“When the five
dark ages occur, this is the way to transform them into the path of Bodhi. This
is the essence of the amrita of the oral instructions, which were handed down
from the traditions of the sage of Svarnadvipa.
Having awakened the karma of previous training and being
urged on by intense dedication, I disregarded misfortune and slander and
received oral instructions on taming ego fixation.
Now, even at death, I will have no regrets”.
Now, even at death, I will have no regrets”.
Geshe Chekawa (1101 – 1175) yang menyalin dan mengulas
ajaran Atisha ini mengakhiri ulasannya dengan dua bait diatas. Bait-bait ini
indah sekali. Bait-bait ini menunjukkan bahwa Chekawa tidak hanya menyalin dan
mengulas, tetapi juga menghayati dan melakoni ajaran-ajaran Sang Acharya, Atisha.
Dengarkan apa yang ia katakan:
Apabila kelima masa gelap itu tiba,
inilah cara mengubahnya menjadi jalan Bodhi.
Inilah intisari amrita ajaran lisan yang disampaikan oleh Sang Pujangga dari Svarnadvipa.
inilah cara mengubahnya menjadi jalan Bodhi.
Inilah intisari amrita ajaran lisan yang disampaikan oleh Sang Pujangga dari Svarnadvipa.
Bait pertama dulu. Bait yang indah sekali.
“Apabila kelima masa gelap itu tiba” berarti
“Jika kelima inderamu menyeret kamu ke lorong-lorong yang gelap, maka…”
Chekawa sedang bicara dari pengalaman. Walaupun sudah
menyelami meditasi dan melampaui mind, panca indera kita masih saja bisa
menyeret kita ke lorong-lorong gelap dan sempit.
Jangan sombong, jangan arogan. Jangan mengatakan, “Saya
sudah tidak terikat lagi. Tidak ada yang bisa menggoda saya lagi”. Jangan,
jangan angkuh! Kapan saja, panca indera yang masih terus-menerus menerima
stimuli-stimuli dari luar bisa menjatuhkan anda.
Chekawa mengatakan bahwa stimuli-stimuli yang kita terima
dari panca indera begitu menyilaukan, sehingga mata kita bisa tertutup. Jika
itu yang terjadi, jatuhlah kita ke dalam kegelapan ciptaan kita sendiri.
Kembali ke lorong sempit ketidaksadaran.
Pada saat yang sama, stimuli-stimuli yang kita terima
dari panca indera juga bisa menerangi diri kita, membuat kita lebih sadar,
sehingga kegelapan diri justru bisa berubah menjadi Bodhi Chitta—Kesadaran
diri, Kesadaran Murni!
Ada kisah sufi yang indah sekali:
Seorang murid wanita mendatangi gurunya, “Maafkan saya,
Guru, tetapi hari ini saya harus mengungkapkan sesuatu yang saya pendam selama
bertahun-tahun.”
“Katakan, apa yang kamu pendam selama ini?”
“Guru, saya ingin Guru meniduri saya. Satu kali saja.”
“Kamu bukan seorang murid biasa. Selama bertahun-tahun
aku mengikuti perkembanganmu. Apa yang membuatmu berkeinginan demikian? Aku
tidak yakin bahwa kamu terdorong oleh nafsu birahi semata-mata.”
“Ya, Guru, saya ingin ada yang melanjutkan misi dan tugas
Guru. Saya menginginkan seorang anak yang akan melanjutkan pekerjaan Guru.”
“Jadi kamu menginginkan seorang anak seperti aku?”
“Ya, Guru.”
“Apa jaminannya bahwa anak itu akan memenuhi hasrat dan
keinginanmu? Apa jaminannya bahwa ia akan melanjutkan pekerjaanku? Atau
bahkan akan menyukai pekerjaanku? Begini saja, aku punya usul:
angkatlah aku menjadi anakmu. Anggaplah aku sebagai anakmu. Dan hasratmu untuk
memperoleh anak seperti aku akan langsung terpenuhi.”
Panca indera Master Sufi tadi menerima “stimuli” dalam
bentuk godaan dari seorang wanita. Jika ia tergoda dan menerima tawarannya,
jatuhlah dia dalam kegelapan. Ternyata ia tidak jatuh. Ia malah memanfaatkan
godaan itu untuk meningkatkan kesadaran dirinya. Ia berada pada jalan Bodhi.
Godaan apapun yang anda terima dari luar, situasi apapun
yang anda hadapi, bisa anda jadikan “pemicu” untuk memasuki jalan Bodhi, untuk
meningkatkan kesadaran diri. Demikianlah “intisari amrita ajaran lisan yang
disampaikan oleh Sang Pujangga dari Svarnadvipa (sumatra)”
Amrita berarti “Cairan Kehidupan Abadi.”
Yang ingin dikatakan oleh Chekawa adalah “Ajaran-ajaran
ini dapat membebaskan kamu dari lingkaran kelahiran dan kematian.” Kehidupan
Abadi berarti Kesatuan dan Persatuan dengan Keberadaan. Kehidupan Abadi berarti
Kesatuan dan Persatuan dengan Kasunyatan.
Apapun agama yang anda anut, warnailah keyakinan anda,
kepercayaan anda dengan “Kesadaran”.
Dharmakirti tidak mewakili salah satu agama.
Ia mewakili “kemanusiaan”. Ia mewakili “Keberadaan”. Ia mewakili “Kesadaran”. Ia mewakili “keindahan”.
Ia mewakili “kemanusiaan”. Ia mewakili “Keberadaan”. Ia mewakili “Kesadaran”. Ia mewakili “keindahan”.
Dan, sekarang bait kedua:
Didorong oleh karma masa lalu,
dan kesungguhan hati,
aku menghadapi setiap ujian dan hujatan,
dan menerima ajaran untuk menjinakkan keangkuhanku.
Sekarang, kalaupun mati, aku tidak akan menyesal.
dan kesungguhan hati,
aku menghadapi setiap ujian dan hujatan,
dan menerima ajaran untuk menjinakkan keangkuhanku.
Sekarang, kalaupun mati, aku tidak akan menyesal.
Syair ini sama indahnya seperti syair terdahulu.
Pertemuan dengan seorang Atisha, dengan seorang Dharmakirti, bukanlah suatu
kebetulan. Anda tidak bisa menemui mereka secara kebetulan. Karma anda
mempertemukan anda dengan mereka. Perbuatan dan tindakan anda selama sekian
banyak masa kehidupan berbuah dan menghadirkan seorang Atisha, seorang
Dharmakirti dalam hidup anda.
Lalu apa yang anda lakukan? Anda menyianyiakan kesempatan
itu. Anda tidak sungguh-sungguh menerimanya, mengundangnya untuk bermukim di
dalam jiwa anda. Yang anda buka bukanlah pintu hati, tetapi hanya jendela
pikiran. Sebagaimana telah anda sia-siakan sekian banyak masa kehidupan sebelum
ini, masa kehidupan ini pun akan berlalu begitu saja, tanpa terjadinya
peningkatan kesadaran sama sekali.
Karena itu, bangunlah sekarang. Bangkitlah, sadarlah!
Sudah cukup lama anda tidur. Tinggalkan tempat tidur anda, ranjang anda.
Salamilah matahari pagi!
Menerima Dharmakirti, menerima Atisha, berarti menerima
kritik dan ujian, hujatan, cacian dan makian. Kalau anda belum menerimanya,
tunggu dulu! Seorang Dharmakirti, seorang Atisha akan mengeruhkan suasana
sedemikian rupa, sehingga anda akan menerima semua itu.
Kehadiran seorang Dharmakirti, seorang Atisha seorang
Master akan membuat sendi-sendi kehidupan anda gonjang-ganjing. Jika anda
bertemu dengan seorang Master, dan hidup anda tidak tergonjang-ganjing,
ketahuilah bahwa yang anda temui itu bukanlah seorang Dharmakirti atau Atisha.
Ia bukan seorang Master.
Seorang Master akan merombak total kehidupan anda.
Kendati demikian, ia tidak akan memulai pekerjaannya, jika anda belum siap
untuk itu. Ia akan menunggu dan ia bisa menunggu untuk waktu yang lama sekali.
Begitu anda siap, ia pun akan memulai pekerjaannya.
Seorang Dharmakirti, seorang Atisha, tidak puas melihat
anda dalam keadaan “lumayan”. Ia menawarkan “kesempurnaan” dalam Kasunyatan.
Sekarang terserah anda. Jika anda menerimanya sebagaimana Geshe Chekawa
menerimanya, anda bisa mengatakan apa yang dikatakan oleh Geshe Chekawa:
“Aku menghadapi setiap ujian dan hujatan,
dan menerima ajaran untuk menjinakkan keangkuhanku.
Sekarang, kalaupun mati, aku tidak akan menyesal”.
dan menerima ajaran untuk menjinakkan keangkuhanku.
Sekarang, kalaupun mati, aku tidak akan menyesal”.
***
Dari buku: Seni Meberdaya Diri 3
ATISHA
Melampaui Meditasi Untuk Hidup Meditatif
Halaman: 247 – 255
Oleh: Anand Krishna
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2003
ATISHA
Melampaui Meditasi Untuk Hidup Meditatif
Halaman: 247 – 255
Oleh: Anand Krishna
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2003
.
* Bodhi berarti : Kesadaran
* Kasunyatan atau : No-Mind
* Bodhi berarti : Kesadaran
* Kasunyatan atau : No-Mind
Komentar
Posting Komentar