Langsung ke konten utama

Untuk mempertahankan keadaan no-mind atau Kasunyatan, pahamilah kebingungan yang disebabkan oleh empat kaya

Sebelum menyelami Atisha lebih dalam lagi, jujurlah dengan diri sendiri – apakah anda ingin “mempertahankan” keadaan no-mind?
Apabila anda masih menghitung laba-rugi, apabila anda masih mempertanyakan “tujuan” meditasi, sesungguhnya anda belum ingin “mempertahankan” Kasunyatan. Kasunyatan tidak bertujuan. Burung-burung berkicau tanpa tujuan. Kembang-kembang pun mekar tanpa tujuan. Sungai-sungai yang mengalir pun tidak bertujuan. Lautkah tujuan mereka? Untuk mengisi selokan-selokan kotor lagi? Untuk mengalir sebagai sungai lagi?

Mind yang masih bingung, pikiran yang masih liar, selalu mencari “tujuan”. Bahkan sebenarnya mind itu selalu mengejar tujuan. Selama mind masih memperbudak anda, selama itu pula anda akan selalu membutuhkan “motivasi” dan mengejar tujuan. Dan kebingungan mind ini disebabkan oleh 4 hal, oleh 4 keadaan atau kaya. Kita harus melampaui keempat-empatnya:

Pertama, Dharma kaya – inilah sumber masalah. Dharma adalah “penggerak” alam semesta. Roda dharma berputar terus. Yang berada di atas akan jatuh ke bawah. Yang berada di bawah akan naik ke atas. Dan kita kebingungan. Satuan pikiran atau thoughts yang mengalami kristalisasi disebut mind. Dan mind selalu “menginginkan” status quo, padahal ia pun tahu bahwa dalam dunia ini tidak ada sesuatu yang bersifat statis. Kemudian terjadi gesekan-gesekan antara “keinginan” akan status quo dan “pengetahuan” bahwa sesungguhnya tidak ada yang statis.

Gesekan-gesekan itu pun diciptakan oleh mind. Setiap “gesekan” memberi stimuli kepadanya. Dan ia senang. Ia menikmati stimuli. Itu sebabnya, ketika memasuki alam meditasi pun ia mencari-cari stimuli. Ada getaran, ada rasa panas, ada ini, ada itu – dan anda merasa puas. Ketahuilah bahwa semuanya itu adalah hasil rekayasa mind anda sendiri.

Para Master Zen menganjurkan, “If you meet the Buddha on the road, kill him!”
– Apabila anda menemukan Buddha dalam perjalanan, bunuhlah dia.

Yang dimaksudkan dengan “perjalanan” adalah “perjalanan batin” anda. Sewaktu sedang meniti jalan ke dalam diri, ketika memasuki alam meditasi, apapun yang muncul, harus dilewati. Apa pun yang muncul dan terekam oleh mind masih merupakan produk mind. Dan mind anda memiliki kapasitas yang luar biasa. Ada SUBCONSCIOUS MIND, alam bawah sadar yang begitu selalu berupaya menarik anda ke bawah. Dan alam bawah sadar ini penuh dengan memori dari masa lalu. Semuanya harus dilewati, harus dilampaui.

Mind akan menciptakan Yesus, Buddha, Nabi Muhammad, Zarathustra dan para master lainnya. Jangan terjebak. Lewatilah bayang-bayang itu. Ingat, yang ingin anda pertahankan adalah no-mind – bukan permainan mind. Kebingungan yang diciptakan oleh Dharma Kaya ini merupakan lapisan pertama maya atau ilusi – hijab, tirai, yang harus diangkat. Dan begitu terangkat, anda akan menemukan tirai lagi:

Kedua, Nirmana Kaya. Setelah mencapai keadaan no-mind, lantas apa lagi? Apakah anda harus meninggalkan rumah tangga dan menyepi di hutan? Tidak. Justru setelah itu, anda harus kerja keras untuk menciptakan, nirmana sesuatu yang baru. Ya, nirmana berarti “membangun”, “menciptakan”. Menciptakan apa lagi? Menciptakan mind!

Ya, menciptakan mind, karena mind yang kita miliki saat ini bukanlah ciptaan kita. Mind yang kita miliki saat ini adalah ciptaan masyarakat. Ciptaan orang tua dan para pengajar di sekolah. Kemudian, lembaga agama, peraturan pemerintah dan kondisi sosial, politik, ekonomi serta budaya setempat ikut membentuknya. Berarti mind yang kita miliki saat ini sesungguhnya bukan “punya” kita. Aneh, tetapi memang demikian adanya. Itu sebabnya kita selalu gelisah. Itu pula sebab terjadinya konflik antara rasa dan pikiran, antara suara nurani dan mind. Kita hidup seperti orang yang bermata jereng/juling – going London, looking Tokyo! Bicara dengan “A”, mata melihat ke arah “B”.

Setelah berhasil melepaskan diri dari mind, setelah mencapai keadaan no-mind langkah berikutnya adalah “menciptakan mind sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita.” Ya, mind ciptaan kita sendiri. Saya menyebutnya created mind. Dan created mind ini bersifat  ”cair”, tidak solid. Lembut, tidak keras. Sangat elastis, tidak tegang. Dengan mind seperti ini, kita baru bisa menyingkap misteri di balik tirai berikut:

Ketiga,  Sambhogakaya. Sambhoga berarti “nikmat”, “kenikmatan”. Sambhoga juga bisa diartikan sebagai “senggama” – intercourse.

Kenikmatan yang anda peroleh dari “hubungan seks”, dari “senggama seksual” sangat tidak berarti, jika dibandingkan dengan “Kenikmatan Sejati” yang dapat anda peroleh dari created mind – ciptaan anda sendiri.

Mind yang kita miliki saat ini tidak orisinil. Mind yang kita miliki saat ini tidak berharga sama sekali. Kita harus melepaskannya dan menciptakan sesuatu yang baru. Yang baru, yang orisinil itulah yang dapat memberikan kenikmatan kepada kita. Dan dapat pula membuka tirai:

Keempat, Svabhavikakaya. Svabhavika berarti natural, “alami”. Kita kembali ke khitah asal manusia. Kita kembali memperoleh keluguan dan kepolosan alami, yang selama ini telah hilang.

Selama ini kalau kita bingung, kita gelisah sangat bisa dipahami, karena hidup kita tidak alami. Kegelisahan ibarat “penyakit menular” – epidemi. Orang yang “gelisah” akan menularkan “kegelisahan” itu kepada siapa saja. Atisha mengatakan, “Untuk mempertahankan keadaan no-mind atau Kasunyatan, pahamilah kebingungan yang disebabkan oleh 4 kaya”.

Perhatikan: “pahamilah kebingungan yang disebabkan oleh 4 kaya”. Berarti, setelah membuka tirai keempat pun sesungguhnya “kebingungan” masih ada. Ya, kebingungan baru lagi! Diantara mereka yang hidup tidak alami, tidak natural, tiba-tiba anda menjadi alami, menjadi natural. Diantara kerumunan masa yang tidak waras, tiba-tiba anda menjadi waras. Sudah jelas anda akan menciptakan “kebingungan baru”. Orang-orang di sekitar anda menjadi bingung. Demikian pula anda. Anda pun bingung menghadapi masa yang “tidak waras”, “tidak sadar”.

Atisha mengatakan bahwa kebingungan itu sangat alami, sangat natural. Anda tidak bisa menghindarinya. Yang dapat anda lakukan hanya satu: memahami sifat “kebingungan” itu. Dan jujurlah dengan diri sendiri: kebingungan anda berasal dari kaya (keaadaan) yang mana? Apabila masih berasal dari Dharma Kaya atau Nirmana Kaya atau Sambhoga Kaya, maka “kebingungan” anda belum sempurna, belum cukup indah!

Memang , kaya-kaya tersebut selalu membingungkan. Dan kita tidak bisa menghindarinya. Yang dapat kita lakukan adalah memahami dan melampaui kebingungan tersebut. Dan untuk itu, Atisha menawarkan solusi:

“Four practices are the best of methods”

Atisha bicara tentang “empat kebiasaan” yang dia anggap sebagai cara “terbaik” untuk melampaui “kebingungan” sebagaimana dijelaskan di atas. Selanjutnya, tidak ada penjelasan tertulis mengenai empat kebiasaan apa yang dimaksudkan oleh Atisha. Anda harus mengorek informasi dari para Lama yang sudah menyelami Atisha jauh lebih dalam:

Kebiasaan pertama — Mengamati segala-sesuatu. Jadilah seorang pengamat yang baik. Jangan tergesa-gesa mengambil suatu keputusan.

Kebiasaan Kedua – Menganalisis, mana yang tepat dan mana yang kurang tepat. Anda tidak perlu menghakimi mana yang benar dan mana yang tidak benar. Yang tidak benar bagi anda mungkin benar bagi orang lain. Begitu pula, yang benar bagi anda mungkin tidak benar bagi orang lain. Yang dapat anda lakukan hanya satu: menganalisis tindakan mana yang tepat dalam suatu situasi tertentu, karena anda tidak bisa tidak bertindak. Anda harus bertindak. Anda harus mengambil keputusan. Anda tidak bisa menjadi seorang pengamat terus-menerus.

Kebiasaan Ketiga – Memilih antara yang tepat dan yang kurang tepat. Kalaupun anda tidak memilih satu pun diantaranya, itu pun merupakan pilihan. Anda memilih untuk “tidak memilih”.

Kebiasaan Keempat – Melepaskan yang tidak terpilih. Dan kadang-kadang, melepaskan ini sangat sulit. Sudah memiliki baju baru, tetapi melepaskan baju lama terasa sulit. Dan kita menjadi “kolektor” baju bekas. Kita tidak menggunakannya lagi, tetapi untuk membuangnya sayang!

* Dari buku: Seni Meberdaya Diri 3
ATISHA
Melampaui Meditasi Untuk Hidup Meditatif
Halaman:  67 – 77
Oleh: Anand Krishna
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2003

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Satu Syair Rumi Tentang Reinkarnasi

Sebagai tahapan yang harus dilalui wujud lahir, tingkatan wujud berikutnya akan berproses sesuai dengan rancangan wujud sebelumnya. Dengan jalan seperti ini muncullah ribuan perubahan. Dan tiap perubahan selalu lebih baik dari sebelumnya. Sadarilah selalu wujudmu saat ini karena jika kau berpikir tentang wujudmu di masa lalu, maka kau akan memisahkan dirimu dari Diri Sejatimu. Inilah semua keadaan yang tetap yang kau saksikan dalam kematian. Lalu mengapa harus kau palingkan mukamu dari kematian? Ketika tahapan kedua lebih baik dari tahapan pertama, maka matilah dengan senyum suka cita. Dan arahkan pandanganmu ke depan untuk menempati wujud baru yang lebih baik dari wujud sebelumnya. Sadarilah, dan jangan tergesa-gesa. Kau harus mati terlebih dulu sebelum memperbaiki diri. Laksana sang surya, hanya jika kau tenggelam di Barat, maka di Timur, kau akan menyaksikan wajahmu yang cerlang gemilang.  ( Jalaluddin Rumi ) Tulisan Di Batu Nisan Jalaluddin...

Kata-Kata Indah Dari Osho

Kita telah hidup dalam pikiran selama begitu banyak kehidupan, dan kita telah menjadi selaras dengan kegelapannya, dengan keburukannya, kesia-siaannya. Ketika engkau bertindak tanpa pikiran, seluruh keberadaanmu bergetar. Engkau bergerak di jalur yang berbahaya. Pikiran berkata, “Waspada! Pikirkan dulu, baru kemudian bertindak.” Tetapi jika engkau berpikir dulu dan baru kemudian melakukan sesuatu, perbuatanmu akan selalu mati, basi. Ini akan keluar dari pikiran, ini tidak akan menjadi nyata dan otentik. Maka engkau tidak bisa mencintai, Maka engkau tidak bisa bermeditasi, Maka engkau tidak bisa benar-benar hidup dan engkau tidak bisa mati. Engkau menjadi hantu, keberadaan yang palsu. Cinta mengetuk hatimu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” Kehidupan terus mengetuk pintumu dan engkau berkata, “Tunggu! Aku akan memikirkannya.” OSHO, A Bird on the wing, Chpt 9, Save the cat “Kuasai hanya satu hal: dirimu sen...

Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya

“Prayer means gratefulness, prayer means no complaint. Prayer means ”I am thankful for all that has been given to me; more I could not have asked for.” In that very prayerfulness one becomes graceful”. ___Osho Doa berarti rasa syukur, doa berarti tidak ada keluhan. Doa berarti “Saya bersyukur untuk semua yang telah diberikan kepada saya; lebih saya tidak bisa meminta.” Dalam penuh rasa syukur itu orang menjadi graceful.. ------------------------------------------- “Osho, aku ingin berdoa kepada Tuhan. Tolong ajari aku caranya” Osho: “JANGAN MEREPOTKAN ALLAH, DIA PUNYA MASALAH SENDIRI. Tidakkah anda lihat apa pun yang Dia ciptakan adalah mati? Anda menyimpan masalah anda kepada diri sendiri. Mengapa orang harus ingin berdoa kepada Allah? ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN DOA-DOA ANDA. Anda mungkin memerlukan doa-doa itu — tapi mereka tidak akan sesuatu yang lebih dari suara keinginan anda, tuntutan anda, mengekspresikan keluhan anda. Itulah apa yang dilakukan orang atas nama d...