Bila pikiran memperhatikan pikiran, maka jalan pikiran
akan berhenti. Dan engkau memperoleh pencerahan. Seperti kabut pagi yang
menyatu dengan udara, tidak kemana-mana, tetapi berhenti berada. Begitu pula
dengan mind, konsep-konsep buatannya akan “berhenti berada”, bila sifat hakiki
mind itu sendiri disadari.
Ruang kosong tidak memiliki warna ataupun bentuk. Dan
ruang itu, kekosongan itu, langit itu tidak berwarna, juga tidak berbentuk. Dan
ruang ini tidak pernah tercemar. Warna putih maupun hitam tak pernah
mempengaruhi dia. Begitu pula inti mind kita – begitu pula mind kita
sebenarnya. Melampaui warna dan bentuk. Apapun yang kita lakukan, bagaimanapun
tindakan kita – baik atau buruk, bijak atau tidak – sesungguhnya tidak
mempengaruhi mind. Tidak mencemarinya, tidak menodainya.
Kegelapan ribuan abad pun tidak mampu mengurangi cahaya
matahari. Walau demikian, pengulangan yang tak berkesudahan ini pun tidak mampu
menutupi cahaya jernih yang berasal dari kesadaran murni – inti mind.
Langit ini, ruang ini disebut kosong. Padahal,
sesungguhnya sebutan itu pun tidak tepat. Karena langit, ruang, atau apa pun
sebutannya – tak terjelaskan.
Seperti langit, seperti ruang – hakikat pikiran pun tak
terjelaskan. Setiap penjelasan hanyalah permainan kata – fiksi. Disebut
“kesadaran murni” atau “cahaya jernih” juga tidak tepat. Pada hakikat nya mind
seperti ruang (kosong). Seperti langit. Dia meliputi, merangkul segala sesuatu
dalam alam ini.Tenangkan dirimu, rileks, santai, duduk diam dan biarkan suara
itu menggema. Perhatikan bagaimana “dunia pikiran” berakhir dengan sendiri.
Sang Mursyid, Sang Guru Tilopa mulai memberi pelajaran kepada Naropa:
1) Peduli terhadap penderitaan orang lain
2) Tidak boleh membedakan hewan dari manusia. Kasih terhadap sesama makhluk hidup harus sama dan sebanding.
3) Jangan menganggap remeh siapapun juga
4) Pekerjaan adalah pekerjaan. Jangan menganggap yang satu lebih baik dari pada yang lain.
5) Seorang siswa harus dicuci bersih dulu, baru diberi pelajaran baru
6) Pengendalian diri
7) “Hutan diri” harus dibersihkan dari sifat-sifat hewani. Dari kebuasan dan keliaran.
8) Jangan membedakan derajat. Ini rendah, itu tinggi. Semuanya ilusif. Saat ini ada, saat berikutnya tidak ada.
9) Pola pikir lama, pola hidup lama, kebiasaan-kebiasaan lama – semuanya harus mati. Harus ditinggalkan, dilepaskan. Demi kelahiran Yang Baru
10) Seorang siswa harus percaya penuh pada Guru nya. Hendaknya tidak bimbang, tidak ragu-ragu
11) Tidak selalu mempercayai mata
12) Ada ”sesuatu” yang tak terungkapkan lewat kata-kata. Mata tak dapat melihatnya. Telinga tak bisa mendengarnya. “Sesuatu” itu harus dialami, dirasakan. Setelah “itu” seseorang terbebaskan dari keterikatan. Batin bebas. Jiwa ringan. Dan hidup pun menjadi perayaan.
2) Tidak boleh membedakan hewan dari manusia. Kasih terhadap sesama makhluk hidup harus sama dan sebanding.
3) Jangan menganggap remeh siapapun juga
4) Pekerjaan adalah pekerjaan. Jangan menganggap yang satu lebih baik dari pada yang lain.
5) Seorang siswa harus dicuci bersih dulu, baru diberi pelajaran baru
6) Pengendalian diri
7) “Hutan diri” harus dibersihkan dari sifat-sifat hewani. Dari kebuasan dan keliaran.
8) Jangan membedakan derajat. Ini rendah, itu tinggi. Semuanya ilusif. Saat ini ada, saat berikutnya tidak ada.
9) Pola pikir lama, pola hidup lama, kebiasaan-kebiasaan lama – semuanya harus mati. Harus ditinggalkan, dilepaskan. Demi kelahiran Yang Baru
10) Seorang siswa harus percaya penuh pada Guru nya. Hendaknya tidak bimbang, tidak ragu-ragu
11) Tidak selalu mempercayai mata
12) Ada ”sesuatu” yang tak terungkapkan lewat kata-kata. Mata tak dapat melihatnya. Telinga tak bisa mendengarnya. “Sesuatu” itu harus dialami, dirasakan. Setelah “itu” seseorang terbebaskan dari keterikatan. Batin bebas. Jiwa ringan. Dan hidup pun menjadi perayaan.
“Badan
ini sesungguhnya kosong, tak berisi. Seperti bagian dalam bambu”
Setiap “wujud” sesungguhnya semua kosong. Tak berisi.
Dari yang takbersubstansi, lahirlah segala sesuatu yang bersubstansi. Dari Yang
Tak Berwujud, lahirlah segala wujud. Dari Ketiadaan, muncullah Keberadaan.
Karena kekosongan itu, karena ketiadaan itu, ada
Keberadaan. Kemanusiaan diri kita sangat tergantung pada kekosongan di dalam
diri. Bila diri kita penuh, tidak ada ruang kosong, kita tidak bisa berpikir
jernih. Tindakan kita kacau, pandangan kita keliru. Ucapan kita salah melulu.
Dalam keadaan terlalu penuh, manusia kehilangan kemanusiaannya.
Bila alam bawah sadar atau sub-conscious masih memenuhi
diri kita, kita belum cukup manusia. Masih tanggung. Ada yang 10% manusia, ada
yang 15%. Kita belum 100% manusia. Berkurangnya beban alam bawah sadar, sampah sub-conscious,
menciptakan kekosongan dalam diri. Kemudian kita menjadi bambu, kosong. Menjadi
seruling bambu.
Dalam tradisi Sufi, khususnya Tarekat Moulvi, bunyi
seruling bambu digunakan untuk mengantar kita kealam keadaan supra.
Dalam tradisi Hindu, Krishna yang dianggap sebagai perwujudan Ilahi, sebagai Avatar, tidak pernah berpisah dari seruling. Bila ingin menjadi serulingNya, kita harus kosong. Harus mengosongkan diri dari alam bawah sadar. Membersihkan diri dari sampah subconscious.
Bambu padat tidak bisa menjadi seruling. Selama kita masih berisik, selama masih banyak kata-kata di dalam diri, Suara Tuhan, Firman Allah tak akan terdengar. Dia sedang bicara, tetapi SuaraNya tak terdengar. Begitu kita menjadi seruling bambu, kosong, Suara Dia akan terdengar jelas.
Dalam tradisi Hindu, Krishna yang dianggap sebagai perwujudan Ilahi, sebagai Avatar, tidak pernah berpisah dari seruling. Bila ingin menjadi serulingNya, kita harus kosong. Harus mengosongkan diri dari alam bawah sadar. Membersihkan diri dari sampah subconscious.
Bambu padat tidak bisa menjadi seruling. Selama kita masih berisik, selama masih banyak kata-kata di dalam diri, Suara Tuhan, Firman Allah tak akan terdengar. Dia sedang bicara, tetapi SuaraNya tak terdengar. Begitu kita menjadi seruling bambu, kosong, Suara Dia akan terdengar jelas.
“Kesadaran
atau mind yang sudah terjaga, bagaikan ruang kosong, bagaikan langit. Ia
melampaui alam pikir”
Mind masih merupakan energi. Masih bersubstansi. Dan
energi tidak pernah mati. Ia hanya berubah, mengalami perubahan. Kita bisa
melepaskan diri dari mind. Kita bisa mengubahnya menjadi created mind, mind
yang terjaga. Mind baru. Tetapi kita tidak bisa membunuhnya.
“Kesadaran
atau mind yang sudah terjaga, bagaikan ruang kosong, bagaikan langit. Ia
melampaui alam pikir”
Dan karena melampaui alam pikir, maka tak terjelaskan.
“Santai,
berdiamlah dalam sifat hakikimu. Dimana tidak ada keinginan untuk menguasai,
juga untuk melepaskan”
Jangan menguasai, jangan melepaskan….. karena “keinginan”
untuk menguasai dan melepaskan itu menunjukkan bahwa mind masih aktif. Kita
masih belum melampauinya. Mind menimbulkan friksi. Tanpa friksi baik-buruk,
maind tak akan ada. Lalu, mind yang berfriksi ini harus diapakan? dilepas juga
jangan. Dipertahankan juga jangan. Dilewati saja. Sebagaimana kita melewati
jalan menuju rumah. Tidak ada yang perlu dibesar-besarkan, “Wah, jalan menuju
rumahku bagus sekali lho!” Tidak perlu menyesali, “Jalan menuju rumahku kok
begitu kotor ya!” Bila terasa kotor, ya ambil sapu. Sambil jalan, sekalian
menyapu. Tidak perlu menyombongkan diri atau dibesar-besarkan, “Aku punya sapu
lho, lihat aku sedang membersihkan jalan.” Biasa-biasa saja.
Mind
tanpa sasaran, tanpa tujuan adalah Mahamudra
Mahamudra berarti keadaan tertentu. Mudra berarti
“keadaan” dan Maha – “Yang Tertinggi”.
Keadaan Tertinggi yang bisa dicapai oleh mind adalah “berkarya tanpa pambrih”. Tidak ada sasaran, tidak ada tujuan, tidak ada target yang harus dicapai. Kita tidak membutuhkan kursi presiden, tetapi tetap mengabdi kepada rakyat. Kita tidak mengharapkan surga, tetapi tetap mencintai Allah.Jika kita melakukan sesuatu dengan tujuan. Selalu was-was, khawatir; “Jangan-jangan tujuanku tak tercapai.” Energi kita terkuras habis. Kita tidak bisa menikmati pekerjaan itu. Sebaliknya, bila kita bekerja “baik”, seefisien mungkin, tetapi tanpa target, tanpa tujuan, kita malah akan menikmati pekerjaan itu. Setiap hari menjadi hari raya. Hidup ini menjadi sebuah perayaan. Kita akan menari dan menyanyi bebas. Lega, lepas, tanpa ikatan.
Keadaan Tertinggi yang bisa dicapai oleh mind adalah “berkarya tanpa pambrih”. Tidak ada sasaran, tidak ada tujuan, tidak ada target yang harus dicapai. Kita tidak membutuhkan kursi presiden, tetapi tetap mengabdi kepada rakyat. Kita tidak mengharapkan surga, tetapi tetap mencintai Allah.Jika kita melakukan sesuatu dengan tujuan. Selalu was-was, khawatir; “Jangan-jangan tujuanku tak tercapai.” Energi kita terkuras habis. Kita tidak bisa menikmati pekerjaan itu. Sebaliknya, bila kita bekerja “baik”, seefisien mungkin, tetapi tanpa target, tanpa tujuan, kita malah akan menikmati pekerjaan itu. Setiap hari menjadi hari raya. Hidup ini menjadi sebuah perayaan. Kita akan menari dan menyanyi bebas. Lega, lepas, tanpa ikatan.
“Dan
bila “keadaan” ini dipraktekkan, maka akan menghasilkan pencerahan”
Duduk diam selama beberapa jam setiap hari, memperhatikan
keluar-masuk napas tidak akan menghasilkan pencerahan. Tetapi, bila ketenangan
dan ketentraman yang kita peroleh dari latihan-latihan itu diterapkan dalam
hidup sehari-hari, tercerahkanlah kita!Pencerahanpun tidak bisa dijadikan
tujuan. Bila dijadikan tujuan, pencerahan dan kursi presiden sama saja, tak
berbeda sama sekali. Biarlah pencerahan itu terjadi sendiri. Jangan memberi
dateline. Santai….. tidak berhenti berkarya. Berkarya terus, tetapi dengan
santai.
“Cahaya
jernih Mahamudra tak terungkapkan oleh kitab-kita suci dan tulisan-tulisan
metafisik. Cahaya jernih itu justru tertutup oleh konsep dan pendapat”
Nyanyikan Mahamudra (Keadaan “Yang Tertinggi“) jangan
membahasnya. Ketika kita mendengar suara azan pagi di gurun sahara, dipadang
pasir, setiap kata yang “dinyanyikan” oleh muazin mampu menembus otak. Mampu
melelehkan hati kita. Kita tidak perlu memahami arti kata-kata itu.
Mendengarnya saja sudah cukup untuk mengantar kita pada keadaan yang
dimaksud.Konsep dan pendapat bagaikan jamur yang melekat diatas mind. Mind yang
berjamur itu justru menutupi kesadaran kita.
Aturan-aturan
kaku justru merusak samaya (“keseimbangan” / “pertemuan”)
Aturan-aturan kaku justru menjadi penghalang. Kreatifitas
diri justru mati. Yang membutuhkan peraturan adalah hewan. Yang perlu diatur
adalah kesadaran hewani didalam diri manusia. Bukan berarti menolak peraturan,
tapi menolak ekstremitas, menolak fanatisme.
Aturan Sejati,
yang menggerakkan anda dan saya;
yang menggerakkan bulan dan bintang;
yang karenanya sungai mengalir dan pepohonan tumbuh lebat, adalah Kasih! Ya, Kasih – itulah Peraturan Sejati.
yang menggerakkan anda dan saya;
yang menggerakkan bulan dan bintang;
yang karenanya sungai mengalir dan pepohonan tumbuh lebat, adalah Kasih! Ya, Kasih – itulah Peraturan Sejati.
“Dengan
terhentinya kegiatan-kegiatan pikiran, pandangan-pandangan kaku pun lenyap”
Yang membuat kita keras, kaku, adalah pikiran. Itulah
sebab saat meditasi – para pemula harus memejamkan mata. Mereka harus
menghentikan aliran informasi dari luar. Kesadaran sepenuhnya dialihkan pada
diri sendiri. Lama-lama mind akan lelah. Dan mind akan berhenti. Berhenti
bekerja. Lalu apa yang terjadi sat itu ? Kita harus mengalaminya. Itulah
keadaan Mahamudra. Keadaan yang tak terjelaskan lewat kata-kata. Walau tak
terjelaskan mungkin dapat lewat bahasa simbol: Seperti laut tak
bergelombang. Atau gelombang laut yang sudah bersatu dengan kedalaman laut.
“Saat
itu pikiran sudah tidak liar lagi. Dia tidak lagi mencari kepastian dan
kebenaran yang terkonsepkan”
Pikiran liar adalah pikiran yang mengejar
kebenaran-kebenaran rendahan. Kebenaran-kebenaran yang terkonsepkan. Kebenaran
tidak bisa dikonsepkan. Kebenaran adalah Tuhan. Kebenaran harus dialami.
Kemandegan berpikir menciptakan mind. Apa bila pikiran atau thoughts mengalir
terus, tidak mandeg, tidak berhenti, maka mind tak akan tercipta. Saat itu,
yang ada hanyalah Kesadaran Murni. Aliran Kesadaran Murni…..
Saat meditasi, bila kita melakukan perlawanan terhadap
aliran pikiran, kita mandeg, karena untuk melakukan perlawanan, kita harus
berhenti. Dan baru berhenti sesaat saja, terciptalah mind. Bila tidak ingin
menciptakan mind, jangan melawan pikiran. Mengalirlah bersama pikiran. Mind
tidak satu. Mind hidup berkelompok, bergugus. Dan pengelompokan itulah kekuatan
mind.Ironisnya, tanpa kita sadari setiap saat kita sedang menciptakan mind
baru. Kemudian anak-anak mind itu bergabung dengan gugus yang sudah ada,
kelompok yang sudah ada. Dan pemerintahan mind didalam diri semakin kuat. Ya,
ada pemerintahan liar didalam diri kita. Negara didalam negara. Coba
berusahalah untuk tidak memikirkan sesuatu. Dan pikiran itu justru muncul
terus.
“Samaya
adalah pelita yang mampu menerangi kegelapan jiwa kita”
Terjemahan Samaya sebagai “Keseimbangan”, maka
keseimbangan diri itulah pelita yang menerangi kegelapan jiwa kita.
Terjemahan Samaya sebagai “Pertemuan”, maka pertemuan
dengan diri itulah pelita yang membawa pencerahan. Terjemahan Samaya sebagai
“Aturan Sejati”, sebagai “Kasih”, maka cahaya kasih itu pula yang
menerangi hidup manusia. Pelita Samaya harus menyala terus.
Mahamudra harus dipraktekkan setiap saat. Seperti kita bernapas….
“Kebenaran
setiap ajaran, setiap kitab suci akan terungkapkan, bila seseorang sudah
terbebaskan dari kesombongan intelektual dan melepaskan pendapat-pendapat kaku”
“Berada
dalam Mahamudra, engkau terbebaskan dari samsara”
Berada dalam keadaan yang satu itu, kita terbebaskan dari
kelahiran dan kematian yang tak berkesudahan. Karena kelahiran dan kematian
sepenuhnya melibatkan mind, bila mind sudah terlampaui, maka kelahiran dan
kematian pun terlampaui.
“Berada
dalam keadaan yang seimbang itu, rasa bersalah dan segala macam negativitas pun
hilang”
Pikiran negatif, prasangka dan praduga, kekhawatiran dan
kecemasan – semua terbakar habis. Mahamudra dan keseimbangan jiwa yang engkau
peroleh dari keadaan itu akan membebaskanmu dari segala macam gejolak.
Saat ini, cara kita menyelesaikan masalah sungguh kolot. Kita menyelesaikannya satu persatu. Selesai satu, muncul sepuluh! Sekaligus saja dibakar habis….Dan untuk itu, hanya ada satu cara – Mahamudra. Tingkatkan kesadaranmu dan masalah-masalahmu akan terselesaikan sekarang. Saat ini Juga! Karena masalah-masalah kita berkaitan dengan badan, pikiran, dengan rasa. Bila kesadaran badaniah, mental dan emosional terlampaui, maka masalah-masalah pun akan ikut terlampaui.
Saat ini, cara kita menyelesaikan masalah sungguh kolot. Kita menyelesaikannya satu persatu. Selesai satu, muncul sepuluh! Sekaligus saja dibakar habis….Dan untuk itu, hanya ada satu cara – Mahamudra. Tingkatkan kesadaranmu dan masalah-masalahmu akan terselesaikan sekarang. Saat ini Juga! Karena masalah-masalah kita berkaitan dengan badan, pikiran, dengan rasa. Bila kesadaran badaniah, mental dan emosional terlampaui, maka masalah-masalah pun akan ikut terlampaui.
“Setelah
mencapai Mahamudra, keadaan tertinggi itu, engkau menjadi cahaya bagi ajaran
ini”
Sebelum mencapai keadaan tertinggi, kita tidak bisa
membagi cahaya. Mau membagi apa ? Kita sendiri belum memilikinya. Kata-kata
bukanlah ajaran. Untuk menjadi ajaran, kata-kata haruslah diterangi oleh
pencerahan si penyampainya. Pencerahan seorang Master, seorang Mursyid bagaikan
nyawa. Kata-kata plus nyawa sama dengan ajaran.
Bila anda berwawasan luas, tidak fanatik terhadap suatu
ajaran, dan masih bisa berpikir dengan kepala dingin, anda akan melihat
persamaan dalam setiap ajaran. Setiap Master, setiap Guru, setiap Mursyid
sedang menyampaikan hal yang sama. Cara menyampaikan mereka bisa berbeda.
Tekanan mereka pada hal-hal tertentu bisa berbeda. Tetapi inti ajaran mereka
sama. Dan memang harus sama, karena berasal dari sumber yang sama.
“Mereka
yang bodoh menganggap remeh Mahamudra. Karena ketidak-tahuan itu, mereka sibuk
melawan “banjir samsara”. Kasihanilah mereka. Mereka gelisah dan patut
dikasihani!”
Kasihanilah mereka yang tidak memahami Mahamudra.
Kasihanilah mereka yang bodoh, yang tidak tahu, karena mereka sungguh
menderita. Matahari Pencerahan sudah terbit. Dimana-mana terang benderang.
Mereka masih bersembunyi dibawah kolong. Mereka masih hidup dalam kegelapan.
“Bila
engkau sudah merasa cukup menderita, sudah ingin bebas dari penderitaan, maka
beradalah bersama seorang Master”
Kita sudah terbiasa menderita. Penderitaan dan penyakit
sudah menjadi bagian hidup kita. Aneh, tetapi banyak diantara kita yang tidak
ingin bebas dari penderitaan dan penyakit. Bila sudah capek menderita dan ingin
bebas dari penderitaan, maka; “Beradalah bersama” seorang Master. Reseptivitas
kita bertambah terus. Kemampuan untuk menerima, daya tampungnya bertambah
terus. Sky is the limit….. Bersama Sang Mursyid, kita terbang tinggi. Sangat
tinggi. Kita mencapai ketinggian yang tak terbayangkan.Tidak menghitung untung
rugi. Tidak memikirkan masa lalu. Tidak pula mengkhawatirkan masa depan.
Tetapi, menikmati kekinian.
“Bila
berkah dia menyentuh jiwamu, hatimu, maka pikiran akan terbebaskan. Engkau akan
terbebaskan dari pikiran”
Ingat, kata-kata hanya menyentuh pikiran. Kata-kata tidak
bisa menyentuh hati.
“Dengarkan
dengan suka-cita”
Para Guru, para Master, para Mursyid berkata; “Untuk apa
serius? Santai saja!” Lihatlah bunga-bunga ditaman. Seriuskah mereka? Pepohonan
dan rerumputan – seriuskah mereka? Mereka pasrah pada Allah. Mereka menerima
pemberianNya tanpa mengeluh. Binatang didarat dan burung-burung dilangit –
lihat, Naropa…. Lihatlah mereka – Adakah yang serius? Belajarlah dari mereka,
lepaskan keseriusanmu. Menari dan menyanyilah bersama mereka….
“Dengarkan
dengan suka-cita! Investasimu didalam dunia ini tidak akan membawa hasil. Malah
menyebabkan kegelisahan”
“Keterlibatanmu
dengan dunia sungguh tak bermakna. Carilah kebenaran dibaliknya”
Kita tidak bisa hidup tanpa “keterlibatan”. Silahkan
“terlibat”, dan melibatkan diri sepenuhnya. Seorang dokter menjalani profesi
kedokterannya. Seorang pengacara tetap membela kliennya. Seorang pengusaha
menjalankan usahanya. Tetapi sadarlah bahwa keterlibatanmu tidak bermakna.
Tidak menentukan hasil akhir. Yang menentukan, tetaplah Dia! Yakinilah
Kebijakkan-Nya. Percayailah Keputusan-Nya. Dia lah Kebenaran Hakiki dibalik
segala sesuatu. Bertemanlah, bersahabatlah dengan Dia. Sapa Dia dibalik
panggung. Salami Dia. Ciumlah tangan-Nya.
Tidak perlu meninggalkan panggung dunia. Nikmatilah
Pagelaran Hidup. Silahkan memilih….
Mau jadi penonton atau pemain. Asal menyadari keterlibatan diri. Asal bisa membatasi keterlibatan diri. Asal ingat betul bahwa kita sedang bermain sandiwara. Ada adegan dimana kita harus menangis – silahkan. Ada adegan dimana kita harus tertawa. Tapi jangan lupa – permainan adalah permainan. Jangan serius…
Mau jadi penonton atau pemain. Asal menyadari keterlibatan diri. Asal bisa membatasi keterlibatan diri. Asal ingat betul bahwa kita sedang bermain sandiwara. Ada adegan dimana kita harus menangis – silahkan. Ada adegan dimana kita harus tertawa. Tapi jangan lupa – permainan adalah permainan. Jangan serius…
“Dengan
melampaui dualitas yang disebabkan oleh mind, penglihatanmu menjadi jernih”
Engkau memperoleh Supreme Vision – Penglihatan Tertinggi.
Engkau melihat “Sesuatu” yang tak terlihat oleh mata kasat.
Kalau penglihatan menjadi jernih, perang tidak akan terjadi. Perang dan pertumpahan darah terjadi karena penglihatan kita tidak jernih.
Kalau penglihatan menjadi jernih, perang tidak akan terjadi. Perang dan pertumpahan darah terjadi karena penglihatan kita tidak jernih.
“In
a still and silent mind is Supreme Meditation”
Meditasi itu apa? Bagaimana mencapai keadaan meditatif?
Sulit dijawab, karena mind sudah terlampaui. Dan bersama mind, terlampaui pula
dualitas. Lalu bagaimana menjelaskan meditasi? Bagaimana menjelaskan keadaan
meditatif?
Penjelasan menciptakan pertentangan. Penjelasanpun sesungguhnya bukanlah penjelasan.
Penjelasan menciptakan pertentangan. Penjelasanpun sesungguhnya bukanlah penjelasan.
“Dalam
keadaan hening, ketika mind berhenti terjadilah Meditasi”
Mind tidak bisa berhenti. Tetapi kita bisa memisahkan diri
dari mind. Perpisahan itu yang menghasilkan keheningan. Dan Keheningan Agung
itulah Meditasi.
Dan biasanya setiap tindakan diatur oleh mind. Lalu apa yang terjadi, bila mind sudah terlampaui? Kita tetap bekerja, tetap berkarya. Tetapi pekerjaan kita, karya kita tidak lagi diatur oleh mind, tidak lagi diatur oleh naluri atau insting, tetapi diatur oleh ilham, oleh intuisi.
Dan biasanya setiap tindakan diatur oleh mind. Lalu apa yang terjadi, bila mind sudah terlampaui? Kita tetap bekerja, tetap berkarya. Tetapi pekerjaan kita, karya kita tidak lagi diatur oleh mind, tidak lagi diatur oleh naluri atau insting, tetapi diatur oleh ilham, oleh intuisi.
“Bertindak
secara spontan – itulah tindakan yang tepat’
Sering setiap ingin merencanakan sesuatu, pasti ada
halangan. Masalah-masalah kecil pun bisa menjadi besar. Spontanitas berarti
membiarkan alam bekerja, tidak menghalanginya. Spontanitas berarti keselarasan
dengan alam. Tidak memaksa kehendak. Terjadilah apa yang harus terjadi.
“Ketika
harapan dan rasa khawatir sirna, tujuan pun tercapai (dengan mudah)”
Mengkhawatirkan hasil akhir. Dan kita tidak bisa bebas
dari kekhawatiran, bila tidak berhenti berharap. Harapan dan rasa khawatir
menguras energi manusia. Memperlamban langkahnya, membebani jiwa nya.
“Beyond
all mental images the mind is naturally clear”
Sesungguhnya mind kita clear, bersih, jernih. Bagaikan
layar bioskop. Gambar-gambar yang diproyeksikan memberi kesan seolah layar
tersebut “bergambar”. Tak terpengaruh oleh bayang-bayang pikiran,
sesungguhnya (layar) mind bersih, jernih. Layar putih, bersih ini saya
sebut Kesadaran. Gambar-gambar yang ditayangkan adalah thoughts – satuan
pikiran, individual picture-frames. Ada gambar, ada warna, tetapi tidak ada
gerakan.
Individual picture-frames atau satuan pikiran, thoughts,
membutuhkan proyektor panca indera. Dan bila proyektor panca indera
memproyeksikannya diatas layar kesadaran, terciptalah mind. Kendati demikian,
sesungguhnya Layar Kesadaran tidak pernah terpengaruh oleh gambar-gambar yang
diproyeksikan. Adegan banjir tidak membasahinya. Gambar api tidak membakarnya.
Tilopa mengajak kita untuk mengalihkan perhatian. Dari gambar kelayar. Silahkan nonton film. Silahkan menikmati pertunjukkan. Tetapi jangan lupa bahwa semua itu hanyalah bayang-bayang. Permainan belaka.
Kita lupa. Selalu lupa bahwa kita sedang menonton film. Sedang menyaksikan pertunjukkan. Itu sebab para Tilopa tidak bosan-bosannya mengingatkan kita: “Jangan terlalu serius!”
Tilopa mengajak kita untuk mengalihkan perhatian. Dari gambar kelayar. Silahkan nonton film. Silahkan menikmati pertunjukkan. Tetapi jangan lupa bahwa semua itu hanyalah bayang-bayang. Permainan belaka.
Kita lupa. Selalu lupa bahwa kita sedang menonton film. Sedang menyaksikan pertunjukkan. Itu sebab para Tilopa tidak bosan-bosannya mengingatkan kita: “Jangan terlalu serius!”
BERSAMBUNG
Dikutip dari beberapa bagian dari buku Tantra Yoga –
Anand Krishna
NB: Tidak ada yang diedit. Hanya mengambil yang penting-penting nya saja yang berkenaan dengan ucapan Sang Guru – Tilopa. (pada huruf yang dicetak tebal). Jelas banyak sekali kekurangannya. Dan diharapkan, pembaca dapat membaca/memiliki bukunya secara langsung. Buku yang indah dan sangat berharga menurut pemahaman saya..
NB: Tidak ada yang diedit. Hanya mengambil yang penting-penting nya saja yang berkenaan dengan ucapan Sang Guru – Tilopa. (pada huruf yang dicetak tebal). Jelas banyak sekali kekurangannya. Dan diharapkan, pembaca dapat membaca/memiliki bukunya secara langsung. Buku yang indah dan sangat berharga menurut pemahaman saya..
Komentar
Posting Komentar