Sang rahib berpikir,
“Kasihan, ia sudah berusaha keras, tetapi tidak berhasil juga.
Saya harus membantunya”. Dan ia mengambil gunting, lalu memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Dengan sangat mudah, kupu-kupu itu pun keluar. Namun, tubuhnya masih kecil dan gembung. Sayap-sayapnya pun mengkerut. Rahib itu mengamatinya terus. Ia berharap bahwa pada suatu saat sayap-sayapnya akan mekar dan melebar, sehingga mampu menopang tubuhnya.
Saya harus membantunya”. Dan ia mengambil gunting, lalu memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Dengan sangat mudah, kupu-kupu itu pun keluar. Namun, tubuhnya masih kecil dan gembung. Sayap-sayapnya pun mengkerut. Rahib itu mengamatinya terus. Ia berharap bahwa pada suatu saat sayap-sayapnya akan mekar dan melebar, sehingga mampu menopang tubuhnya.
Semuanya itu tidak pernah terjadi. Dan, kupu-kupu itu menghabiskan sisa
hidupnya merangkak di sekitar rahib yang “menolongnya”. Dengan tubuh gembung
dan sayap-sayap mengkerut, dia tidak pernah bisa terbang.
Dalam ketergesaannya untuk berbuat baik, rahib itu tidak mengerti bahwa
kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dilakukan kupu-kupu untuk
melewati lubang kecil itu memang dibutuhkan. Hanya dengan cara itu, cairan dari
tubuh kupu-kupu akan menyebar ke dalam sayap-sayapnya, sehingga begitu
memperoleh kebebasan dari kepompong, ia akan siap terbang.
Perjuangan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan. Hidup tanpa hambatan, tanpa rintangan, akan
melumpuhkan jiwa kita. Tanpa kesulitan seperti itu, kita tidak akan pernah
menjadi kuat, dan mungkin tidak akan pernah bisa terbang!
***
Kisah indah dan manis sekali
ini tidak diketahui siapa pengarangnya! Jika setiap kali kita bertemu dengan
seorang Master, jangan mengira bahwa dari sananya mereka sudah demikian. Mereka
semua bekerja keras. Mereka semua bisa terbang, karena pernah berupaya keras
untuk membebaskan diri dari kepompong…. (Anand Krishna)
Komentar
Posting Komentar