Langsung ke konten utama

Apakah Sufisme Telah Muncul Sebagai Pemberontakan Terhadap Islam? Atau Apakah Sufi Telah Ada Sebelum Islam?


Sufisme adalah keduanya. Apa pun yang masih hidup hari ini adalah keduanya. Hal itu adalah sangat tua/kuno dan juga sangat baru – bersama-sama, secara bersamaan.

Sufisme adalah pra-Islam namun juga merupakan fenomena baru yang unik. Sufisme adalah intisari dari Islam namun juga adalah pemberontakan terhadap agama Islam yang telah berdiri. Begitulah yang selalu terjadi. Zen juga merupakan keduanya – itu adalah intisari dari Buddhisme dan juga pemberontakan terhadap Buddhisme yang telah berdiri.

Ini harus dipahami. Setiap kali seseorang seperti Buddha atau Muhammad muncul, yang merupakan bunga rampai. Tapi cepat atau lambat pikiran manusia akan mendirikan sesuatu dari hal itu. Itu juga wajar karena manusia membutuhkan sesuatu untuk dipegang teguh. Dan manusia membutuhkan sesuatu yang palsu karena sesuatu yang asli akan mengubah/men-transformasi dirinya. Yang asli itu berbahaya. Dia perlu sesuatu yang hanya tampak asli tetapi bukan yang asli. Dia membutuhkan mainan untuk dapat bermain dengan itu. Itulah yang dilakukan Gereja, agama yang telah berdiri; memberikan penampilan seolah-olah melakukan hal yang asli. Sehingga engkau dapat menikmati ketika dirimu melakukannya dan engkau dapat menikmati perjalanan ego mu dan dirimu akan tetap sama. Itu tidak menembus dirimu, tidak mengubah/ men-transformasi dirimu, sama sekali. Tidak ada sesuatu yang terjadi pada dirimu.

Jika seseorang benar-benar masuk ke dalam doa yang asli ia akan mati. Dia tidak akan pernah kembali dengan sama lagi. Dia akan kembali, tetapi sebagai orang yang benar-benar berbeda. Orang yang telah masuk ke dalam doa yang benar tidak akan pernah kembali. Sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, sesuatu yang terputus/tidak memiliki hubungan dengan masa lalu, akan muncul. Engkau akan hilang dan hanya kemudian setelahnya engkau dapat menemukan dirimu yang sesungguhnya. Doa yang benar/asli itu berbahaya; itu adalah sebuah kematian dan kebangkitan.

Jadi manusia sangat penuh dengan trik – ia menciptakan doa yang palsu. Dia menciptakan ritual dari doa, ia berpura-pura untuk berdoa. Dia hanya sampai pada gerakan, melalui gerakan kosong – hatinya tidak berada di dalamnya. Dia pergi ke masjid, ke kuil, gereja; dia berdoa. Dan dia tahu bahwa dia menipu, dia tahu bahwa dia tidak berada di dalamnya. Namun itu memberinya kehormatan tertentu. Orang-orang menganggapnya sebagai seorang yang beragama. Hal itu memberinya kredibilitas tertentu. Ini adalah sikap formal, itu membuat kehidupan sosialnya menjadi lancar, itu menciptakan semacam pelumas – tetapi itu tidak mengubahnya.

Jadi setiap kali seorang Muhammad atau Buddha terjadi, yang asli itu akan dibawa ke dalam dunia. Tapi yang asli itu akan membuatmu menjadi gila, hal yang sebenarnya itu akan mulai membunuhmu. Hanya orang-orang tertentu yang sangat jarang ada, orang yang pemberani, yang mampu untuk memiliki kencan dengan yang asli itu. Bagaimana dengan para pengecut? Mereka juga ingin menikmati … setidaknya gagasan bahwa mereka telah melihat Tuhan, setidaknya gagasan bahwa mereka juga beragama. Bagaimana dengan para pengecut ini? Dan mereka ada dalam jumlah yang besar. Mayoritas umat manusia terdiri dari para pengecut. Para pengecut ini cepat atau lambat akan membuat agama palsu. Kristus adalah agama yang asli, Kristen adalah agama palsu. Muhammad adalah yang asli, agama Islam adalah palsu. Ketika agama palsu ini, agama yang telah berdiri ini menjadi terlalu banyak, lagi dan lagi akan datang orang – orang yang berani – yang akan menegaskan dan akan mengatakan bahwa ini semua salah. Jadi orang-orang ini akan terlihat sebagai pemberontak. Kenyataannya adalah, mereka hanya menegaskan semangat yang sebenarnya. Semangat Muhammad ditegaskan kembali oleh Mansoor; semangat Muhammad ditegaskan lagi oleh Omar Khayyam; semangat Muhammad ditegaskan oleh seribu satu mistik Sufi lagi dan lagi.

Tapi sekarang engkau dapat melihat apa masalahnya. Setiap kali seseorang menegaskan semangat yang sama ia membawa intisari dari agama, tapi ia akan melawan agama yang telah didirikan, agama palsu. Dan agama palsu memiliki kekuatan besar – kegilaan massa di balik itu. Neurosis/penyakit saraf massa mendukungnya. Hal itu dapat membunuh, itu bisa menghancurkan. Agama palsu tidak dapat menciptakan tetapi dapat menghancurkan Yesus, Socrates, seorang Mansoor. Sangat mudah untuk itu.

Orang-orang ini seperti bunga, sangat rapuh, dan neurosis/penyakit saraf massa itu seperti batu. Jika engkau melemparkan batu pada bunga tidak akan ada sesuatu hal pun yang akan terjadi pada batu, hanya bunga itu yang akan hancur. Yang lebih tinggi yang akan selalu hancur setiap kali ada bentrokan dengan yang lebih rendah, ingat itu. Jika ada bentrokan antara puisi dan prosa, puisi akan hancur, tidak prosa. Jika ada bentrokan antara Tuhan dan dunia, Tuhan akan hilang, tidak dunia. Jika ada bentrokan antara nafsu dan cinta, cinta akan teracuni, tidak nafsu.

Ketika yang tidak diketahui turun, ketika yang utama itu datang ke dunia ini, ia datang seperti bunga. Ya, itu akan sangat memberontak. Ia memberontak karena ia adalah intisari yang sangat penting. Yang merupakan intisari akan selalu memberontak.
Muhammad adalah seorang pemberontak – seluruh hidupnya ia dihantui oleh musuh-musuhnya. Begitu sering ia berada di ambang hampir terbunuh. Dia harus berjuang sepanjang hidupnya – seorang mistikus harus menjadi prajurit, seorang mistikus harus menyia-nyiakan seluruh hidupnya untuk menjadi seorang pejuang. Dia harus membawa pedang. Dan engkau dapat melihat kontradiksi, paradoks – di pedangnya ia telah menulis kata-kata: kedamaian, cinta. Cinta harus membawa pedang karena orang-orang yang gila. Kedamaian harus membawa pedang karena neurosis/penyakit saraf.

Muhammad harus berperang terus-menerus; ia berjuang dan berjuang. Seluruh hidupnya terbuang dalam perjuangan. Dia dapat membawa lebih banyak bunga dari alam yang lebih tinggi yang tidak diketahui, ia dapat membawa lebih banyak Ketuhanan ke dalam dunia ini, tapi tidak ada kesempatan.

Dan sekali Muhammad telah menjadi didirikan, cepat atau lambat musuh-musuh itu akan menang lagi … musuh yang berperang melawan Muhammad akan menjadi imam. Perhatikan hal ini! Para imam yang berperang melawan Mohammed – imam dari hal-hal lama. Muhammad membawa intisari terpenting dari agama kembali lagi, yang abadi. Kemudian imam dari ajaran yang lama akan melawannya. Jika Muhammad menang, maka imam itu akan berganti pihak. Imam selalu bersama dengan mereka yang menang; para pengecut selalu dengan orang-orang yang menang. Imam berganti pihak. Dia mengatakan, ‘Aku mengakui kepercayaanmu.’ Dia bergerak ke kamp Muhammad.

Tapi dia memiliki trik lama, ia memiliki pikiran tuanya. Dia mulai memainkan permainan yang sama. Mungkin sementara Muhammad hidup dia tidak akan mampu melakukannya, tetapi ketika Muhammad telah tiada maka akan sangat mudah baginya untuk mendirikan sesuatu yang sama atas nama Muhammad. Kemudian hal itu terjadi lagi setiap kali mistik Sufi lain membawa Tuhan kembali, ia akan menjadi teman dari Muhammad dan musuh dari umat muslim. Itulah mengapa ada paradoks ini.

Hal ini adalah keduanya; agama selalu adalah merupakan keduanya. Lihat aku. Apapun yang aku katakan kepadamu adalah intisari dari agama. Ini adalah intisari dari Buddha, Kristus, Musa, Muhammad, dan ya semua imam akan bertentangan dengan diriku, semua imam. Mereka mungkin tidak setuju kepada banyak hal lain tetapi mereka setuju pada satu hal – untuk menentangku mereka semua setuju. Imam Islam setuju dengan Hindu. Mereka tidak akan setuju kepada hal lain, tapi tentang bahwa aku yang salah keduanya sepakat. Orang Kristen sepakat dengan Jaina. Mereka tidak memiliki kesamaan apapun, tidak ada satu doktrin tunggal pun yang serupa, tapi pada satu hal mereka akan setuju: jika mereka harus menghukum aku mereka semua akan sepakat. Apapun yang aku katakan kepadamu adalah intisari utama dari semua agama, tetapi mereka menentangnya. Mereka berpura-pura melindunginya, mereka berpura-pura menjadi pelindung – mereka adalah musuh yang sebenarnya. Agama yang telah didirikan adalah musuh dari agama yang sebenarnya. Tapi itu terjadi demikian terus menerus karena manusia itu bodoh. Pendirian agama-agama itu pasti akan terjadi lagi dan lagi. Dan lagi dan lagi seseorang harus menegaskan kembali dan menjadi pemberontak.

* Ada perumpamaan yang indah di Dostoyevsky’s BROTHERS’ KARAMAZOV
Dapat dibaca disini: https://essencesejati.blogspot.co.id/2018/04/cerpen-dari-dostoyevsky-tentang-isa.html

HAS SUFISM ARISEN AS A REBEL AGAINST THE ESTABLISHMENT OF ISLAM? OR IS IT PRE- ISLAM?

It is both. Anything that is alive is both. It is very ancient and it is very new – together, simultaneously.

Sufism is pre-Islam and yet it is a unique new phenomenon too. It is the essential core of Islam and yet it is a rebellion against the establishment of Islam too. That’s how it is always. Zen is also both – it is the essential core of Buddhism and a rebellion against the establishment.

It has to be understood. Whenever a man like Buddha or Mohammed happens, the essential flowers. But sooner or later the human mind will make an establishment out of it. That too is natural because man needs something to cling to. And man needs something pseudo because the real transforms him. The real is dangerous. He needs something which only looks real but is not real. He needs a toy to play with. That’s what the Church is, the establishment is; it gives the appearance of doing the real thing. So you can enjoy doing it and you can enjoy the ego trip and yet you remain the same. It does not penetrate you, transmute you, at all. Nothing is at stake.

If a man really goes into prayer he will die. He will never come back the same again. He will come back, but as a totally different person. The one who has gone into prayer will never come back. Something new, something that has never existed before, something that is discontinuous with the past, will arise. You will be lost and then only will you find the real you. Real prayer is dangerous; it is a death and a resurrection.

So man is very tricky – he creates a false prayer. He makes a ritual out of prayer, he pretends to pray. He only goes through the gesture, through the empty gesture – his heart is not in it. He goes to the mosque, to the temple, to the church; he prays. And he knows that he is deceiving, he knows that he is not in it. Yet it gives him a certain respectability. People think of him as being a religious man. That gives him a certain credibility. It is a formal gesture, it makes his social life smooth, it creates a kind of lubricant – but it doesn’t change him.

So whenever a Mohammed or a Buddha happens, the real is brought into the world. But the real drives you mad, the real starts killing you. only very rare people, courageous people, can have that date with the real. What about the cowards? They would also like to enjoy… at least the idea that they have seen God, dt Icajt the iled Lhdt they have also been into prayer, at least the idea that they are also religious. What about these cowards? And they exist in great numbers. The majority of humanity consists of cowards. These cowards sooner or later create a false religion.
Christ is real religion, Christianity is false religion. Mohammed is real, Mohammedanism is false. When this false religion, this established religion, becomes too much, again and again there will come people – courageous people – who will assert and who will say that this is all wrong. So these people will look rebellious. In fact, they are asserting the very spirit. The spirit of Mohammed is asserted by Mansoor; the spirit of Mohammed is asserted by Omar Khayyam; the spirit of Mohammed is asserted hv a thousand and one Sufi mystics again and again.

But now you can see what the problem is. Whenever somebody asserts the same spirit he is bringing the essential religion back, but he will go against the establishment, against the false religion. And the false religion has great power – the mass madness is behind it. The mass neurosis supports it. It can kill, it can destroy. It cannot create but it can destroy a Jesus, a Socrates, a Mansoor. That is very easy for it.

These people are like flowers, very fragile, and the mass neurosis is like a rock. If you throw a rock at a flower nothing is going to happen to the rock, only the flower will be destroyed. The higher is always destroyed whenever there is a clash with the lower, remember it. If there is a clash between poetry and prose, poetry will be destroyed, not prose. If there is a clash between God and the world, God will disappear, not the world. If there is a clash between lust and love, love will be poisoned, not lust.

When the unknown descends, when the superior comes into this world, it comes like a flower.
Yes, it is very rebellious. It is rebellious because it is essential. The essential is always rebellious. Mohammed was a rebellious man – his whole life he was haunted by enemies. Many times he was just on the brink of being killed. He had to fight his whole life – a mystic had to become a warrior, a mystic had to waste his whole life in being a warrior. He had to carry a sword. And you can see the contradiction, the paradox – on his sword he had written the words: peace, love. Love had to carry a sword because of mad people. Peace had to carry a sword because of neurosis.

Mohammed had to wage war continuously; he was fighting and fighting. His whole life was wasted in fight. He could have brought more flowers from the unknown, he could have brought more of God into this world, but there was no opportunity.

And once Mohammed has become established, sooner or later the enemy wins again… the enemy who was fighting against Mohammed will become the priest. Watch it! The priests were fighting against Mohammed – the priest of the old establishment. Mohammed brings the essential religion back again, the eternal. Then the priest who was with the older establishment fights with him. If Mohammed wins, then the priest changes party. The priest is always with those who are victorious; the coward is always with those who are victorious. The priest changes party. He says, ’I am converted by you.’ He moves into the camp of Mohammed.

But he has his old tricks, he has his old mind. He starts playing the same game. Maybe while Mohammed is alive he will not be able to do it, but once Mohammed is gone it will be very easy for him to have the same kind of establishment in the name of Mohammed. Then again whenever another Sufi mystic brings God back, he will be a friend of Mohammed and an enemy of Mohammedans. That’s why there is this paradox.

It is both; religion is always both. Look at me. Whatsoever I am saying to you is the essential religion. It is the religion of Buddha, Christ, Moses, Mohammed, and yet all the priests are against me, all the priests. They may not agree on anything else but they agree on one thing – on being against me they all agree. The Mohammedan priest agrees with the Hindu. They will not agree on anything else, but about me being wrong they both agree. The Christian agrees with the Jaina. They have nothing similar, not a single iota of doctrine which is similar, but on one thing they will agree: if they have to condemn me they will all be together. Whatsoever I am saying to you is the essential core of all their religions, but they are against it. They pretend to be for it, they pretend to be the protectors – they are the enemies. The establishment is the enemy of religion. But it happens in the natural course of things because man is stupid. The establishment is bound to happen again and again. And again and again somebody has to assert and rebel.

Osho, Sufis: The People of the Path, Vol 1, Chapter #2
(posted by Osho Indonesia)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Satu Syair Rumi Tentang Reinkarnasi

Sebagai tahapan yang harus dilalui wujud lahir, tingkatan wujud berikutnya akan berproses sesuai dengan rancangan wujud sebelumnya. Dengan jalan seperti ini muncullah ribuan perubahan. Dan tiap perubahan selalu lebih baik dari sebelumnya. Sadarilah selalu wujudmu saat ini karena jika kau berpikir tentang wujudmu di masa lalu, maka kau akan memisahkan dirimu dari Diri Sejatimu. Inilah semua keadaan yang tetap yang kau saksikan dalam kematian. Lalu mengapa harus kau palingkan mukamu dari kematian? Ketika tahapan kedua lebih baik dari tahapan pertama, maka matilah dengan senyum suka cita. Dan arahkan pandanganmu ke depan untuk menempati wujud baru yang lebih baik dari wujud sebelumnya. Sadarilah, dan jangan tergesa-gesa. Kau harus mati terlebih dulu sebelum memperbaiki diri. Laksana sang surya, hanya jika kau tenggelam di Barat, maka di Timur, kau akan menyaksikan wajahmu yang cerlang gemilang.  ( Jalaluddin Rumi ) Tulisan Di Batu Nisan Jalaluddin...

Kata-Kata Indah Dari Osho

Kita telah hidup dalam pikiran selama begitu banyak kehidupan, dan kita telah menjadi selaras dengan kegelapannya, dengan keburukannya, kesia-siaannya. Ketika engkau bertindak tanpa pikiran, seluruh keberadaanmu bergetar. Engkau bergerak di jalur yang berbahaya. Pikiran berkata, “Waspada! Pikirkan dulu, baru kemudian bertindak.” Tetapi jika engkau berpikir dulu dan baru kemudian melakukan sesuatu, perbuatanmu akan selalu mati, basi. Ini akan keluar dari pikiran, ini tidak akan menjadi nyata dan otentik. Maka engkau tidak bisa mencintai, Maka engkau tidak bisa bermeditasi, Maka engkau tidak bisa benar-benar hidup dan engkau tidak bisa mati. Engkau menjadi hantu, keberadaan yang palsu. Cinta mengetuk hatimu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” Kehidupan terus mengetuk pintumu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” OSHO, A Bird on the wing, Chpt 9, Save the cat “Kuasai hanya satu hal: dirimu sen...

Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya

“Prayer means gratefulness, prayer means no complaint. Prayer means ”I am thankful for all that has been given to me; more I could not have asked for.” In that very prayerfulness one becomes graceful”. ___Osho Doa berarti rasa syukur, doa berarti tidak ada keluhan. Doa berarti “Saya bersyukur untuk semua yang telah diberikan kepada saya; lebih saya tidak bisa meminta.” Dalam penuh rasa syukur itu orang menjadi graceful.. ------------------------------------------- “Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya” Osho: “JANGAN MEREPOTKAN ALLAH, DIA PUNYA MASALAH SENDIRI. Tidakkah anda lihat apa pun yang Dia ciptakan adalah mati? Anda menyimpan masalah anda kepada diri sendiri. Mengapa orang harus ingin berdoa kepada Allah? ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN DOA-DOA ANDA. Anda mungkin memerlukan doa-doa itu — tapi mereka tidak akan sesuatu yang lebih dari suara keinginan anda, tuntutan anda, mengekspresikan keluhan anda. Itulah apa yang dilakukan orang atas nama d...