Manusia Biasanya Hanya dalam Dua Keadaan, Tidur Dengan Mata Tertutup, Dan Tidur Dengan Mata Terbuka. Dan Terus Menerus Aliran Bawah Mimpi Terus Berlangsung
Manusia adalah mesin. Ia lahir, hidup, mencintai,
meninggal – tapi tidak sebagai manusia; ia lahir, hidup, mencintai, meninggal
seperti mesin. Dia tidak sadar.
Semuanya terjadi; manusia itu bukan pelakunya. Dia tidak
memiliki kehendaknya sendiri. Tapi ia percaya bahwa ia adalah pelakunya, ia
percaya bahwa ia memiliki kemauan kuat, kemauannya sendiri. Ia percaya bahwa ia
demikian. Ini adalah kebodohan terbesar yang mungkin, dasar dari semua
kebodohan. Karena keyakinan ini, ia tidak pernah menjadi sadar akan situasi
yang sebenarnya.
Manusia, biasanya, hanya dalam dua keadaan: tidur, dengan
mata tertutup; dan tidur, dengan mata terbuka. Dan terus menerus, aliran bawah
mimpi terus berlangsung.
Untuk berkata: ‘Aku’ itu tidak benar dalam keadaan
kemanusiaan biasa, karena ada banyak ‘aku’ dalam dirimu.
Engkau tidak memiliki satu ‘aku’; engkau tidak memiliki
satu pusat referensi yang tunggal. Satu suasana hati datang dan pergi; suasana
hati yang lain datang dan pergi. Dan dengan setiap suasana hati, ‘Aku’ yang
terpisah mendominasimu.
Ketika engkau marah, itu bukanlah ‘Aku’ yang sama seperti
ketika engkau jatuh cinta. Kepribadian yang sama sekali berbeda menguasaimu –
dan sering kali engkau sudah menduganya. Sering kali engkau telah marah dan
berkata: ‘Terlepas dari diriku sendiri, aku marah.’ Apa maksudmu ketika engkau
berkata: ‘Terlepas dari diriku sendiri?’ Lalu siapa yang marah? Engkau telah
menduga dengan benar bahwa ‘Aku’ yang engkau biasanya teridentifikasi, sedang
tidak berkuasa. Orang lain mendominasimu – ‘Aku’ yang berkeliaran, ‘Aku’ yang
tidak punya tempat tinggal, ‘Aku’ yang tidak biasa.
Baru beberapa hari yang lalu, seorang Sannyasin datang
kepadaku. Dia sangat senang bahwa ia telah jatuh cinta dan bahwa ia telah
menemukan seorang kekasih. Dia sangat gembira. Dan dia bertanya apakah aku bisa
memberinya teknik Tantra sehingga dia bisa berpindah ke kondisi orgasmik yang
lebih mendalam di dalam cinta.
Aku melihat kepadanya dan aku berkata: ‘Tunggu selama
tujuh hari. Lain kali engkau datang, bawalah kekasihmu juga. ”
Dia datang kembali setelah satu minggu, tapi dia berkata:
‘Kami telah bertengkar dan berpisah.’
Jadi aku bertanya: “Bagaimana dengan teknik Tantra? Aku
siap untuk memberikannya kepadamu.”
Dia berkata: “Tapi sekarang aku tidak punya kekasih.” Dan
dia sangat sedih dan sangat tertekan – dan bahkan tidak mencurigai apa yang
telah terjadi.
Ketika engkau jatuh cinta, engkau percaya itu – engkau
berpikir sesuatu yang permanen telah terjadi dalam dirimu. Bila engkau sedih,
maka engkau percaya bahwa itu benar. Engkau adalah pemercaya yang begitu hebat.
Engkau tidak pernah menduga untuk sejenak pun bahwa ini adalah suasana hati,
dan mereka akan berlalu seperti awan yang berlalu di langit, dan mereka terus
mengalir seperti sungai mengalir.
Tidak ada yang permanen/tetap di dalam dirimu. Bagaimana
engkau bisa mengatakan: “Aku adalah”? Itu akan menjadi satu kepalsuan. Untuk
menegaskan ‘Aku adalah’ ialah untuk mengatakan satu kebohongan. Engkau tidak
bisa mengatakan itu; engkau terdiri dari banyak ‘Aku’. Ada seribu satu ego
dalam dirimu – kerumunan orang, dalam jumlah yang besar. Engkau berjiwa banyak.
Engkau hanya seperti roda. Pikirkanlah tentang satu roda gerobak yang bergerak:
satu jeruji naik; lalu turun. Yang lain muncul; itu juga sedang menuju ke
bawah. Dan roda terus bergerak. Setiap saat jeruji yang berbeda muncul. Engkau
itu seperti roda – engkau terus bergerak. Dan banyak jeruji disana yang engkau
sebut ‘Aku’. Ketika salah satu ‘Aku’ muncul, engkau teridentifikasi dengannya.
Ketika engkau marah engkau tidak melihat bahwa kemarahan
itu seperti awan yang mengelilingimu. Engkau menjadi satu dengannya. Suasana
hati itu menguasaimu sepenuhnya; engkau terkuasai/dimiliki olehnya. Maka itu
tidak baik untuk berkata: ‘Aku marah’ akan lebih baik untuk mengatakan: ‘Aku
adalah kemarahan.’
Ketika cinta menguasaimu, engkau menjadi cinta. Jangan
katakan: ‘Aku sedang dalam cinta.’ ENGKAU ADALAH cinta. Engkau begitu
teridentifikasi dengan suasana hatimu sehingga identitas terpisahmu,
keberadaanmu yang terpisah, tidak ada lagi. Dan ini berlangsung terus menerus dari
saat engkau dilahirkan sampai saat engkau mati.
Engkau muda dan engkau berpikir engkau ADALAH muda. Dan
engkau tahu bahwa tubuh berubah setiap saat. Lalu engkau menjadi tua dan engkau
berpikir: ‘Aku adalah tua.’ Di masa muda engkau gembira bahwa engkau masih
muda, penuh energi. Di usia tua engkau sedih dan tertekan, karena sekarang
energi itu telah pergi. Selama hidup, engkau pikir engkau adalah tubuh, dan
ketika kematian datang, lalu engkau berkata: ‘Aku sekarat.’ Apapun yang
terjadi, engkau menjadi teridentifikasi dengan itu.
Ini adalah keadaan dari manusia/kemanusiaan yang tertidur
pulas. Itulah mengapa tidak bisa dikatakan bahwa engkau adalah seorang manusia;
engkau adalah satu mekanisme. Manusia akan lahir dalam dirimu ketika engkau
menjadi sadar akan seluruh mekanisme – namun tidak teridentifikasi.
Engkau dapat melihat kemarahan datang, engkau dapat
melihat kemarahan di sekitarmu, namun engkau tetap menjadi seorang pengamat di
atas bukit. Engkau terus melihat …. Awan telah datang. Ada kabut di sekitarnya
– tapi engkau tetap terpisah.
Engkau tahu benar: “Akulah yang mengetahui dan bukan yang
diketahui.” Engkau tahu benar: “Akulah saksi dan bukan yang disaksikan.’ Engkau
tahu benar bahwa jarak yang tak terbatas ada di antara engkau dan apa yang
mengelilingimu. Ia mungkin dapat menyentuhmu, namun jarak yang tak terbatas itu
ada – karena yang diketahui tidak pernah bisa menyentuh yang mengetahui, yang
terlihat tidak pernah bisa menyentuh yang melihat. Yang melihat itu melampaui;
yang melihat itu adalah melampaui.
Osho
– The true Sage, Chpt 9
MAN is a machine. He is born, lives, loves, dies – but
not as a man; he is born, lives, loves, dies just like a machine. He is not
conscious.
Everything happens; man is not the doer. He has no will
of his own. But he believes that he is the doer, he believes that he has a
will-power, a will of his own. He believes that he IS. This is the greatest
stupidity possible, the base of all ignorance. Because of this belief, he never
becomes aware of the true situation.
Man, ordinarily, is only in two states: asleep, with
closed eyes; and asleep, with open eyes. And continuously, an undercurrent of
dreaming goes on.
To say: ‘I am’ is not true in the ordinary state of
humanity, because there are many ‘I’s’ within you.
You don’t have a single ‘I’; you don’t have a single
center of reference. One mood comes and goes; another mood comes and goes. And
with each mood, a separate ‘I’ dominates you.
When you are angry, it is not the same ‘I’ as it was when
you were in love. A totally different personality takes possession of you – and
many times you have suspected. Many times you have been angry and have said:
‘In spite of me, I was angry.’ What do you mean when you say: ‘In spite of me?’
Then who was angry? You have suspected rightly that the ‘I’ which you are
ordinarily identified with was not in power. Somebody else dominated you – a
vagrant ‘I’, a vagabond ‘I’, an unusual ‘I’.
Just a few days before, a sannyasin came to me. She was
very happy that she had fallen in love and that she had found a lover. She was
ecstatic. And she asked if I would give her a Tantra technique so that she
could move into deeper orgasmic states of love.
I looked into her and I said: ‘Wait for seven days. Next
time you come, bring your lover with you.’
She came back after a week, but she said: ‘We have
quarreled and separated.’
So I asked: ‘What about the Tantra technique? I am ready
to give it to you.’
She said: ‘But now I have no lover.’ And she was so sad
and so depressed — and not even suspecting what had happened.
When you fall in love, you believe that — you think
something permanent has happened in your being. When you are sad, then you
believe that that is true. You are such a great believer. You never suspect for
a single moment that these are moods, and they pass just as clouds pass in the
sky, and they go on flowing just like a river flows.
Nothing is permanent in you. How can you say: ‘I am’?
That will be a falsity. To assert ‘I am’ is to say a lie. You cannot say that;
you are many ‘I’s ‘. There are a thousand and one egos within you — a crowd, a
multiplicity. You are poly-psychic. You are just like a wheel. Think of a
moving wheel of a bullock cart: one spoke comes up; then it goes down. Another
comes up; that too is on the way down. And the wheel goes on moving. Every
moment a different spoke comes up. You are like a wheel — you go on moving. And
many spokes are there which you call ‘I’s’. When one ‘I’ comes up, you get
identified with it.
When you are angry you don’t see that anger is like a
cloud surrounding you. You become one with it. The mood takes total possession
of you; you are possessed by it. Then it is not good to say: ‘I am angry.’ It
would be better to say: ‘I am anger.’
When love possesses you, you become love. Don’t say: ‘I
am in love.’ YOU ARE love. You get so identified with the mood that your
separate identity, your separate being, is no more there. And this goes on
continuously from the moment you are born to the moment you die.
You become young and you think you ARE young. And you
know that the body is changing every moment. Then you become old and you think:
‘I am old.’ In youth you were jubilant that you were young, full of energy. In
old age you are sad and depressed, because now the energy has gone. While
alive, you think you are the body, and when death comes, then you say: ‘I am
dying.’ Whatsoever happens, you become identified with it.
This is the state of affairs of a humanity which is fast
asleep. That’s why it cannot be said that you are man yet; you are a mechanism.
The man will be born within you when you become conscious of the whole
mechanism — and yet don’t get identified.
You can see anger coming, you can see anger all around
you, and yet you remain a watcher on the hill. You go on seeing…. A cloud has
come. There is a fog all around – but you remain separate.
You know well: ‘I am the knower and not the known.’ You
know well: ‘I am the witness and not the witnessed.’ You know well that
infinite distance exists between you and that which surrounds you. It may be
touching you, but infinite distance exists – because the known can never touch
the knower, the seen can never touch the seer. The seer transcends; the seer is
the very transcendence.
OSHO, The True Sage, Chapter 9
(Posted by Osho Indonesia)
(Posted by Osho Indonesia)
Komentar
Posting Komentar