,,Hal yang luar biasa, adalah fakta bahwa beliau seorang
muslim buta huruf sederhana, yang melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam
hutan-hutan di Sri Lanka. Akan tetapi kedalaman ilmunya membuatnya kemudian
dikenal masyarakat di Amerika sehingga Beliau dibawa ke negeri mereka untuk
menjadi pembimbingnya di sana. Sangat menarik melihat murid-muridnya—yang
sebagian besar merupakan masyarakat kulit putih dengan tingkat pendidikan yang
tinggi—menerima pengajaran dari seorang yang biasa hidup bersahaja di pedalaman
hutan Sri Lanka. …”
Sejarah singkat Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen ini diambil dari buku Guru Sejati Dan Muridnya.
Sejarah singkat Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen ini diambil dari buku Guru Sejati Dan Muridnya.
***
Seorang bijak berkata kepadaku, “Anakku, mari kita bicara
tentang cinta. Cinta apa yang kau miliki?” Merasa diri ini memang belum paham
apa makna cinta yang sebenarnya, maka aku dengarkan baik-baik setiap wisdom
yang menyemburat seperti cahaya.
Anakku, kamu harus membuka hatimu lebar-lebar agar bisa
menangkap esensi cinta yang akan aku sampaikan. Simpan pertanyaanmu nanti,
karena setiap pertanyaan itu terlahir dari akal. Seperti langit, akal melayang
tinggi di atas bumi tempatmu berpijak. Dan kau pun akan jauh dari hati
pijakanmu, satu-satunya titik yang mampu menangkap esensi cinta.
Lihat batang bunga mawar itu. Dia punya potensi untuk
mempersembahkan bunga merah dan harum yang semerbak. Namun jika batang itu tak
pernah ditanam, tak akan pernah mawar itu menghiasi kebunmu. Maka, hanya dengan
membuka diri untuk tumbuhnya akar dan daunlah, batang mawar itu akan melahirkan
bunga mawar yang harum. Demikian juga dengan hatimu, anakku. Kau harus
membukanya, agar potensi cinta yang terkandung di dalamnya bisa merekah, lalu
menyinari dunia sekitarmu dengan kedamaian.
Anakku, begitu sering kau bicara cinta. Cinta kepada
istri, cinta kepada anak, cinta kepada agama, cinta kepada bangsa, cinta kepada
filosofi, cinta kepada rumah, cinta kepada kebenaran, cinta kepada Tuhan…
Apakah isi atau esensi dari cintamu itu? Kau bilang itu cinta suci, cinta
sejati, cinta yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, cinta sepenuh
hati, cinta pertama, … Apakah benar begitu, anakku?
***
Mungkin di kampung kau punya seekor kuda. Begitu
sayangnya kau pada kuda itu. Setiap hari kau beri makan, minum, kau rawat
bulunya, kau bersihkan, kau ajak jalan-jalan. Seolah kuda itu telah menjadi
bagian dari hidupmu, seperti saudaramu. Kau mencintai kuda itu sepenuh hati.
Namun, suatu ketika datang orang yang ingin membelinya dengan harga yang
fantastis. Hatimu goyah, dan kau pun menjualnya. Cintamu tidak sepenuh hati,
karena kau rela menjual cinta. Kau mencintai kuda, karena kegagahannya
membuatmu bangga dan selalu senang ketika menungganginya. Namun, ketika datang
harta yang lebih memberikan kesenangan, kau berpaling. Kau cinta karena kau
mengharapkan sesuatu dari yang kau cintai. Kau cinta kudamu, karena
mengharapkan kegagahan. Cintamu berpaling kepada harta, karena kau mengharapkan
kekayaan. Ketika keadaan berubah, berubah pula cintamu.
Kau sudah punya istri. Begitu besar cintamu kepadanya.
Bahkan kau bilang, dia adalah pasangan sayapmu. Tak mampu kau terbang jika
pasangan sayapmu sakit. Cintamu cinta sejati, sehidup semati. Namun, ketika
kekasihmu sedang tak enak hati yang keseratus kali, kau enggan menghiburnya,
kau biarkan dia dengan nestapanya karena sudah biasa. Ketika dia sakit yang ke
lima puluh kali, perhatianmu pun berkurang, tidak seperti ketika pertama kali
kau bersamanya. Ketika dia berbuat salah yang ke sepuluh kali, kau pun menjadi
mudah marah dan kesal. Tidak seperti pertama kali kau melihatnya, kau begitu
pemaaf. Dan kelak ketika dia sudah keriput kulitnya, akan kan kau cari
pengganti dengan alasan dia tak mampu mendukung perjuanganmu lagi? Kalau
begitu, maka cintamu cinta berpengharapan. Kau mencintainya, karena dia memberi
kebahagiaan kepadamu. Kau mencintainya, karena dia mampu mendukungmu. Ketika
semua berubah, berubah pula cintamu.
Kau punya sahabat. Begitu sayangnya kau kepadanya. Sejak
kecil kau bermain bersamanya, dan hingga dewasa kau dan dia masih saling
membantu, melebihi saudara. Kau pun menyatakan bahwa dia sahabat sejatimu.
Begitu besar sayangmu kepadanya, tak bisa digantikan oleh harta. Namun suatu
ketika dia mengambil jalan hidup yang berbeda dengan keyakinanmu. Setengah mati
kau berusaha menahannya. Namun dia terus melangkah, karena dia yakin itulah
jalannya. Akhirnya, bekal keyakinan dan imanmu menyatakan bahwa dia bukan
sahabatmu, bukan saudaramu lagi. Dan perjalanan kalian sampai di situ. Kau
mencintainya, karena dia mencintaimu, sejalan denganmu. Kau mendukungnya,
mendoakannya, membelanya, mengunjunginya, karena dia seiman denganmu. Namun
ketika dia berubah keyakinan, hilang sudah cintamu. Cintamu telah berubah.
Kau memegang teguh agamamu. Begitu besar cintamu kepada
jalanmu. Kau beri makan fakir miskin, kau tolong anak yatim, tak pernah kau
tinggalkan ibadahmu, dengan harapan kelak kau bisa bertemu Tuhanmu. Namun,
suatu ketika orang lain menghina nabimu, dan kau pun marah dan membakar tanpa
ampun. Apakah kau lupa bahwa jalanmu mengajak untuk mengutamakan cinta dan
maaf? Dan jangankan orang lain yang menghina agamamu, saudaramu yang berbeda
pemahaman saja engkau kafirkan, engkau jauhi, dan engkau halalkan darahnya.
Bukankah Tuhanmu saja tetap cinta kepada makhlukNya yang seperti ini, meskipun
mereka bersujud atau menghinaNya? Kau cinta kepada agamamu, tapi kau
persepsikan cinta yang diajarkan oleh Tuhanmu dengan caramu sendiri.
Anakku, selama kau begitu kuat terikat kepada sesuatu dan
memfokuskan cintamu pada sesuatu itu, selama itu pula kau tidak akan menemukan
True Love. Cintamu adalah Selfish Love, cinta yang mengharapkan, cinta karena
menguntungkanmu. Cinta yang akan luntur ketika sesuatu yang kau cintai itu
berubah. Dengan cinta seperti ini kau ibaratnya sedang mengaspal jalan. Kau
tebarkan pasir di atas sebuah jalan untuk meninggikannya. Lalu kau keraskan dan
kau lapisi atasnya dengan aspal. Pada awalnya tampak bagus, kuat, dan nyaman
dilewati. Setiap hari kendaraan lewat di atasnya. Dan musim pun berubah, ketika
hujan turun dengan derasnya, dan truk-truk besar melintasinya. Lapisannya
mengelupas, dan lama-lama tampak lah lobang di atas jalan itu. Cinta yang bukan
True Love, adalah cinta yang seperti ini, yang akan berubah ketika sesuatu yang
kau cintai itu berubah. Kau harus memahami hal ini, anakku.
***
Sekarang lihatlah, bagaimana Tuhanmu memberikan cintaNya.
Dia mencintai setiap yang hidup, dengan cinta (rahman) yang sama, tidak
membeda-bedakan. Manusia yang menyembahNya dan manusia yang menghinaNya, semua
diberiNya kehidupan. KekuasaanNya ada di setiap yang hidup. Dia tidak
meninggalkan makhlukNya, hanya karena si makhluk tidak lagi percaya kepadanya.
Jika Dia hanya mencintai mereka yang menyembahNya saja, maka Dia namanya pilih
kasih, Dia memberi cinta yang berharap, mencintai karena disembah. Dia tidak
begitu, dia tetap mencintai setiap ciptaanNya. Itulah True Love. Cinta yang tak
pernah berubah, walau yang dicintai berubah. Itulah cinta kepunyaan Tuhan.
Anakku, kau harus menyematkan cinta sejati ini dalam dirimu. Tanam bibitnya,
pupuk agar subur, dan tebarkan bunga dan buahnya ke alam di sekitarmu.
Dan kau perlu tahu, anakku. Selama kau memfokuskan
cintamu pada yang kau cintai, maka selama itu pula kau tak akan pernah bisa
memiliki cinta sejati, True Love. Cinta sejati hanya kau rasakan, ketika kau
melihat Dia dalam titik pusat setiap yang kau cintai. Ketika kau mencintai
istrimu, bukan kecantikan dan kebaikan istrimu itu yang kau lihat, tapi yang
kau lihat “Oh my God! Ini ciptaanMu, sungguh cantiknya. Ini kebaikanMu yang kau
sematkan dalam dirinya.” Ketika kau lihat saudaramu entah yang sejalan maupun
yang berseberangan, kau lihat pancaran CahayaNya dalam diri mereka, yang
tersembunyi dalam misteri jiwanya. Kau harus bisa melihat Dia, dalam setiap
yang kau cintai, setiap yang kau lihat. Ketika kau melihat makanan, kau bilang
“Ya Allah, ini makanan dariMu. Sungguh luar biasa!” Ketika kau melihat seekor
kucing yang buruk rupa, kau melihat kehidupanNya yang mewujud dalam diri kucing
itu. Ketika kau mengikuti sebuah ajaran, kau lihat Dia yang berada dibalik
ajaran itu, bukan ajaran itu yang berubah jadi berhalamu. Ketika kau melihat
keyakinan lain, kau lihat Dia yang menciptakan keyakinan itu, dengan segala rahasia
dan maksud yang kau belum mengerti.
Ketika kau bisa melihat Dia, kemanapun wajahmu memandang,
saat itulah kau akan memancarkan cinta sejati kepada alam semesta. Cintamu
tidak terikat dan terfokus pada yang kau pegang. Cintamu tak tertipu oleh baju
filosofi, agama, istri, dan harta benda yang kau cintai. Cintamu langsung
melihat titik pusat dari segala filosofi, agama, istri, dan harta benda, dimana
Dia berada di titik pusat itu. Cintamu langsung melihat Dia.
Dan hanya Dia yang bisa memandang Dia. Kau harus memahami
ini, anakku. Maka, dalam dirimu hanya ada Dia, hanya ada pancaran cahayaNya.
Dirimu harus seperti bunga mawar yang merekah. Karena hanya saat mawar merekah
lah akan tampak kehindahan di dalamnya, dan tersebar bau wangi ke sekitarnya.
Mawar yang tertutup, yang masih kuncup, ibarat cahaya yang masih tertutup oleh
lapisan-lapisan jiwa. Apalagi mawar yang masih berupa batang, semakin jauh dari
terpancarnya cahaya. Bukalah hatimu, mekarkan mawarmu.
Anakku, hanya jiwa yang telah berserah diri saja lah yang
akan memancarkan cahayaNya. Sedangkan jiwa yang masih terlalu erat memegang
segala yang dicintainya, akan menutup cahaya itu dengan berhala filosofi,
agama, istri, dan harta benda. Lihat kembali, anakku, akan pengakuanmu bahwa
kau telah berserah diri. Lihat baik-baik, teliti dengan seksama, apakah
pengakuan itu hanya pengakuan sepihak darimu? Apakah Dia membernarkan
pengakuanmu? Ketika kau bilang “Allahu Akbar,” apakah kau benar-benar sudah
bisa melihat keakbaran Dia dalam setiap yang kau lihat? Jika kau masih erat
mencintai berhala-berhalamu, maka sesungguhnya jalanmu menuju keberserahdirian
masih panjang. Jalanmu menuju keber-Islam-an masih di depan. Kau masih harus
membuka kebun bunga mawar yang terkunci rapat dalam hatimu. Dan hanya Dia-lah yang
memegang kunci kebun itu. Mintalah kepadaNya untuk membukanya. Lalu, masuklah
ke dalam taman mawarmu. Bersihkan rumput-rumput liar di sana, gemburkan tanah,
sirami batang mawar, halau jauh-jauh ulat yang memakan daunnya. Kemudian,
bersabarlah, bersyukurlah, dan bertawakkallah. InsyaAllah, suatu saat, jika kau
melakukan ini semua, mawar itu akan berbunga, lalu merekah menyebarkan bau
harum ke penjuru istana.
Semoga Allah membimbingmu, anakku………..
Komentar
Posting Komentar